CHAPTER 1 - PLUVIOPHILE || Fragmen 6 Menjadi Hujan (part1).

194 8 55
                                    

Udara dingin ditemani kabut senja menyelimuti se-isi kota, gemericik hujan mulai perlahan reda, tinggal tetesan kecil di ujung atap yang tertinggal. Beberapa orang yang tadi tengah berteduh mulai berjalan kembali mengisi trotoar, berjalan diatas genangan air yang membasahi sepanjang jalan.

Juni masih duduk di bawah terpal biru yang membentang menaungi lapak dagangannya. Secangkir kopi yang setia menemaninya tinggal menyisakan ampas di dasar gelas. Kepulan asap dari mulutnya membumbung, bersatu dengan kabut di ujung senja.

I breath you in with smoke in the backyard lights
We used to laugh until we choked into the wasted nights
It was the best time of my life, but now im sleep alone
So don't, don't, don't wake me up cause my thrill is gone

Senja semakin larut, matahari yang akan segera menghilang dari singgasananya mulai terlihat indah, cahaya redup yang berwarna sedikit kemerahan menembus selimut kabut. Di saat itu ruang imajiner Juni seakan terpaksa untuk memutar kembali segala kenangan tentang hujan, dimana Lova adalah pemeran utamanya. Dan Juni juga terpaksa untuk menerima kenyataan bahwa kini hujan itu melukiskan perpisahan yang tak pernah ia ikhlaskan.

In the sunset turning red behind the smoke,
Forever and alone, yeah!

Chapter 1.
PLUVIOPHILE

- Fragmen 6 -
Menjadi Hujan.

Senja telah berganti malam, cahaya dari rembulan yang berbentuk bulat itu Nampak begitu mempesona, seakan mengingatkan Juni akan begitu indahnya pipi Lova yang bulat nan menggemaskan, yang selalu membuat Juni ingin mencubitnya.

Juni tengah berjalan menyusuri gang kecil yang menuju ke kamar kost, dengan langkah yang seakan belum rela untuk melupakan jejak-jejak kaki Lova yang kecil dalam hatinya, jejak yang terlihat telah berjalan menuju hati Juni yang paling dalam. Lova telah benar-benar berada di dalam hati Juni, sejak hari pertama mereka bertemu, dan semakin jauh masuk disetiap waktu yang pernah mereka habiskan bersama. Meski kini itu semua tinggal kenangan.

Langkah Juni yang lunglai akhirnya berhenti di depan sebuah kamar kost. Ruang imajiner kembali memutar kenangan yang pernah ia alami, dimana Lova yang pernah berdiri di depan pintu itu seraya meledek Juni dengan sebutan "penguin". Juni terkekeh, giginya mengintip dari sela baris bibir yang terbuka.

Manusia adalah makhluk lemah, terkadang mereka ingin terlihat kuat, maka dari itu mereka selalu menggunakan topeng sebagai pelarian. Tempo hari ketika dia sedang chatting dengan Chita, Juni memang berkata bahwa ia ikhlas dengan kepergian Lova, tapi terkadang apa yang diucapkan mulut tak selalu sama dengan apa yang dirasakan hati.

Juni memutar handle pintu kost, dan dengan segera segala kenangan akan Lova yang ada di kamar kost Juni mulai menyerbu, menghambur menghantam Juni dengan telak, seakan meledek dirinya, " kau masih mencintainya pecundang!"

You've gone and sewn me to this bed The taste of you and me
Will never leave my lips again under the blinding rain
I wanna hold your hand so tight, I wanna break my wrist
And when the vultures sing tonight I gonna join right in

J U N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang