Masa SMA.
Orang bilang, masa ini adalah masa yang paling indah. Namun sejak tadi pagi, aku malah mengawalinya dengan terhanyut dalam lamunanku.
"Sekar Pratama." Seruan lantang dan tegas menyerukan namaku. Seseorang menyenggol sikuku. Aku tersentak. Buru-buru kuluruskan pandanganku dan mengangkat tangan kananku.
"S-Saya ka!" Balasku lantang. Kakak yang memanggil namaku memasang tampang seram. Ia menatapku beberapa detik kemudian menulis sesuatu di atas papan jalannya. Aku tertegun, meratapi kecerobohanku.
"Berhubung semuanya sudah di absen, kakak akan pergi mencarikan kelas dulu untuk kalian. Tolong di jaga ketertibannya." Ucapnya lantang. Tak ada yang menghiraukannya. Saat kakak itu pergi, suara bising-bising mulai terdengar. Di dekatku, terdengar kekehan pelan dan percakapan kecil beberapa anak. Aku mulai memperhatikan mereka.
"...Aku lulusan SMP 12 Semarang lho!"
"Waaah, jauh ya. Kalau aku dari SMP yang dekat dengan rumah sakit yang baru di buka."
"Beneran? Aku dekat situ loh rumahnya!"
"Wahh bisa main dong!" Mereka terkekeh. Aku ikut terkekeh pelan. Tiba-tiba, semua pandangan mengarah padaku. Kesunyian menari diantara kami.
"Oh... Maaf.. Hahaha..." Ujarku seraya tertawa renyah. Aku mengasingkan diri dari kerumunan itu. Setelahnya, percakapan mereka berlanjut kembali. Kutatap kerumunan itu dengan muka masam. Tak lama, seorang lelaki lebih tinggi sejengkal dariku dengan badan berisi menghampiriku.
"Hallo!" Sapanya sambil tersenyum. Ia melirik Nametag yang kukenakan. "Sekar ya? Salam kenal. Namaku Rizky Fernanda." Ia mengulurkan tangannya.
"I..Iya. Salam kenal juga ya.." Balasku sembari menyaut tangannya dengan ragu-ragu. Sebelum tangan kami bersentuhan, seorang gadis menepis jabatan kami. Gadis itu menatapku dari bawah ke atas. Senyuman tipis terukir di bibir tipisnya.
"Ga biasa jabat tangan cowok ya? Gapapa, gausah maksain. Dia anaknya memang suka caper." Celotehnya sembari memasang wajah mengejek ke arah lelaki itu. Lelaki itu merengut.
"Gua Tari." Ucap gadis itu seraya melambaikan tangannya sambil tersenyum.
"Oh.. Hai.." Balasku sambil tersenyum tipis. Aku menghela nafas lega dalam hati.
"Ayo dek, baris yang rapih ya." Ucap kakak cantik yang penuh karisma (menurutku) dengan lantang. Mataku tak bisa lepas darinya.
"Puji, Kenapa mereka masih di luar? Suruh mereka masuk!" Seorang perempuan kurus dengan postur badan liat-betapa-seksinya-diriku a.k.a seperti bebek menghampiri Kak Puji dan mengomel. Aku menatapnya sambil merengut.
"Huff... Ganggu pemandangan aja. " Cibirku pelan. Seorang lelaki di sampingku menahan tawanya. Aku menoleh. Ia menatapku dengan mata yang sedikit berair.
"Alo!" Ucapnya sambil tersenyum. Mataku melebar.
"Ha.. Halo." Balasku kaku. Sementara itu, anak-anak lainnya memasuki ruangan yang telah di instruksikan. Aku tak mendengarnya karena sibuk mengagumi karisma lelaki ini. Kami saling bertatapan cukup lama.
"Yuk masuk." Ajaknya sembari menunjuk ruangan yang harus dimasuki. Aku tersentak, wajahku memerah.
"Eh.. A-ayo.. Yuk. " Balasku. Ia kembali tersenyum padaku dan meninggalkanku. Aku mengikutinya masuk ke kelas dan duduk di kursi kosong seadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From That Day Onwards
RomanceHai, aku Sekar Pratama. Seorang gadis yang baru memasuki usia remaja, namun memiliki cerita yang mungkin tidak dimiliki kebanyakan orang. Orang bilang aku aneh, kuper, dan kaku. Tapi itu tidak berlaku untuk beberapa orang. Karena itu, aku akan berus...