Dulu ada seorang pemuda sedang berburu di hutan, dengan tangkas dia memanah hewan yang di incarnya, dalam sekejab, hewan itu sudah terjatuh, begitu juga burung di udara, dalam sekejab hasil tangkapannya telah cukup untuk hari itu. Dia adalah ksatria pemanah, parasnya tampan, mempesona setiap gadis yang melihatnya. Siapa pun yang melihatnya pasti jatuh hati, pada saat itu sang ksatria belum juga mendapatkan sang pujaan hati.
Ketika sedang mengitari hutan, pemuda itu bertemu dengan segerombolan perampok yang sedang merampok sebuah kereta, yang di dalamnya ada seorang tuan putri. Segera sang pemuda menghabisi semua perampok itu. Tuan putri sungguh berterima kasih, dan ketika melihat sang ksatria, sang putri pun jatuh hati, begitu juga sang ksatria. Tiada kata terucap tapi pandangan mereka telah mengikat hati keduanya, ingin rasanya segera membawa sang putri ke pelaminan, dan menjadikannya sebagai istri. Hayalan itu tiba-tiba hilang ketika sang putri bercerita, kalau perjalannanya menuju negeri seberang yang bertujuan untuk menikah dengan pangeran yang ada di negeri itu.
Sang ksatria merasa sedih, ini pertama kalinya hatinya terpikat dengan seorang gadis, tapi saat itu juga hati itu hancur, karena gadis itu harus menikah dengan lelaki lain.
" Apakah dinda sudah mengenal pangeran yang akan nanti tuan putri nikahi?" tanya sang pemuda itu.
"Belum kanda, kami akan menikah karena ini adalah perjanjian antara dua kerajaan, kami sama sekali belum pernah bertemu."
"Alangkah sedihnya hidupmu nanti dinda, kamu menikah dengan orang yang tidak kamu kenal, dan hanya oleh karena perjanjian kerajaan, maka itu harus dilakukan, dinda, pernikahan itu bukanlah hanya sebuah perjanjian, tetapi ikatan yang nantinya kamu akan membagi kehidupan bersamanya seumur hidupmu".
"Aku juga tidak tahu harus bagaimana, ini adalah perintah sang baginda raja, seorang anak harus mematuhi orang tua, dan harus berbakti kepada orang tua"
"Apakah tidak ada cara lain, supaya pernikahan ini dibatalkan?"
"Tidak ada jalan lain kanda."
Keduanya terdiam, cinta itu begitu kuat diantara mereka, bahkan tembok istana pun tidak bisa menghalanginya, tetapi cinta itu juga begitu rapuh, karena mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya mereka berpisah dengan hati yang pilu.
Tibalah sang putri di negeri tersebut, sang putri disambut dengan tarian yang indah, diiringi dengan musik. Keesokan harinya, sang putri menikah dengan sang pangeran mahkota yang ada di negeri itu, kelak sang putri akan menjadi ratu dikerajaan itu.
Ketika tiba waktunya menikah, disitulah pertemuan pertama sang putri dengan sang pangeran mahkota, sang pangeran memang cukup tampan, tapi tidak bisa mempesona hati sang putri, tatapan pertama mereka akan menentukan arah kehidupan mereka nantinya. Sang pangeran langsung jatuh hati ketika melihat kecantikan sang putri, tapi sang pangeran bisa merasakan kalau sang putri tidak terpikat padanya. Pernikahan pun berlangsung tujuh hari tujuh malam.
Setelah pesta selesai, sang pangeran membawa sang putri keruangan yang telah disediakan bagi mereka.
"Tuan putri Melati, sekarang sudah menjadi istriku, dan nantinya akan menjadi ratuku dan ratu di negeri ini, aku telah memperhatikan sejak pertama kali kita bertemu, kenapa wajah tuan putri tidak bahagia layaknya seorang yang akan menjadi ratu, apakah tuan putri benar - benar tidak merasa bahagia menikah denganku?"
"Maafkan hamba yang mulia, tidak selayaknya hamba menjadi istri bagi yang mulia, karena hamba tidak sedikit terpikirkan yang nantinya akan menjadi ratu di negeri ini, hamba merasa tidak siap yang mulia."
Alasan itu sebenarnya terlalu dibuat - buat, karena sebenarnya hati sang putri telah terpikat pada pemuda itu.
"Tuan putri, aku tidak akan memaksa, apabila nanti tuan putri sudah merasa siap menjadi ratu maka aku akan melakukan tugasku." Ujar sang pangeran dengan sedih.