"Nes Nes! Putra tuh!" bisik Maudy ketika kami sedang berjalan ke kantin. Tangannya menunjuk ke arah bangku yang ada di taman."Mana-mana?" aku mengikuti apa yang ditunjuk Maudy. Benar saja, ada Putra sedang duduk di bangku taman bersama teman-temannya. Mereka tertawa sesekali ketika salah satunya melawak. Aku ikut tersenyum ketika Putra tertawa. Rasanya juga ikut senang jika melihat orang tertawa, apalagi itu Putra.
"Plis, gak usah senyam-senyum di jalan. Mampet tau gak jalannya," celutuk Ella, yang membuat lamunanku tentang Putra buyar.
Kulihat ke belakang, banyak siswa yang mendengus kesal karena kita bertiga--aku, Ella, dan Maudy--berhenti di tengah jalan koridor. Aku malah terkekeh pelan. "Dimaklumin aja lah,"
Tiba-tiba Maudy menepuk pundakku. "Oya, tadi pas lo gak ada di kelas, si Seketaris OSIS--gue lupa namanya--bilang kalo nanti pulang sekolah ada rapat OSIS,"
Aku menghela napas, sembari kembali berjalan. "Ada yang mau gantiin gue gak?"
"Beneran mau digantiin? Ntar nyesel gak liat Putra," goda Ella.
Oh iya. Pasti nanti Putra bakal ikut rapat.
"Gak jadi deh. Gue akan menjalaninya tanpa beban," ucapku.
***
Bel telah berbunyi lima menit yang lalu. Saat ini aku, Maudy, dan Ella masih duduk di bangku taman sekolahan. Aku yang alasannya mager--males gerak--untuk rapat OSIS, dan Ella maupun Maudy yang menunggu jemputan.
"Lo kapan rapatnya sih," celutuk Maudy kepadaku sambil menguap karena mengantuk.
"Ceritanya ngusir gue nih?" balasku.
"Gak gitu, kan gue cuma perhatian,"
"Perhatian apanya--"
"Putra, Nes!" seru Ella heboh sambil menepuk-nepuk pundakku. Aku langsung mengikuti arah pandang Ella.
Tampak Putra sedang di depan kelas mengobrol bersama teman-temannya. Tas miliknya ia sampirkan di pundak kirinya, sedangkan tangan kanannya sibuk memperagakan apa yang dibicarakan. Beberapa siswi yang lewat menatap Putra dan sok ramah menyapanya. Tapi Putra acuh tak acuh.
Ok, ini rasanya sakit. Sedikit. Bisa dibilang ini rasa iri. Mereka saja bisa menyapa tanpa rasa malu, masa aku enggak? Oiya, harga diri. Jaga image di depan Putra, ntar malah dikira cewek caper.
Kulihat Putra mulai berjalan meninggalkan teman-temannya dan menuju ruang OSIS. Dan inilah waktuku untuk rapat.
"Buruan gih rapat! Biar ntar berpapasan sama Putra di pintu," ujar Ella, sambil senyam-senyum sendiri. Kuharap begitu.
"Gue suka deh ATra couple," sambungnya. Dasar.
"Yaudah, gue duluan ya!" aku langsung bergegas ke ruang OSIS.
Yah, harapan tak selalu sesuai dengan kenyataan. Buktinya Putra sudah masuk duluan.
Aku membuka pintu pelan. "Permisi, maaf telat," aku langsung duduk di kursi kosong.
"Nah, sudah lengkap kan? Sebelum kita mulai, ada pertanyaan?" tanya Raina, si ketua OSIS. Semua yang ada di dalam ruangan menggeleng.
"Rapat kali ini kita akan bahas class meeting kenaikan kelas besok. Ada yang punya usul, bagusnya kita ngapain untuk isi classmeet?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Agnes
Teen FictionKau tahu? Bagaimana rasanya jatuh cinta? Sulit diartikan dengan kata-kata. Yang pasti, kau akan lebih memperhatikannya dan jantungmu akan melakukan gerakan berdegup yang lebih cepat. Tapi, bagaimana jika disaat kau merasa orang yang kau suka sudah...