3.

84 24 1
                                    

Sudah beberapa minggu aku tidak melihat Putra lagi setelah kejadian ia mengantarkanku ke rumah. Mungkin karena sibuk belajar untuk ujian. Atau mungkin sibuk latihan futsal.

"Haaahh! Akhirnya selesai juga ujiannya!" seruku senang.

"Kita bebas!" sahut Ella.

"Kemana itu yuk, refreshing sehabis ujian," usul Maudy.

"Ayo!" Ella berseru setuju.

Baru saja aku akan menyetujuinya, tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Pulang ujian hari terakhir, ada rapat OSIS, jangan lupa ya!" ujar Raina lalu pergi menuju kelas lain untuk memberitahukan informasi penting itu.

Ah iya rapat OSIS! Duh, waktu rapatnya gak pas banget deh.

"Gue pingin! Tapi ada rapat OSIS," ujarku sambil menghela napas.

"Yaah, gak seru dong. Yaudah deh lain hari aja," kata Maudy memaklumi.

"Untung gue gak jadi apa-apanya OSIS," celutuk Ella yang membuatku hampir menjitaknya.

"Yaudah kita pulang dulu ya. Tuh, lo udah dipanggil kawanan OSIS lo,"

Aku menengok ke belakang. Yang benar saja, beberapa anak OSIS melambaikan tangannya padaku, menyuruhku untuk segera mengikuti mereka. Yah, tidak ada waktu kabur lagi.

"Pasti lo mau kabur kan? Ngaku lo!" tanya Vidya ketika aku menghampirinya.

"Ih apaan sih. Gue anak baik ya, selalu ikut rapat," balasku tak terima.

Vidya tertawa. "Iyalah selalu ikut rapat, setiap lo kabur aja ketahuan,"

Aku mendengus kesal. "Gue gak pernah mau kabur ya,"

Di dalam ruang osis, aku duduk di samping Vidya. Vidya langsung sibuk berceloteh dengan teman yang lain. Sedangkan aku sibuk me-refresh timeline LINE.

Kira-kira Putra ikut rapat gak ya? Semoga ikut.

Pintu ruang OSIS terbuka lebar. Masuklah beberapa anak laki-laki, diiringi suara tawa mereka. Salah satu diantara kerumunan laki-laki itu adalah Putra. Ia ikut tertawa ketika yang lain sedang membuat lelucon.

"Udah semua kan yang dateng? Gue tau kok kalian bosen dapat terus," Raina terkekeh.

"Jangan bilang kalo ngomongin classmet lagi. Plis kemaren kita udah rapat tiga kali ngomongin classmet," dengus Vidya kesal. Raina terkekeh lagi.

"Mau gimana lagi, gue lupa ngomong sesuatu tentang classmet,"

Raina lalu melanjutkan ucapannya. "Gak seru dong kalo lombanya gitu-gitu aja? Gimana kalo kita modifikasi dikit?"

Semua mengerutkan dahi bingung.

"Misal futsal pake sarung," ucap Raina enteng.

Wajah Putra mendadak jadi poker face. Rasanya aku ingin tertawa keras sekarang juga.

Putra langsung memasang wajah tidak suka. "Termasuk kiper?"

Raina mengangguk. "Yap, semua pemain. Gak cuma futsal aja sih, semua pertandingan. Setuju gak?"

"Gak! Gue gak setuju! Itu malah menghambat kemenangan!"

"Gue setuju!" seru Vidya.

"Setuju aja lah, cari suasana baru,"

AgnesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang