Chapter 11

260 19 3
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat berat bagi Genta karena Genta harus menyaksikan cinta pertamanya itu pergi untuk selamanya. Cinta yang tak pernah ia bayangkan. Cinta yang berawal dari teman semasa kecilnya. Cinta yang selalu ia buat kesal dengan sifat jahilnya kini telah tiada. Betapa sakit dan menyiksa batin Genta.

Saat ini semua kerabat, sahabat dari Gene berkumpul mengelilingi makam dengan nisan yang bertuliskan
"Catherina Gene Audyantari" di tambah foto Gene yang begitu anggun mengenakan dress warna putih dengan rambut hitamnya yang panjang itu terletak di atas makam.

"Ody lo sahabat terbaik gue dy. Lo yang selalu bantuin gue ngerjain pr. Kenapa lo tinggalin gue sih dy. Terus kalo lo pergi gini yang bantuin gue ngerjain tugas siapa? Yang nanti dengerin curhat gue siapa?" Raya yang baru tau kalau sahabatnya telah berpulang itu langsung mendatangi makam Gene.

"Gene cantik Genta dateng nih Jen. Gene gue janji bakalan ngejalanin semua amanah lo. Gue janji bakal ngejagain jantung lo Jen gue janji sama lo" Genta terus menangis di atas makam Gene.

"Gue sayang sama lo Jen. Selamanya lo bakal ada di hati gue. Selamanya lo bakal jadi orang nomor 2 di hati gue setelah bonyok gue Jen. Lo yang tenang ya Jen. Gue bakalan dateng ke sini buat jenguk lo kok Jen"

***

Flashback on

"Odyy bantuin ngerjain pr donggg"

"Sini gue bantu. Apa yang belum lo bisa ray?" Gene mencoba membantu Raya mengerjakan tugas sekolahnya.

"Yang ini nih nomor 3 gue gak paham" Raya menunjukan soal yang belum ia pahami kepada Gene.

"Eh Dy gue mau curhat deh"

"Ampun deh Ray. Ngerjain dulu tugasnya baru deh lo curhat"

"Hehe iya deh Dy gue bakalan nurut sama lo" Raya selalu mengikuti semua yang di katakan Gene.

Flashback off

"Gue kangen sama lo Dy. Gue kangen curhat-curhatan sama lo. Gue kangen jogging bareng sama lo dy" Raya menatap terus wajah Gene dalam bingkai foto yang berada di kamarnya.

"Dy gue pasti bakalan sendirian di sekolah gak ada lo. Dy gue kangeenn. Odyyyyyy:(" Tiba-tiba saja air mata Raya terjatuh dan itu membuat hati Raya menjadi sangat sedih.

***

Flashback on

Lho? Genta? Lo kok di sini? Lo gak belajar??" Gene sangat terkejut ketika yang datang kerumahnya itu adalah Genta.

"Iya ini mau belajar. Belajar bareng lo. Boleh kan?"

"Iya boleh kok yaudah. Ke kamar gue aja" Gene pun berjalan menuju kamarnya yang di ikuti Genta dari belakang.

_ _ _

"Jen lo cantik juga ya" tanpa sadar Genta mengucapkan kata-kata yang sebenarnya belum siap ia katakan kepada Gene.

Sontak kata-kata Genta pun membuat Gene menoleh dan terkejut.

"Maksut lo Gen?" Gene terlihat kebingungan dengan sikap Genta.

"Eh eh engga kok. Gue ngigo. Haha lupakanlah. Jangan ge-er lo. Yaudah lo udah sampe mana? Gue masih nomor 3 nih hehe" Genta mengalihkan pembicaraan dengan sok belajar di depan Gene.

"Hah? Nomor 3? Gue udah nomor 20 Gen. Lo sih ngelamun mulu. Iya iya gue tau gue cantik. Tapi kerjain dong itu soal-soalnya" Gene tersenyum melihat Genta yang sedari tadi memperhatikannya.

"Dihh lo pede nya besar banget."
"Yaudah. Ajarin donggg Jen" Genta merayu Gene seperti anak kecil.

"Jijik gue jijik Gen wkwk. Yaudah sini gue ajarin caranya" Gene pun membantu Genta mengerjakan soal-soal.

Tak lama soal-soal yang mereka kerjakan pun terselesaikan, dan saatnya Genta untuk pulang karena sudah terlarut malam.

"Akhirnyaa selese juga nih soal" Gumam Genta.

"Iyaudah lo pulang gih udah malem. Besok sekolah ntar telat lagi lo"

Genta pun merasa kalau ia sedang di beri perhatian oleh Gene.
Genta pun membalas perkataan Gene dengan tersenyum dan langsung keluar kamar, menuruni anak tangga dan bergegas pulang ke rumah.

"Pulang dulu Genee. Byee *kissbye" Teriak Genta dari bawah rumah Gene.

"Ew. Hati-hati lo. Jangan ngebut" Gene pun berteriak dari balkon rumahnya.

Flashback off

Genta masih teringat jelas saat terakhir ia bertemu Gene yaitu saat ia datang ke rumah Gene untuk meminta bantuannya mengerjakan tugas sekolah.

"Gene cantik. Genta kangen Jen" Genta masih saja belum bisa melepaskan Gene.

Dengan air mata yang masih mengalir deras isak tangis yang masih terdengar di mulut Genta. Genta terus memandangi wajah Gene dari ponselnya.

"Gene nanti kalo Genta gak bisa ngerjakan PR yang bantu Genta siapa Jen?"

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari depan balkon kamarnya.

"Gentaa bukain pintunya dong. Gene mau masuk"

Genta mendengar suara Gene sontak dia langsung lompat dari tempat tidurnya dan berlari menuju balkon kamarnya.

Tetapi saat ia membuka pintu balkonnya Genta tidak melihat siapapun berada di sana. Iya suara Gene yang sempat Genta dengar hanyalah ilusinasi dan itu membuat Genta sangat sedih.

"Genee. Tadi Genta denger suara Gene. Tapi kok gak ada? Gene ngumpet dimana ihhh?" Dengan tangis yang tak kunjung reda Genta terus saja memikirkan Gene.

"Geneeeeeeeeeee" Genta berteriak dari dalam kamarnya.

"Genta sayang. Kenapa nak? Ada apa?" Mona pun langsung datang dan memeluk Genta.

"Mah. Genta kangen sama Gene mah. Genta sayang sama Gene mah. Gene cinta pertama Genta. Gene selalu bantuin Genta mah" Genta menangis di pelukkan Mona.

"Udahlah sayang Ody udah tenang sekarang. Ody gak jauh dari kamu kok. Ody dekat dengan kamu nak jantung Ody ada di tubuh kamu. Kamu gak perlu sedih karena Ody selalu di samping kamu" Mona mencoba menjelaskan kepada Genta.

"Udah sekarang kamu tidur ya. Pasti Gene udah nungguin kamu dalam mimpi kok"

Genta pun menuruti perintah mamanya itu.

Di bawah batu nisan kini kau tlah sandarkan kasih sayang kamu begitu dalam sungguh ku tak sanggup ini terjadi karena ku sangat cinta
Inilah saat terakhirku melihat kamu
Jatuh air mataku menangis pili hanya mampu ucapkan. SELAMAT JALAN kasih.

Hai. Ceritanya masih berlanjut kok gak sampai sini aja. Jangan lupa di votment ya readers.

She's My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang