1 || LUKA

797 35 2
                                    

Wajah rupawan, tinggi 180, mata hitam yang tajam, dan jangan lupakan marga 'Wijaya' yang disandang dibelakang namanya. Sebuah kata sempurna tampaknya mampu mewakili sosok Fattan Parama. Semua wanita mengilainya, tentu saja karena deretan harta yang nominalnya sudah tak terhitung. Wajah tampan ?? Oh ayolah, siapa peduli dengan wajah tampan, dunia tak senaif itu kawan.

Brak

Kelakuan semena-mena Fattan adalah makanan biasa bagi Bagas. Yep, Bagas adalah satu-satunya teman Fattan selama hampir 14 tahun belakangan ini. Fattan terlalu pemilih bahkan untuk sekedar mencari teman. Laki-laki itu berdecih pelan setiap kali melihat ada yang mencoba mendekatinya. Perteman yang tulus, hanya sebuah kalimat kosong nan bulshit dimata Fattan.

"Ini masih pagi Bro !! Lo udah maen gebrak-gebrak meja orang aja !!", Bagas yang tengah sibuk menyalin pr nya mendongak untuk sekedar memastikan apakah tanduk Fattan sudah tumbuh semua.

"DIEM !!", singkat padat, jelas. Bagas langsung menelan ludah ditempat sambil meringis tipis. Tanduk Fattan sepertinya sudah tumbuh sempurna, buktinya sahabatnya ini sudah menjelma menjadi Hell Boy.

Tak berani membantah, Bagas lebih memilih diam dan melanjutkan aktivitasnya.

Saat Fattan marah, maka cukup biarkan laki-laki itu bergulat dengan emosinya sendiri. Jangan ikut campur atau nasib buruk akan menunggumu. Bagas cukup paham dengan yang satu itu. 14 tahun berteman dengan Fattan membuat Bagas sudah cukup bisa menangani setiap kelakuan ajaib sahabatnya ini.

"Gue cabut duluan, Gas !! Mood gue ancur", Brak, sekali lagi Fattan menggebrak meja didepannya dan membuat seisi kelas menatapnya horror.

"Sip, semoga selamat sampai tujuan ditempat cabut lo !!", wejangan sableng dari Bagas itu membuat Fattan mendengus. Gak lucu, tapi lumayanlah sedikit menghibur paginya yang kacau berantakan ini.

Fattan mengambil sebatang rokok yang terselip di saku celananya, perlahan tapi pasti bibirnya mulai aktif menghisap kepulan nikotin dari hasil pembakaran tembakau itu. Merokok selalu bisa menjadi pelariannya untuk mengalihkan pikiran.

>>>>> <<<<<

"Saya sudah muak sama kamu !!!", wanita paruh baya itu berteriak nyaring sambil menyorot penuh kebencian pada lawan bicaranya.

"Brengsek, kamu pikir kamu saja yang muak !! Saya juga sudah muak, lebih bak kita akhiri saja !!", mata laki-laki itu tampak memerah, semua urat dilehernya bercokolan seolah menunjukan bahwa laki-laki itu siap meledak kapan saja.

"Oke, cepat talak saya, dan mari kita bertemu dipengadilan"

Dan setelah kalimat bernada menantang itu meluncur, gadis yang sedari tadi menguping pembicaraan kedua orang tuannya, hanya bisa membekap telinganya rapat-rapat. Sebisa mungkin dia menghalau setiap suara yang menerobos gendang telinganya dengan kurang ajar. Dia tidak siap dengan kehancuran ini, demi apa pun Farah lebih baik mati dari pada harus melihat kedua orang tuanya bercerai.

"Hah !!", nafas Farah terengah, peluhnya menitik sebiji jangung di sudut keningnya. Mimpi itu lagi, batin Farah lelah.

Kejadian laknat itu sudah berlalu dua tahun yang lalu tapi sialnya Farah masih saja mengingat setiap detilnya dengan jelas. Sial sekali kan ??

Hari ini tepat dua tahun setelah orang tuanya bercerai dan itu berarti Farah yang diasuh papanya akan pindah untuk diasuh mamanya yang sudah menikah lagi. Begitulah perjanjiannya, tiap dua tahun sekali Farah akan berpindah, dari papa ke mama, dari mama ke papa, ini benar-benar merepotkan.

Farah melirik koper yang sudah disiapkannya sejak dua hari lalu. Mamanya tinggal di Jakarta dan kabarnya mamanya sudah menikah dengan duda beranak satu. Hah.. Farah membuang nafasnya, berusaha mengenyahkan sesak yang tiba-tiba saja menggerayangi dadanya.

Broken SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang