Ketularan

33 9 7
                                    

[Sebelum baca chapter ini, baca chapter yang sebelumnya dahulu agar ingat apa yang sedang terjadi] efek lama update

Pagi ini aku bangun dengan wajah agak kusut. Bagaimana tidak, dari semalam aku terus menerus bersin dan batuk tak henti-henti. Padahal mama sudah memberikanku obat flu, tapi hasilnya nihil. Tak ada yang berubah. Badanku lemas, mataku berkantung seperti habis menangis, dan hidungku memerah. Aku sangat sulit bernapas karena sebelah hidungku tersumbat oleh ingus yang beku dan kadang mencair dengan sendirinya dan itu membuatku selalu sedia tissue di saku bajuku yang membuatku agak risih.

Dihadapanku, sekarang sudah ada bubur ayam buatan mama yang spesial dibuatkan untukku. Terlihat, ada suwiran ayam goreng membaluti bubur tersebut dan sedikit bawang goreng yang garing sebagai penambah dan penyedap rasa.

Aku tidak menyentuhnya sedetik pun. Melihatnya saja perutku sudah tidak enak, apalagi memakannya. Bukan berarti bubur buatan mama tidak enak, tapi aku tidak mempunyai nafsu makan. Tiap lihat makanan, selalu bawaannya pusing. Mama sempat menegurku karena tidak mau makan, tapi aku menjawabnya dengan sebuah gelengan kepala tanda tidak mau.

Sambil menunggu Kak Haris selesai makan, aku hanya duduk lesu di atas bangku dan menaruh daguku di atas meja makan sambil memerhatikannya makan dengan lahap. Saking lahapnya, dia sampai tersedak dan sesak akibat makanan yang ia telan menyumbat jalur pernapasannya.

Setelah Kak Haris selesai makan, kami berpamitan untuk berangkat ke sekolah dengan menaiki motor matic warna ungu kesayangan Kak Haris yang sudah menemaninya sejak SMP.

Tepat sebelum Kak Haris menancapkan gas, mama datang dengan terburu-buru sambil membawa kotak makan warna hijau bergambar bunga melati yang sedang mekar. Itu adalah tempat makan kesukaanku. Dari SD, tiap kali aku membawa bekal, aku selalu memakai tempat makan itu. Memang kelihatannya tempat makan tersebut sudah agak kusam, tapi dia selalu menemamiku dikala aku membawa bekal ke sekolah.

Aku menerima bekal tersebut dengan senyum simpul ke arah mama. Mama membalas senyumanku sambil mengacak-acak rambutku.

"Jangan minum es, jangan terlalu capek." Pesannya kepadaku.

Aku mengangguk. Tanpa basa-basi, Kak Haris langsung menancapkan gasnya dan pergi meninggalkan mama yang sedari tadi menunggu kami berangkat dengan baju kantornya yang rapih dan bersih.

Papa dan mama bekerja. Mereka biasa berangkat kerja jam 8 pagi. Kadang papa berangkat pagi-pagi buta dikarenakan tugasnya yang menumpuk atau ada urusan penting yang mendadak. Mama selalu memasak makanan enak tiap kami sarapan. Dia juga tidak memperkejakan pembantu ataupun asisten rumah tangga. Menurutnya, semua tugas ibu rumah tangga bisa diselesaikan sendiri olehnya. Jadi, dia tidak perlu repot-repot memperkejakan pembantu dan semacamnya.

Mama adalah orang yang paling berharga bagiku. Dia rela bangun pagi-pagi buta untuk memasak makanan enak untuk sarapan putra, putri dan suaminya yang tersayangnya ini. Jasanya mungkin tidak akan terbalaskan oleh siapapun. Dia tidak pernah marah kalau orang yang dimarahainya tersebut tidak berbuat kesalahan. Dia adalah sosok yang penyabar. Tapi kalau salah satu dari kami berbuat kesalahan dan sangat fatal, mungkin pintu rumah sudah menjadi korban akibat amukannya yang sangat ganas itu. Tapi tidak seganas singa yang memakan manusia, melainkan manusia yang merusak barang-barang menjadi terbelah berkeping-keping yang tak berguna.

You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang