Seoul, 22 mei 2015
Seungcheol membuka kedua matanya karena sinar matahari yang melewati kaca apartemennya, tepat dihadapannya adalah punggung Jeonghan. Kemudian Jeonghan berbalik hingga kini Seungcheol bisa melihat wajah cantik itu di pagi hari, dia dulu selalu berfikir kenapa hyungnya selalu bilang jika wajah kakak iparnya yang baru bangun terlihat begitu cantik dan kini ia tahu mengapa. Wajah Jeonghan terlihat begitu polos dan cantik, selama ini ia memang terlihat begitu cantik tapi melihatnya dalam keadaan tidur jauh lebih cantik.
"Hannie ya...irreona"
"Jam berapa cheol ah?"
"Sudah jam 8. Kau tidak ke cafe?"
"Hari ini cafe tutup sampai seminggu kedepan, anak-anak sedang ujian jadi mereka harus fokus dengan ujian mereka"
"Jadi apa yang akan kita lakukan hari ini?"
"Entahlah. Biasanya aku hanya di cafe atau rumah"
"Bagaimana kalau kita menonton?"
"Tapi Cheol ah...."
"Jangan menolak hanya karena kau tidak bisa melihat. Aku akan menjadi matamu hari ini, akan aku ceritakan semua keindahan hari ini padamu"
"Gomawo cheol ah"
Kedua orang itu pergi ke sebuah bioskop, seungcheol memilih film romantis. Selama film diputar seungcheol terus memandangi Jeonghan juga berbisik di telinga Jeonghan, sebenarnya ia sudah menonton film itu jadi sekarang ia hanya akan fokus pada Jeonghan.
Jeonghan sendiri merasa senang akhirnya ia bisa menikmati film, selama ini dia sangat ingin menonton film tapi karena kekurangannya ia selalu menolak ajakan Jisoo meskipun jisoo sendiri berjanji akan menceritakan jalan ceritanya.
"Bukankah filmnya sangat bagus? Kau tahu, aku selalu berharap bisa memiliki kisah cinta yang romantis. Meskipun tidak mungkin, tapi aku selalu berharap orang-orang berfikir jika kisah cintaku adalah cinta sejati"
"Kalau aku, aku hanya berharap seseorang yang aku cintai tetap bersamaku dan tidak meninggalkanku"
"Aku akan tetap disampingmu sampai kapanpun"
"Jika tidak?"
"Kau bisa membenciku sebanyak apapun atau kau bisa membunuhku"
"Aku pegang kata-katamu. Jika tidak bersiaplah Jisoo dan Mingyu akan membunuhmu"
"Aku siap!"
Bulan berlalu begitu cepat, suasana cafe semakin ramai. Jeonghan dan seungcheol semakin dekat, bahkan semua orang di cafe sudah berfikir jika keduanya berkencan. Sikap keduanya begitu mesra seperti pasangan baru, mereka yang sering berpegangan tangan, atau terkadang Seungcheol yang mencium pipi Jeonghan. Seungcheol sekarang juga lebih sering makan di cafe atau terkadang menyuruh orang untuk mengantar makanan ke kantor Seungcheol, bahkan sekarang seungcheol punya tugas baru untuk mengantar jemput Jeonghan.
Jeonghan sendiri merasa nyaman dengan hal itu, semua hal tentang Seungcheol selalu membuatnya nyaman. Cinta? Ia masih ragu tentang hal itu karena kedekatan mereka sendiri hanya beberapa bulan.
"Aku pergi. Jika bisa nanti siang aku kemari, nanti aku hubungi" ucap Seungcheol.
"Baiklah, annyeong" ujar Jeonghan.
"Saranghae nae cheonsa" bisik Seungcheol tepat ditelinga Jeonghan.
"Ppai ppai!!" Ucap Jeonghan dengan wajah yang memerah lalu segera keluar dari mobil Seungcheol.
Jeonghan lalu mengeluarkan tongkatnya dan langsung menuju cafe, wonwoo dan seungkwan adalah orang pertama yang menyapanya.
"Hyung, aku benar-benar bingung dengan hubungan kalian. Sebenarnya kalian berkencan atau tidak?" Tanya Wonwoo yang sekarang sudah menarik jeonghan untuk duduk disampingnya di meja panjang mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Winter 17
RomanceSebuah restoran dan coffe shop di salah satu sudut Cheongdam-dong, tempat dimana sebuah kisah cinta dimulai dan juga sebuah tempat seseorang menunggu sang kekasih sejati