Kesedihan Putri Bunga terasa berkurang karena dia mencari kesibukan sendiri dengan cara menghabiskan waktunya sepanjang hari di sebuah ruangan yang dipenuhi buku-buku, Putri Bunga menyuruh seorang pelayannya untuk membacakan buku buku tersebut, dalam sehari Putri Bunga bisa menghabiskan tiga sampai lima buku serta memahami semua isinya. Lama kelamaan Putri Bunga terbiasa dan merasa betah berada diruangan tersebut, melihat hal itu Raja Saleh pun mengubah ruangan tersebut supaya lebih nyaman bagi Putri Bunga, bahkan kadang di siang hari Putri Bunga tertidur disitu. Melihat hal itu Raja Saleh dan Ratu Kemuning merasa tenang, mereka tidak mengkhwatirkannya lagi.
Tahun demi Tahun berlalu dengan damai, hingga suatu siang gerimis datang, tetapi sepertinya gerimis itu tidak mengganggu semua aktivitas di istana, penghuni istana begitu terlihat sibuk, "Ada apa gerangan?" Ternyata semua sedang mempersiapkan hari pernikahan Pangeran Mahkota Asoka, seluruh istana dibersihkan, setiap sudut dibersihkan, semua pernak pernik yang lama diganti jadi yang baru. Hal itu sangat mengganggu kenyamanan Putri Bunga.
Putri Bunga tidak setuju ruangan bacanya ikut dirapikan, karena Putri Bunga sudah merasa memiliki atas ruangan tersebut, dan ketika hal itu sampai kepada raja, Raja Saleh pun tidak keberatan atas permintaan Putri Bunga yang sangat disayanginya.
Putri Bunga pun seperti biasa berada diruangan tersebut, Putri Bunga selalu didampingi seorang pelayan, khusus untuk bisa menemani, membacakan buku, mengawasi, mengajari dan menjawab semua pertanyaan Putri Bunga, semakin hari, Putri Bunga makin rajin belajar, Putri Bunga ingin mengetahui semua hal, begitu banyak pertanyaan dari Putri Bunga, yang kadang membuat si pelayan kewalahan. Waktu terasa cepat berlalu, Putri Bunga tidak pernah merasa bosan berada di ruangan tersebut.
Hingga siang itu, Putri Bunga bertanya kepada pelayannya.
"Ada berapa banyak lagi buku yang belum pernah dibacakan padaku?" jawab pelayan. "Tuan putri semua buku yang ada di ruangan ini, sudah hamba baca seluruhnya buat tuan putri, jadi tidak ada lagi buku yang belum tuan putri dengar," Tapi Putri Bunga tidak mempercayainya.
"Kalau semua buku yang diruangan ini sudah pernah dibacakan untukku, berarti tidak ada lagi buku yang tersisa. Kalau begitu izinkanlah aku sendirian di ruangan ini" Pinta putri Bunga kepada pelayannya
Pelayan tersebut merasa takut.
"Maafkan hamba tuan putri, hamba akan selalu menemani tuan putri di tempat ini, ampuni hamba tuan putri, jangan usir hamba dari sini, nanti yang mulia raja marah padaku" mohon sang pelayan, tapi Putri Bunga memang ingin sendirian.
"Pergilah, hal ini tidak akan saya perkarakan sama yang mulia raja, nanti aku akan beritahu, bahwa akulah yang menyuruh kamu untuk tidak menemaniku disini, karena aku hanya ingin menyendiri untuk saat ini, apabila aku membutuhkanmu, aku akan memanggilmu, jadi pergilah, tinggalkan aku sendiri." desak Putri Bunga.
Pelayan itu pun keluar dari ruangan tersebut, Putri Bunga terdiam, merenung, menikmati kesendiriannya, Putri Bunga merasa sepi bahkan sangat sepi, tetesan air gerimis menetes satu persatu, hanya itu suara yang Putri Bunga dengar, lama kelamaan kesepian itu serasa mencekamnya, menghimpitnya, bahkan serasa sesak didada, sampai tidak bisa bernapas, Putri Bunga bergulat sendirian, Putri Bunga berusaha melepaskan cengkraman itu, dengan sekuat tenaga, akhirnya bisa melepaskan cengkraman itu dan berteriak sekencang-kencangnya "LEPASKANNNNNNN!".
Jeritan Putri Bunga tersebut sangat keras, bahkan terdengar keseluruh istana, semua orang terkejut. Putri Bungapun terasa lega setelah lepas dari cengkraman itu, nafasnya masih terengah-engah, seperti sedang berlari kencang.
Tiba-tiba Putri Bunga melihat sebuah cahaya dari sebuah pintu yang ada diruangan itu, cahaya itu sangat menyilaukan matanya, dan karena sinarnya yang membuat matanya terasa perih, dia menutup kedua matanya. Kemudian sang putri tersadar, kenapa aku memegangi kedua mataku?, bukankah aku ini buta, tapi sinar itu begitu silau sehingga matanya rasanya perih untuk melihatnya.
