part-7 Mulai goyah

79 3 0
                                    

Warning haraplah bijak dalam membaca part ini disarankan untuk (18+) keatas.
Happy Reading 😙

-----------------
Jika memang kau menginginkan untuk pergi, tak apa pergilah, tinggalku sendiri.
Tapi, jangan pergi meninggalkan luka di relung hati yang selalu tergores oleh kepingan memori.

Jika memang kau telah menemukan tambatan hati, ku kan berharap kau selau dicintai
dan dijauhkan dari rasa sepi.

Aku tak apa sendiri disini. Walau suatu hari, sang rindu akan menghampiri dan bertanya dimana dirimu saat ini.

Aku tak apa sendiri di sini. Bersama dengan rasa cinta ini yang telah kau lukai.
🍂🍂🍂

Sekeras apapun mencoba dan membenci ingin terlihat bahwa aku sudah tak mencintainya pada nyatanya cinta ini masih untuknya.
Bagaimana tidak dia yang selama ini ada di saat keluarga yang ku banggakan tidak menganggapku ada. Dia yang menjadi tempatku menumpahkan semua rasa sedih. Kini dia yang menggoreskan luka begitu dalam.

"Silvi tolong kamu keruang wakil CEO dan berikan ini kepadanya SEKARANG"
"Siap, baik Pak" entah sudah berapa lama aku melamun hingga suara Pak Steven mengejutkan ku.
"Disini kantor bukan tempat latihan PBB" seperti biasanya dialah adalah pria menjengkelkan yang pernah kutemui.
"Maaf Pak, permisi"

Agar tidak terjadi acara jambak-jambakan dengan Pak Bos (*lebaynya author mulai kambuh). Aku langsung menuju ruang wakil CEO yang kebetulan ada di lantai bawah ruang CEO.

"Permisi" ucapku dengan pelan, aku melihat kesegala penjuru tapi tidak ada tanda-tanda bapak wakil CEO.

"Maaf anda cari siapa" terdengar suara yang begitu maskulin di belakangku. Yang aku yakini dialah wakil CEO.

"Saya mencari bapak wakil CEO untuk memberikan ini" sumpah aku gak pernah takut seperti ini hingga aku tidak berani melihat ke arah wakil CEO.

"Oh untuk saya. Baiklah. Tolong jangan menunduk seperti itu tidak sopan"
"Maaf Pak" kataku lirih hingga mendongkak kearahnya.
Betapa kagetnya bahwa lelaki yang berdiri dihadapanku ini adalah lelaki yang pernah aku temui di lift tempo hari yang ku anggap pegawai disini rupanya dia adalah wakil CEO.

Mampu loe Silvi. Dewi batinku memperingati.

"Anuu.. Pak saya minta maaf kemarin itu saya kirain bapak pegawai disini" kok aku merasa kikuk ya.

"Tidak apa-apa saya disini juga sebagai pegawai. Nama kamu siapa?"

"Saya Silvi Pak"

"Nama yang bagus. Baiklah Silvi silahkan kembali berkerja" ucapnya dan berlalu dihapadapanku.

Ya Tuhan, dia ganteng banget, baik, dan ramah. Andai saja aku jadi seketarisnya pasti aku tidak akan semenderita sekarang. Nasib sial memang selalu menimpamu Silvi.

Tanpa pikir panjang aku langsung kembali keruanganku.

****
Entah sudah berapa lama aku berkutat di depan komputer hingga jam sudah menunjukkan waktu makan siang. Tetapi si bos evil belum menunjukkan tanda-tanda dia mengizinkan aku keluar

Oh tuhan mengapa harus evil ini yang menjadi bos ku.

"Saya tau kamu ingin keluar untuk makan siang. Tetapi saya tidak mengizinkan kamu keluar. Saya sudah memesan makanan dan sebentar lagi akan sampai. Karena kamu belum menyelesaikan proposal yang saya suruh." katanya dengan panjang lebar.

Oh tuhan, lihatlah begitu evil. Sabar Silvi.

"Baik pak" jawabku dengan lemas.

Bagaimana tidak aku harus menghabiskan waktu seharian didalam ruangannya. Disini terasa panas.
Bagaimana jika nanti dia menghampiri ku dan mencium ku. Aku tidak mau dibuat meleleh olehnya.
Tidak. Tidak Silvi sadarlah jangan banyak mimpi itu tidak boleh terjadi.

"Permisi, pesanan Go-foodnya datang" ucap sebuah suara dibalik pintu.

"Silvi, tolong ambilkan dan ini bayarannya. Kembaliannya suruh ambil saja"

"Baik Pak" tanpa pikir panjang aku langsung mengambil uang yang dia sodorkan dan membayar pesanan makanan.

"Ini mas uangnya. Kembaliannya ambil saja" kata ku seraya mengambil pesanan makanan.

