Putri Bunga memasuki ruangan pribadinya, diantar oleh Raja Saleh dan Ratu Kemuning. Setelah tiba di ruangannya, Raja Saleh hanya terdiam, sang ratu pun membuka suara, " Putriku sayang, sekarang apa yang putriku inginkan, pasti akan kami kabulkan," sang putri pun gembira " Bunda, tolong izinkan putri keluar dari istana, pergi ke hutan, ke gunung, bermain disungai, berlari dipadang rumput, dan naik kuda, putri ingin melakukan itu semua bunda." Renggek sang putri. Sang ratu memandang wajah sang raja, memberi isyarat supaya mengizinkan sang putri bisa keluar dari istana, dengan berat hati sang raja pun mengiyakan.
"Iya putriku, kamu bisa keluar dari istana, tapi ingat tidak boleh sendirian, harus seizin ibunda atau ayanhanda raja." Jawab Ratu Kemuning.
"Terima kasih bunda, aku cinta ayah dan bunda," mereka saling berpelukan. Kemudian Raja Saleh dan Ratu Kemuning keluar dari kamar Putri Bunga.
Tinggallah Putri Bunga yang kini berpura-pura jadi buta, sebenarnya Putri Bunga sudah bisa melihat, tapi Putri Bunga tidak mau memberitahukan kepada Ratu Kemuning dan Raja Saleh.
" Aku ingin tahu kenapa aku bisa melihat? Siapa yang menyembuhkanku? Sebelum terjawab itu semua, biarkanlah semua orang menganggapku buta." Guman sang putri dalam hati.
Sambil merenung sendirian, Putri Bunga masih terus terbayang dengan cahaya yang keluar dari kamar yang ada diruang baca tersebut.
"Kenapa begitu misterius? Ada apa sebenarnya didalam sana? Aku harus mencari tahu? Sinar itulah yang menyembuhkan mataku, siapa yang sanggup menyembuhkanku? Sedangkan ayahanda sudah bersusah payah mencari tabib untuk menyembuhkanku, tetapi tidak satupun yang bisa. Aku harus mencari tahu, ada apa dibalik pintu itu." Demikianlah sang putri gelisah diruang pribadinya, dia jalan mondar-mandir yang akhirnya memutuskan untuk mencari tahu.
Keadaan sepi, semua orang bergegas ingin istirahat, karena seharian sibuk mengurus dan membersihkan istana. "Semoga semua tertidur lelap" guman sang putri. Dengan langkah perlahan-lahan tanpa mencurigakan, Putri Bunga dapat menyelinap diantara gorden dan pintu - pintu yang harus Putri Bunga lewati. Ruang baca itu lumayan jauh, harus melewati ruang pertemuan, ruang pelayan, baru di ujung sebelah barat singgasana, disitulah ruang baca tersebut.
Sampai di depan pintu masuk, sang putri membuka pintu dengan perlahan, ada dua daun pintu, perlahan - lahan dan akhirnya masuk, dari dalam sang putri menguncinya. Ruangan itu terlihat rapi, semua buku tersusun rapi, ada rak besar bertingkat tujuh, semua penuh buku, "Woow aku sudah membaca buku itu semua" bisik sang putri dalam hati, ada tempat tidur besar yang telah disediakan Raja Saleh apabila Putri Bunga tertidur, ada dua kursi yang empuk yang panjang, ada meja yang besar, menghadap jendela sebelah timur, ruangan itu terlihat gelap karena cahaya dari luar saja, sang putri tidak berani menyalakan pelita karena takut terlihat dari luar.
Kemudian mata Putri Bunga tertuju pada pintu itu, ada sedikit keraguan dan ketakutan menyelimuti hati Putri Bunga, tapi Putri Bunga tetap melangkah, serasa ada magnet yang menariknya kearah pintu tersebut.
Sekilas pintu itu tidak terlihat seperti pintu, karena pintu itu seperti hiasan dinding, atau mungkin itu hanya halusinasi, karena pintu itu tidak ada pegangan atau engsel, yang ada hanya sebuah ukiran pedang, seperti hiasan dinding, atau mungkin Putri Bunga salah melihat, tapi cahaya itu berasal dari sudut itu.
Putri Bunga menyentuh dengan perlahan - lahan, kemudian merabanya, trus mencoba mendorongnya, tetapi tidak ada gerakan apa-apa, Putri Bunga bahkan dengan usaha keras mendorongnya tetapi sia-sia.