Dengan perlahan - lahan sang putri melepaskan tangannya dan membuka matanya dan Putri Bunga bisa melihat jari jarinya, dan tangannya dan melihat seluruh isi ruangan tersebut.
"Woow aku bisa melihat! Aku bisa melihat! Terima kasih Tuhan!" Begitu gembiranya Putri Bunga hingga melompat kegirangan menari kesana kemari, dan tanpa melihat kiri kanan dia tersangkut diantara pakainnya yang membuatnya jatuh terjerembab tepat didepan pintu yang ada cahaya tadi.
Putri Bunga masih posisi terjatuh, Putri Bunga memandangi pintu tersebut, ada keanehan di pintu itu, cahaya itu masih ada tetapi tidak sesilau tadi.
Tiba - tiba pintu masuk keruangan itu dibuka dan Raja berteriak, "Putri! Putri!, Raja Saleh dan pengawal raja dan pangeran datang berlari menolong Putri Bunga. Disaat itu juga, cahaya dan pintu itu lenyap, para pengawal memapah Putri Bunga duduk, Putri Bunga kini bisa melihat wajah Raja Saleh, ayahandanya, masih terlihat tampan dan berwibawa, tidak lama kemudian Ratu Kemuning datang dengan napas terengah-engah
Setelah tiba di kamar itu, wajah Ratu Kemuning, ibundanya, sungguh sangat anggun dan cantik, Mereka sangat menyayanginya, ada rasa cemas di wajah mereka, kemudian Raja Saleh berkata.
"Tuan Putri anakku! ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa tadi Tuan Putri berteriak? Terus kenapa Tuan Putri terjatuh?" pertanyaan bertubi-tubi pun dihanturkan Raja Saleh. "Hamba tidak apa-apa ayahanda, tadi hanya terpeleset." Putri Bunga berusaha menenangkan Raja Saleh, tapi Raja Saleh masih terlihat cemas, belum juga Putri Bunga menjawabnya, tiba tiba Ratu Kemuning segera memeluk Putri Bunga,
"Putriku kenapa? Ada apa ini? Jawab putriku!" Ratu Kemuning kelihatan lebih cemas lagi, "Ibunda, Putri tidak apa-apa,"
Raja Saleh memanggil pelayan yang selalu menemani Putri Bunga setiap harinya, Raja Saleh begitu marah, belum pernah Raja Saleh mempunyai wajah yang begitu marah, semua orang yang ada di istana tidak berani melihat muka Raja Saleh, semua menunduk, pengawalpun membawa sang pelayan,
"Hai pelayan yang tidak setia, kenapa engkau tega meninggalkan Putri Bunga seorang diri diruangan ini?"
"Ampunilah hamba yang mulia, hamba tidak bermaksud meninggalkan Tuan Putri, tapi Tuan Putri yang menyuruh hamba untuk pergi, begitu yang mulia,"
Mendengar penjelasan sang pelayan itu, amarah sang raja sedikit mereda, tapi Raja Saleh tidak percaya apa yang dikatakan si Pelayan, bagaimana mungkin Putri Bunga menyuruhnya pergi, Raja Saleh menanyakan hal itu pada Putri Bunga yang dari tadi terdiam sambil memandang lurus, seakan akan Putri Bunga belum bisa melihat, Putri Bunga tetap bersikap seperti biasa, Putri Bunga belum memberitahu siapapun apa yang barusan dialami ataupun yang dilihatnya, karena Putri Bunga belum tahu apa dan mengapa semua itu terjadi. Raja Saleh sudah berada didekatnya,
"Putriku, apa benar yang dikatakan sang pelayan itu?"
" Benar ayahanda, putri yang menyuruhnya pergi, karena tugasnya sudah selesai".
"Apa maksudnya tugasnya sudah selesai? Tolong jelaskan putriku!"
"Ayahanda, sang pelayan bertugas menemaniku untuk membacakan buku kepadaku, dan ayahanda harus tahu, kalau semua buku yang ada diruangan itu sudah dibacakannya semuanya, jadi apalagi tugas sang pelayan ayahanda?"
Raja Saleh terkejut dan bingung, rupanya Putri Bunga begitu giat, ingin mengetahui semua hal melalui buku-buku, dan semua buku itu sudah dipahaminya,
"Luar biasa, aku sendiri juga belum membaca setengah dari semua buku-buku itu", begitulah gejolak dihati Raja Saleh.
"Kalau begitu, putriku tersayang, besok akan aku suruh para pengawal untuk pergi kenegeri lain untuk mencari dan membeli buku-buku yang banyak, supaya putriku bisa terus belajar,"
"Dengan senang hati ayahanda," Raja Saleh pun membebaskan sang pelayan,