"Makasih Mbak"

"Sama-sama"

Akupun melangkahkan kakiku kedalam dan menuju ke mejanya.
"Ini pak makanannya" kataku
"Makan saja. Saya tidak lapar, dan saya sedang ada kerjaan" jawabnya tetap fokus kepada laptopnya.
"Tapi bapak juga harus makan"
"Nanti saja. Saya sibuk"
"Kalau begitu saya suapi saja boleh pak?" Tanya. Mampus, ngapain gue nawarin diri.
"Baik" jawabnya singkat.

Oke, karena aku sudah menawarkan sendiri maka aku harus melakukan. Tanpa menunda-nunda langsung saja aku menyuapinya. Sesekali aku memakan nasiku sendiri.
10 menit kemudian acara makan nyulang-menyulang selesai dengan ditemani kesunyian tanpa ada yang memulai percakapan.
Ketika aku hendak bangkit dia menarik tanganku hingga aku terduduk di atang pangkuannya.

"Kamu sengaja menggoda saya ?"
"Maaf pak, maksud bapak apa?"
"Kamu makan seperti anak kecil"
"Maaf pak"
"Ini harus di bersihkan" ucapnya.
Tanpa menunggu apa-apa, dia mulai mencium bibirku. Melumat dengan lembut, lama-lama menjadi ciuman yang bergairah. Lidahnya memaksa masuk kemulutku. Gairah juga sudah melingkupi mataku, ini sunggug godaan yang berat untuk ku. Aku tak mampu mengontrol nikmatnya dia melumat bibirku. hingga akhirnya aku membalas ciumannya memberikan akses lidahnya mencicipi mulutku.
Ciumannya membuatku melayang seakan kami bagaikan kekasih yang saling merindu dan mendambakan. Tanganku membelai rambutnya. Dia membelai punggungku dan menyusup kebalik kemejaku. Aku ingin menghentikannya, tetapi seakan otakku tidak ingin merespon. Dia mulai menyusap-ngusap gunung kembarku dibalik braku. Sentuhannya benar-benar membuatku bergairah. Membuatku lupa akan segalanya, dia kembali membelai gunung kembarku dan memainkan putingnya. Membuatku semakin meremas rambutnya. Ciuman ini membuat ku gila.
Dia menikmatinya dengan rakus, seakan takut ciuman ini usai.Sungguh aku tidak ingin munafik, aku menikmati ciumannya dan aku menginginkan lebih. Katakanlah aku hampir sama dengan jalang yang menikmati di cumbu olehnya.
Ahhhh, hingga suara desahanku keluar, membuat dia semakin kalap dan semakin bergairah, dia mulai melepaskan ciumannya. Dan mengecup dan membelai rahangku hingga keleherku. Dia kembali melumat bibirku, tangannya juga sudah turun mulai meremas pantatku. Aku juga merasakan sesuatu yang keras dibawah pantatku, semakin membuatku menginkan lebih. Hati dan otakku sudah mulai tidak singkron. Dia kembali melumat bibirku dengan rakus, ruangan ini dipenuhi dengan suara decapan ciuman kami. Oh, aku tak dapat melepaskan lumatan ini, seakan jika aku melepaskan ciuman ini separuh jiwa ku pergi.
Tangannya semakin keras meremas pantatku pelan-pelan hingga berubah menjadi remasan yang memabukkan. Sungguh dia tau bagaimana membuatku mendesah
ahhh ku kembali keluar. Hingga tangannya mulai ingin memasuki rok mini yang aku gunakan. Saat itu otakku langsung berfungsi dan aku melepaskan ciuman kami.
Aku langsung turun dari pangkuannya.

"Maaf, saya tidak bisa pak" ucapku sambil menunduk.
"Kenapa. Bukankah kita sama-sama menikmatinya. Sama-sama menginginkan lebih" katanya sambir berdiri dan mulai mendekatiku.
"Haruskah kita bercinta disini? Saya tau kamu menginginkannya saat ini juga"
"Maaf pak, ini tidak boleh terjadi di antara kita"
"Silvi, kamu harus ingat cepat atau lambat kamu akan menempati ranjangku dan meneriaki namaku dan memintanya untuk tidak berhenti" katanya berlalu dari hadapanku dan dia mulai masuk kedalam kamar pribadinya.

"Oh tuhan apa yang sudah aku lakukan. Kenapa aku tidak bisa menolak sentuhannya."

Arrgggghhh hidup ini membuatku gila.

Terkadang rasa kecewa yang kamu miliki bisa membuatmu lupa akan daratan.
Ketika hatimu di penuhi kesedihan
Kamu akan lupa bagaimana prinsip yang kamu teguhkan selama ini.
Begitupun saat kesedihan tak dapat kamu curahkan.
Otakmu tidak akan mampu berpikir dengan jernih.


*******

Tbc, akhirnya author rempong kembali update.
Vote and coment ya .
Guna author semakin memperbaiki diri.
Salam sayang dari me😚

BNA

Antara Aku Dan SilvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang