Setelah mendapatkan tugas kelompok dari Bu Atikah, penghuni kelas X-4 langsung tidak terima atas pemberian tugas yang sangat mendadak tersebut. Bagaimana tidak, guru dengan konde yang bulat di kepalanya itu memberikan tugas di hari Juma't dan hari Senin tugas itu pun sudah harus siap selesai. Tugas ini bukan tugas yang mudah, tidak bisa di copy paste bak layaknya tugas-tugas lainnya, melainkan tugas kelompok yang mengharuskan kami beradu akting.
Tugas kelompok drama.
Drama yang kami buat sendiri dan kami perankan sendiri. Properti harus ada, kelancaran berbicara harus diperhatikan, dan yang lebih membuat resahnya lagi harus ada adegan-adegan berkelahi. Ntah apa yang sedang dipikirkan oleh guru berkonde itu sehingga kami harus memerankan tokoh yang tingkat kesusahannya ekstra.
Berkelahi. Adalah hal yang paling tidak pantas dilihat di kalangan apa saja. Berkelahi juga ada asal muasalnya. Biasanya berkelahi ini terjadi karena ada kesalahpahaman antara si pelaku, tapi berkelahi disini berbeda.
Di tugas kelompok yang diberikan bu konde ini, wajib, kudu, dan harus ada adegan berkelahinya. Ntah memang karena dia suka berkelahi atau terlalu banyak nonton film yang ada adegan-adegan berkelahinya, tiba-tiba saja ia memberikan tugas kelompok drama ini pada jam pelajaran pertama di hari Jum'at. Bayangkan, tugas kelompok drama ini butuh waktu yang banyak agar bisa menjadi yang terbaik. Waktu dan tempat pun mendukung. Belum menghafal dialog, memikirkan gerakan, waktu latihan, dan lain sebagainya. Dan ini? Hari Senin juga harus ditampilkan di depan kelas. Siapa juga yang setuju dengan pernyataan seperti ini?
Sebelum pulang sekolah, kami bertukar ID LINE dan nomor telepon dahulu dengan Mika agar kami mudah berkomunikasi. Sebagai teman sebangku nya, dia pun tak lupa meminta akun media sosialku yang lainnya. Ntah untuk apa dia memintanya. Toh, kami pun juga berteman.
Kelompok kami sepakat untuk mengerjakan tugas ini hari Minggu di rumahnya Reyna. Selain halamannya yang luas, penghuni rumahnya pun tidak ada. Bukan berarti Reyna tinggal sendiri, tapi keluarganya sedang pergi. Dia rela tidak ikut pergi bersama keluarganya demi tugas kelompok ini.
Pagi ini setelah menjalani rutinitasku -- latihan karate-- aku langsung pulang ke rumah untuk beristirahat. Dengan angin pagi yang segar, ku kayuh sepeda hitamku menuju rumah. Sudah biasa bagiku bersepeda tiap pulang maupun pergi latihan karate. Sebenarnya aku sudah bisa membawa motor, tapi mama tidak membolehkanku membawanya. Katanya, aku masih terlalu pemula untuk membawa motor.
Setelah sampai rumah, ku taruh sepeda kesayanganku itu di garasi dan berjalan memasuki kawasan ruang tamu. Setelah mandi, ku ambil handphone dan mulai mengutak-atiknya. Tak lupa kunyalakan musik terlebih dahulu untuk menghilangi kesunyian yang sedari tadi melanda rumahku. Mama dan papa hari Sabtu tetap bekerja. Maka dari itu, tiap hari Minggu kami gunakan waktu sebaik-baiknya agar kerukunan keluarga kami terjaga.
Sedangkan Kak Haris, kalau tidak ekskul futsal, biasanya dia main ke rumah temannya. Mama sudah berbicara padanya untuk mengurangi waktu mainnya karena tahun ini adalah tahun yang menentukan lulus atau tidaknya ia dari bangku SMA, tapi tetap saja ia tidak mendengarkannya.
Katanya, masa-masa SMA adalah masa-masa terbaik yang pernah ada, masa terindah yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, masa yang harus dijalani dengan baik, dan katanya, masa SMA adalah masa yang sangat tidak boleh terlewatkan. Iya, memang itu semua benar, tapi ada waktu belajar dan waktu bermain. Aku sebagai adik sih hanya mengiyakan saja apa kata dia. Toh, dia juga yang ngejalaninnya, kenapa aku yang rugi?
Reyna Augustyn menambahkan anda ke grup
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Fiksi RemajaSahabat, ya. Dia adalah orang yang paling nyebelin namun membahagiakan. Bisa membuat kita tertawa, bisa membuat kita sedih, bisa membuat kita gila. Tapi, bagaimana kalau dia pergi meninggalkan kita? Semua berubah karena dia pergi, dan dia datang.