A cup of coffee

3.4K 185 11
                                    

2018

Seorang namja cantik duduk disebuah cafe dengan secangkir cappucino dihadapannya, pandangannya teralih pada air hujan yang mengalir di kaca. Suasana ramai disekitarnya terabaikan oleh hujan yang sekarang semakin deras, ia dapat melihat orang-orang yang sekarang mulai berlarian menghindari hujan dan ia yakin tak sedikit yang akan mengumpat kesal.

Cuaca di Seoul memang sedang tidak menentu, buktinya saja pagi tadi cuaca sangat cerah dan cenderung panas tapi sore ini hujan turun begitu derasnya tepat disaat jam pulang kantor. Dia menyukai hujan, terlalu banyak kenangan indah yang terjadi ketika hujan dan itulah yang membuatnya selalu suka akan hujan. Dia menyukai saat udara di sekitarnya berubah menjadi lembab, awan kelabu yang tersebar rata dan aroma hujan yang begitu khas.

Uap panas dari cappucinonya sudah menghilang semenjak 1 jam yang lalu, tapi namja cantik itu bahkan tidak menyentuh sedikitpun coffenya. Coffe art yang tergambar di foam itu bahkan masih terlihat jelas, ia terlihat enggan merusak keindahan itu. Tak banyak yang ia lakukan selain tetap menatap kearah luar cafe, terlalu banyak fikiran yang berputar di kepalanya. Masih terpatri jelas di kepalanya, saat ia harus terjatuh ditengah hujan saat anjing Retriever kesayangannya tiba-tiba berlari karena mendengar suara petir. Dia juga masih ingat saat seseorang berdiri di hadapannya, memberikan sebuah payung untuk menghalangi air hujan yang terus membasahinya. Aroma tubuh yang begitu kentara di coat miliknya, hangat tubuhnya saat membantunya berdiri serta suara yang sampai kapanpun tidak akan pernah ia lupakan.

Salah satu pelayan di cafe bernama 'winter 17' itu hanya bisa menghela nafasnya pelan, ketika melihat kearah namja cantik itu. Pelayan berpostur tinggi dengan name tag Mingyu itu mendekat kearah sahabatnya yang berdiri di kasir, dengan masih menatap namja cantik yang sudah menjadi pelanggan tetap cafe mereka.

"Wae Mingyu ya?" Tanya seorang namja bertubuh cukup tinggi dan memiliki logat yang sedikit aneh.

"Lihat Jeonghan hyung. Aku kasihan padanya, sudah 2 tahun dia terus seperti ini Ming"

"Dia hanya menanti pangerannya" jawabnya singkat.

"Sebenarnya aku salut pada Jeonghanie hyung. 2 tahun, selalu duduk ditempat yang sama, ditanggal yang sana, memesan coffee yang sama meskipun tidak pernah meminumnya sedikitpun dan tetap menunggu sesuatu yang tidak pasti" ucap seorang namja semok yang baru saja datang dengan nampan ditangannya.

"Seungkwan ah, apa Hansol tidak memberikan kabar terbaru padamu?" Tanya namja emo wonwoo.

"Aniyo hyung. Hansol akan sampai malam ini, tapi dia tidak menemukan apapun selama disana" jawab Seungkwan.

"Hah kekasihmu memang tidak bisa diandalkan" ucap Mingyu yang lalu beranjak menuju pantry.

"Ya!!! Kim Mingyu pabo. Beraninya kau menghina kekasihku" pekik Seungkwan yang sedikit menarik perhatian pelanggan tapi tentunya tidak di perdulikan oleh Diva Boo itu.

"Siapa yang menyuruh kalian diam disini? Cepat kerja" seru seorang namja tampan yang baru saja keluar dari dapur dengan sepiring spaghetti bolognese ditangannya.

"Untuk Jeonghan hyung, Jisoo hyung?" Tanya Seungkwan.

"Ne, dia belum makan apapun sejak pagi tadi. Cepat pasang tanda tutup, setelah para pelanggan keluar kita akan langsung makan bersama. Setidaknya kita harus menepati janji kita pada orang menyebalkan itu untuk menjaga Jeonghan dan memastikan cheonsa itu makan dengan banyak"

"Ne hyung" jawab mereka bersamaan.

Jisoo lalu mendekat kearah meja namja cantik bernama Jeonghan itu, menjauhkan cangkir coffee dan meletakkan piring spaghetti juga jus strawberry. Jeonghan mengalihkan pandangannya, melihat kearah mejanya lalu menatap laki-laki yang berdiri disampingnya.

Winter 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang