part 3- New Day

142 8 1
                                    

Pagi yang cerah, secerah hati yang sedang bahagia. Hari ini aku akan memulai hidup baru dan lembaran baru.
Ku ambil ponselku, aku ingin memeberitahu Revan.

To : Revan
Van, aku mau berangkat cari kerja ya, kunci apartement aku titip di meja resepsionist ya? 

Tidak perlu menunggu lama, Revan langsung Membalas pesan ku.

From:  Revan
Iya Vi, semangat ya sayang. 
Miss u

Aku tersenyum membaca sms dari Revan. Hanya Revan yang mampu membuat aku bahagia.

" andai Silva tidak suka sama kamu, pasti dari dulu aku udah mau jadi pacar kamu" tanpa terasa air mata telah tertahan di pelupuk mataku.

" Owalah... ngapain juga aku galau, oke Silvi kamu harus cari kerja buktikan kepada mamah dan papah kamu bisa hidup tanpa mereka"

Tanpa menunggu lama aku langsung ke jalan raya untuk menunggu taksi.
Ketika aku sedang asyik dengan ponsel ku, mobil BMW lewat di depanku, dan lumpur yang di jalan kena di baju ku.

"Woii... setan punya mata gak lu, liat ni baju gue basah"

Oh God. Mimpi apa aku semalam hingga kena sial pagi-pagi.

Dari kejahuan aku melihat pemilik mobil tersebut keluar dan berjalan mendekatiku.
Dia melepaskan kaca mata hitamnya.

" oh God. Ganteng banget" ucap batin ku.

" permisi nona, bukan saya yang tidak punya mata tetapi anda "
Ucapnya begitu arogan. Tolong cabut kata ganteng untuk dia tadi.

" jelas-jelas loe yang udah buat baju gue jadi kotor"

Pria arogant itu bukannya minta maaf, malah pergi begitu saja tanpa menoleh ke arah ku yang mulai emosi

"Awas loe, kalau gue jumpa sama loe sekali lagi GUE hajar loe " batin ku.

"Oh God, mana baju gue kotor lagi, ah cowok kurang ajar" sepanjang perjalan menelusuri setiap kantor aku hanya bisa mengerutu kekesalanku kepada pria Arogant itu.

******

Ternyata mencari kerja itu tidaklah mudah. Seperti halnya kita mendaki, jika di awal kita sudah menyerah, maka kita tidak akan mampu melihat ke Indahan di atas gunung.
Prayoga Group, inilah kantor terakhir yang akan aku kirim surat lamaran kerja untuk hari ini.

" Permisi mbak, saya ingin melamar kerja disini mbak, apa ada lowongan mbak"  tanya ku pada resepsionist dengan begitu gugup.

" Maaf mbak, perusahaan kami tidak menerima karyawan mbak, kalau memang mbak bersedia mbak bisa titipkan surat lamaran kerja disini, biar nantik saya kasih kepada pimpinan Prayoga Group" sungguh baiknya mbak Resepsionist ini.

" Iya mbak, terima kasih banyak. Kalau begitu saya permisi dulu mbak ya"  ku tampilkan senyum yang begitu menawan untuk si mbak cantik.

" iya mbak sama-sama "

Akupun pergi meninggalkan Prayoga Group menuju Cafe tempat favorite ku..

Nook Caffe

" Lhok Silvi kok muka loe kusut amat, gak pernah di setrika ya " Kiki mulai terkekeh melihat wajah kusut ku.

" gue lagi bete Ki, capek gue cari kerja gak dapet- dapet, apes banget hidup gue Ki" di antara semua temanku Hanya Kiki lah yang selalu setia mendengar keluh kesah ku.

" sabar Vi, mungkin Tuhan punya cara yang terbaik buat loe Vi" Kiki langsung mendekapku kedalam pelukan hangatnya.

" Ki, bukan cuma itu?  Aku juga udah di usir dari rumah sama mamah dan papah" tanggis yang telah ku tahan beberapa hari, kembali kutumpahkan di pelukan Kiki.

" what, jadi loe sekarang tinggal dimana"

"Aku tinggal di apartement Revan"

" Vi, mendingan loe tinggal di kos gue ya, gue gak mau Silva makin benci sama loe" aku dapat merasakan tetesan air yang membasahi rambutku.

" Ki, aku mohon tolong kamu jangan nangis, aku gak mau kamu ikotan sedih. Aku juga gak mau ngerepotin kamu"

"Vi, aku tu sahabat kamu dari kita masih SMP Vi,.pokoknya nantik tunggu aku pulang kerja, kita ambil barang-barang kamu ya. " lidah ini terasa kelu tidak dapat menjawab apa-apa. Aku hanya mengangguk pelan dalam pelukan Kiki.

"Yaudah, aku buatin Cuppucino kesukaan mu ya" Kiki beranjak meninggalkan ku yang masih melamun meratapi kehidupan ini.

Sahabat sejati ialah orang yang selalu berada di sampingmu. Setia mendengar keluh kesah mu. Bila kamu menyuruhnya pergi selangkahpun ia takkan pernah menjahui mu.

***
Malam sudah semakin larut, aku dan Kiki pergi ke Apartement Revan untuk mengambil barang-barangku.

Baru aku ingin memencat bel, Revan langsung keluar dengan muka yang begitu ketakutan.

" Silvi, kamu dari mana aja, aku khawatir banget sama kamu" Revan meraihku kedalam pelukannya.

" Aku tadi ketempat kerjanya Kiki" aku berusaha melepaskan pelukan Revan.

" Syukurlah aku takut kamu kenapa-napa" Revan menghembuskan nafas begitu lega

"Oh ya Van, aku mau tinggal di kosnya kiki ya, aku gak mau nanti Silva tau dan dia makin benci sama aku.  Aku harap kamu ngerti ya " aku mulai memasang wahah memelasku. Biasanya Revan akan luluh.

" ok, aku akan ngelakuin apapun demi ke bahagiaan kamu" Revan kembali meraihku ke dalam pelukannya.

" ehemm, gue berasa jadi kambing congek ni, kalau mau romantis nanti aja pas gue gak ada". Kiki mulai jengkel dengan tingkah kami.

Tawa kamipun memenuhi ruang apartement Revan.

******
Maaf ya part ini terlalu pendek.
Vote and coment di tunggu ya.

Antara Aku Dan SilvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang