Lengkap sudah kebahagiaan di istana, setiap hari selalu ada canda tawa diantara pangeran, para pangeran diajari dan dididik oleh para penasehat raja, penyair, pemanah, pemain pedang yang ada di istana, mereka dilatih mulai dari bela diri, berburu, bermain pedang, memanah, juga bersyair, menunggang kuda, memahat, mengukir dan lain sebagainya. Semua pangeran mempunyai kepribadian pemberani, cakap, dan tangkas, mereka saling membantu satu sama lain, suka menolong juga ramah terhadap siapapun, ketampanan mereka dan keramahan mereka dalam sekejap tersiar kepada seluruh negeri, semua orang ingin bertemu sapa dengan mereka.
Tetapi tidak begitu dengan Putri Bunga, ada sedikit keanehan terjadi pada Putri Bunga, ketika umur satu tahun Putri Bunga tiba-tiba panas tinggi, semua tabib di seluruh penjuru dipanggil untuk menyembuhkan Putri Bunga tetapi tidak ada seorang pun yang bisa menyembuhkannya, Ratu Kemuning sangat bersedih, apalagi Raja Saleh, hatinya hancur berkeping – keping setiap ada laporan dari tabib, kalau dia tidak bisa berbuat apa-apa. Rasanya dunia akan kiamat, sungguh mengerikan bahkan mungkin sama menakutkannya dengan kutukan itu. Karena hal itu selalu membayangi pikiran sang raja.
Sudah tiga hari Putri Bunga belum juga sembuh, suhu badannya sangat panas, sepanjang hari menangis, bahkan dimalam hari juga. Rasanya hati ini sangat miris mendengar tangisan itu, serasa disayat benda tajam, kalau malam hari, tangisan itu membuat merinding, siapa saja yang mendengarnya pasti yang terbayang adalah setan atau malaikat pencabut nyawa sedang berkeliaran di istana. Sungguh mengerikan!
Raja Saleh mengurung diri dikamarnya, tidak mau makan dan tidak mau minum sejak raja tahu kalau Putri Bunga sakit, jadi ini hari ketiga raja berpuasa. Hatinya sungguh tidak tega melihat sang putri menangis kesakitan. Dengan keberanian yang tersisa, harapan yang tipis, Akhirnya Raja Saleh beranjak dan memberanikan diri menggendong Putri Bunga, dengan sangat hati-hati dia menggendongnya, dalam pangkuannya, Raja Saleh menangis berteriak untuk memohon kepada dewata yang Maha Kuasa, Raja Saleh menadahkan kedua tangannya keatas dan Putri Bunga berada ditangannya.
"Sang dewata yang Maha Agung, Maha Kuasa, sudah berkali-kali engkau berbelas kasih kepada hamba dan semua permohonan hamba Engkau jawab, kini putri hamba sedang sekarat tolonglah, sembuhkanlah dia, kami tidak tahu lagi harus berbuat apa, semua tabib tidak ada yang bisa menyembuhkannya. Sembuhkanlah sang putri dari penyakit yang dideritanya, hamba sungguh tidak tahan melihat penderitaanya, kalau bisa izinkanlah aku menanggung penderitaannya, biarkanlah aku yang sakit, janganlah anakku yang masih kecil ini menanggungnya. Tolonglah! Sembuhkanlah!" Raja berteriak dengan keras sambil menangis, semua orang yang diruangan itu juga ikut menangis.
Tiba - tiba sang putri terdiam dari tangisannya, Raja Saleh makin ketakutan, apakah Putri Bunga masih hidup atau sudah meninggal?. Perlahan - lahan Raja Saleh mengelus wajah Putri Bunga yang mungil, dia begitu cantik jelita, sang ratu sudah menangis sejadi-jadinya, dan para pangeran juga menangis, semua penghuni istana menangis tersedu-sedu.
Raja Saleh begitu menyayangi Putri Bunga, Raja Saleh masih memandang wajah Putri Bunga, perlahan lahan Raja Saleh meletakkan Putri Bunga diatas tempat tidur, Raja Saleh sungguh tidak tega memandang wajah yang polos itu, wajah itu terdiam, tidak bergerak, pupus sudah harapan, Raja Saleh pun bersimpuh lagi, tidak kuasa menahan rasa sedihnya, Raja dan Ratu pun menangis sambil bersimpuh, juga para pangeran segera merangkul raja dan ratu, mereka berpelukan satu dengan yang lainnya, melihat hal itu, semua yang ada di istana ikut menangis.
Tiba-tiba, Putri Bunga terbatuk-batuk keras, batuknya sangat panjang yang akhirnya muntah, Putri Bunga memuntahkan segumpal darah, segera tabib yang ada disitu segera memberikan pertolongan, badannya tidak panas lagi dan akhirnya Putri Bunga pun sembuh.
"Yang mulia, Badan Putri Bunga tidak panas lagi, Putri Bunga sudah sembuh yang mulia." Teriak tabib.
Raja Saleh begitu bergembira setelah tahu kalau putri kesayangannya sudah sembuh, sampai-sampai raja tidak sadar, raja menari – nari, melihat hal itu para ketujuh pangeran juga ikut menari bersama dengan Raja Saleh, Ratu Kemuning hanya tersenyum bahagia melihat raja dan pangeran seperti anak kecil sedang menari kegirangan. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, tiba – tiba Tabib berteriak.