Jeonghan duduk di salah satu halte menunggu Jisoo menjemputnya, cafe baru saja tutup dan seluruh anak-anak sudah pulang dan dia baru menelpon Jisoo untuk menjemputnya. Jisoo baru saja dari kantor untuk menyelesaikan beberapa berkas, Jisoo memang terkadang datang ke kantor untuk menandatangi berkas-berkas yang memang harus mendapatkan persetujannya.
Jeonghan bersenandung kecil sedikit menikmati waktunya menunggu Jisoo, ia sangat ingin melihat bintang seperti dulu. Dulu saat ummanya masih hidup, ia sering melihat bintang dan ummanya pasti akan menyanyikan sebuah lagu hingga ia tertidur.
"Jeonghan ah. Apa yang kau lakukan disini?" Tanya seungcheol yang baru saja turun dari mobil.
Seungcheol baru saja pulang dari kantornya, ada begitu banyak berkas yang harus ia selesaikan. Ditengah perjalanan pulang, ia melihat seseorang yang begitu ia kenal sedang duduk sendiri ditengah malam. Sosok cantik itu memang menarik perhatiannya, padahal baru sekali keduanya bertemu tapi semenjak ia membantu Jeonghan saat itu ia tidak pernah bisa melupakannya.
"Seungcheol ah? Itu kau?" Tanya Jeonghan yang sedikit tidak yakin dengan pendengarannya.
"Ne. Kenapa kau ada disini?"
"Aku baru menutup cafe dan sedang menunggu Jisoo. Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jeonghan.
"Aku baru pulang dari kantor. Lalu melihatmu duduk sendiri disini"
"Ah iya, coat dan bajumu masih ada dirumahku"
"Tidak masalah. Mana cafemu? Siapa tahu aku makan siang disana"
"Winter 17. Kau harus datang, aku akan memberikan makanan gratis sebagai ucapan terima kasih" ucap Jeonghan.
"Arasseo. Aku akan datang besok siang"
Seungcheol menatap dari dekat sosok cantik disampingnya ini, ia mengeluarkan ponselnya dan berdiri disamping Jeonghan. Ia mulai mengambil beberapa foto dari cheonsanya itu, entah sudah berapa foto serta ekspresi wajah Jeonghan yang sudah ia dapatkan.
"Seungcheol ah...."
"Hm..." ucap Seungcheol yang sekarang sudah duduk disamping Jeonghan.
"Apa bintangnya banyak?"
"Iya..."
"Aku ingat betapa indahnya bintang-bintang di malam hari"
"Maaf, tapi apa sebelumnya kau bisa melihat?" Tanya Seungcheol.
"Iya dulu sampai umurku 7 tahun. Saat itu kami akan berlibur ke Busan, aku, umma dan appa. Terjadi kecelakaan besar saat itu karena sebuah truk yang tiba-tiba mengalami ban pecah, kami menjadi salah satu korban parah. Umma yang saat itu sedang hamil Do Yoon kondisinya sangat parah, lalu ketika proses melahirkan umma meninggal setelah dia memberikan nama pada Do Yoon. Appa tidak begitu parah, sedangkan aku harus rela kehilangan penglihatanku. Sejak saat itu aku tidak bisa melihat"
"Mianhae, membuatmu harus mengingat hal itu. Ummamu pasti bahagia disana, mempunyai anak secantik dirimu dan semenggemaskan Do Yoon"
"Aku harap juga seperti itu" ucap Jeonghan.
"Jeonghan ah. Mianhae, apa aku terlambat" suara jisoo tiba-tiba terdengar.
"Gwenchana Jisoo ya. Kajja. Ah gomawo Seungcheol ah, aku tunggu besok siang di cafe"
"Ne, aku juga senang bisa menemanimu"
"Sekali lagi gomawo Seungcheol ah. Aku seharusnya tidak terlambat" kini Jisoo yang berterima kasih.
"Gwenchana, aku pulang dulu. Sampai besok Jeonghan ah...Jisoo ya"
Jisoo lalu membawa Jeonghan menuju mobil mereka, Jisoo bisa melihat senyum bahagia di bibir Jeonghan. Dia sepertinya mulai mengerti jika sebenarnya Jeonghan sedikit menyukai Seungcheol.

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter 17
RomantikSebuah restoran dan coffe shop di salah satu sudut Cheongdam-dong, tempat dimana sebuah kisah cinta dimulai dan juga sebuah tempat seseorang menunggu sang kekasih sejati