Mustahil! Putri Bunga mencoba lagi mencari celah, kalau kalau ada celah, tapi tetap tidak ada hasil,
"Tidak mungkin, dari sini aku melihat cahaya itu, sebuah pintu yang terbuka sedikit, aku harus menemukannya." Guman sang putri.
Dengan sekuat tenaga, Putri Bunga mendorong dinding tersebut, tetapi tetap tidak bergerak, itu benar - benar dinding. Akhirnya, sang putri terduduk kelelahan, sang putri bersandar pada dinding tersebut yang dianggapnya sebagai pintu.
Tidak berapa lama, karena kelelahan, sang putri tertidur, antara sadar atau tidak, tiba-tiba pintu itu terbuka, sang putri terbangun,
" Apakah ini mimpi? Kemudian sang putri mencubit pipinya, "Woow, sakit! Aku sedang tidak bermimpi" teriaknya.
"Ini benar - benar pintu, bagaimana bisa terbuka? Tanya Putri Bunga dalam hati, dengan perlahan beranjak dan melangkah masuk, cahaya terang itu belum sirna, padahal diluar sudah gelap gulita. Ketika Putri Bunga melewati pintu itu, pintu itu tiba - tiba tertutup dan berubah jadi sebuah pohon. Pohon itu bukan pohon biasa, sang putri kebingungan.
"Ini tempat apa ya? Ini bukan di istana, ini disuatu tempat, sang putri berjalan menyusuri pohon - pohonan, semak - semak, rasanya segar sekali berada di tempat itu. Akhirnya keinginan sang putri terkabulkan, berjalan - jalan di hutan, rasanya seperti bebas.
Sudah lama berjalan tapi sang putri tidak menemukan seseorang yang bisa ditanyain, ini sebenarnya tempat apa, dan dimana? Akhirnya di kejauhan dikaki bukit ada sebuah gubuk.
"Pastilah ada orang disana", bisik sang putri. Putri Bunga melewati rumput - rumput hijau, serasa ingin menari diatas rumput itu, begitu lembut dikaki, dengan berlari-lari kecil, Putri Bunga akhirnya tiba di gubuk tersebut dengan hati yang penuh tanda tanya.
Tok! Tok! Tok! Putri Bunga mengetok pintu gubuk itu.
"Masuklah tuan putri" ada sahutan dari dalam gubuk itu.
"Kenapa orang itu tahu siapa aku ini?" Sang putri bertanya dalam hati, dengan perlahan, sang putri membuka pintu itu, dan anehnya, pintu itu sama dengan dingding yang ada diruang baca, ada hisaan pedang disana, sama persis, tidak ada bedanya. Anehnya lagi ini adalah sebuah gubuk tapi mempunyai pintu yang sangat indah. Lama Putri Bunga berdiri didepan pintu tersebut. Masih penuh tanda tanya, sang putri memberanikan diri masuk kedalam gubuk tersebut.
Setelah melangkah masuk pintu itu tiba - tiba tertutup dan berubah menjadi lemari. Dan sang putri berada disebuah ruangan yang sangat indah, ada tempat tidur yang indah, ada rak buku yang sangat besar, yang dipenuhi buku-buku, ruangan ini mirip dengan ruangan baca yang ada di istana, tetapi ini lebih luas, sang putri masih diliputi sejuta pertanyaan, diujung ruangan ada kursi empuk disitulah seseorang sedang duduk santai.
"Mendekatlah kesini Putri Bunga"
Suara itu sepertinya tidak terdengar asing, tapi siapakah beliau yang mengetahui kedatanganku dan tahu namaku? Sang putri terasa tersihir, melangkah dengan perlahan lahan mendekati suara itu.
"Silahkan duduk" Sapa suara itu.
Sang putri masih membisu, sejuta pertanyaan yang ada dibenaknya tapi satu pun belum terjawab. Sang putri pun duduk, dan berhadapan dengan orang itu, dia seorang yang kelihatan tua tapi wajahnya penuh kharisma, senyumnya membuat hati sang putri tenang, tatapannya memberikan kehangatan, ada banyak cinta disana, wajahnya bersih dan berseri, rambutnya terurai panjang, tidak ada ketakutan lagi yang dirasakan sang putri. Rasanya nyaman duduk berhadapan dengan dia.
"Aku adalah Putri Melati, aku akan menceritakan sebuah kisah kepadamu, dan kisah ini berhubungan denganmu Putri Bunga, dan dengan kisah ini, semoga semua pertanyaan yang didalam hatimu bisa terjawab." Putri Melati mulai bercerita, sedangkan Putri Bunga mendengar dengan seksama.