2 - Perkenalan (2)

2 1 0
                                    

Hari kedua MOS.

Hari ini kami di suruh membawa bekal dari rumah. Jam 9:00. Kak Tara menyuruh kami menaruh bekal di atas meja.

"Nah, bekal yang kalian bawa, kalian makan ya. Waktunya 15 menit dari sekarang." Ucap kak Puji sembari melihat jamnya. Seluruh anak di kelas ini mulai memakan bekalnya. Aku menatap Anis.

"Anis..." Anis menatapku. "Aku sudah sarapan." Lanjutku.

"Oh. Terus kenapa?" Jawab Anis cuek sembari terus memakan bekalnya. Aku merengut. Kuputuskan untuk ikut memakan bekal juga.

10 menit telah berlalu.

"Alhamdulillah kenyang." Anis mengelus-elus perutnya seperti orang tidak pernah makan selama 3 hari. Anis menatap bekalku. "Sekar! Bekalmu masih rapih!" Seru Anis kaget. Aku menutup bekalku.

"Kenapa masih belum di makan?! Laukmu itu sayur, kalau sudah terlanjur di buka, makananmu akan basi. Setidaknya, makan saja sayurnya." Celoteh Anis. Aku menatap Anis, memelas.

"Anis..." Ucapku pelan. Anis membantuku memakan bekalku dengan sendoknya. "Makasih Anis!" Aku tersenyum. Saat nasinya tinggal setengah, ia menghentikan kegiatannya.

"Maaf Sekar, aku sudah gak kuat lagi.." Anis memegangi perut dan mulutnya. Aku menatapnya iba.

"Gak apa-apa Nis! Aku habiskan!" Ucapku riang. Makananku habis dalam waktu 2 menit.

"Kenyang?" Celetuk Anis. Aku menyengir.

"Kak Puji! Di sebelah sini ada yang makanannya masih banyak." Seru kak Tara. Semuanya menoleh ke sumber suara. Lelaki yang kemarin mencalonkan diri menjadi ketua kelas, wanita berparas cantik dengan tubuh kurus dan kulit putih bersinar, dan wanita bertubuh kurus kering dengan mata lebar dan bibir sedikit tebal. Kedua wanita itu menggunakan kerudung, aku tidak. Mereka bertiga tidak menghabiskan makanan mereka.

"Kakak. Bagaimana ini? Masa makanannya di buang? Sayang ya.. Padahal diluar sana masih banyak orang yang rela banting tulang pagi-siang-malam demi sesuap nasi." Celetuk kak Tara.

"Hmm yah.. Gimana ya.. Aku sedang berpuasa jadi ga bisa bantu."

"Kakak gamau tau, pokoknya gimana pun caranya, semua makanan ini harus habis dalam waktu 2 menit. Yang lain, boleh ikut bantu ngabisin. Dimulai dari, sekarang!" Seru Kak Refky. Anis dan seluruh anak laki-laki lainnya berhamburan memakan bekal yang masih tersisa banyak. Beberapa perempuan juga ikut, tapi aku tidak. Aku hanya mau makan bekas orangtuaku, saudara kandungku, dan Anis.

....

Kami dikumpulkan di aula untuk mendapatkan informasi mengenai SMA dan OSIS di lingkungan sekolah ini. Kakak yang menyampaikannya adalah ketua OSIS di sekolah ini. Namanya--

"Reihan. Waktunya 20 menit lagi." Bisik kakak pembina lainnya yang berada di luar ruangan.

"Siap." Balas kak Reihan. Aku duduk di barisan kelima dari depan. Dan ya, itu cukup terdengar di telingaku.

"Informasi tambahan. Di sekolah ini juga ada Organisasi yang mendampingi OSIS, namanya MPK. Kalian pasti pernah mendengarnya bukan?" Ucap kak Reihan penuh semangat. Seseorang masuk dengan almamater biru dongker dengan pinggiran berwarna hitam garis-garis. Perawakannya tinggi, gagah, penuh karisma dan senyumannya.. menawan. Mendadak, seisi ruangan ini menjadi sangat tenang.

"Wuaah sepi sekali. Nah, ini ketua MPK di sekolah kita. Namanya kak Calvin Yesaya." Kak Calvin berdiri tepat di samping kak Reihan. Ia tersenyum penuh karisma.

"Hallo!" Sapanya lembut. Sontak seuruh aula mendadak ramai.

"KAK CALVINN!!!!" Pekik seluruh anak perempuan(termasuk kakak pembina) dengan histeris. Perempuan yang tadinya di belakang, langsung menyerobot ke depan untuk melihat wajahnya lebih jelas. Aku melirik Anis yang tertangkap basah sedang memperhatikanku. Aku menatapnya datar.

"...Apa?" Tanyaku ketus.

"Tidak tertarik?" Tanyanya kembali tanpa menatap mataku. Aku mengerutkan alisku.

"Hah? Untuk apa? Terlalu banyak saingan. Hahaha." Tawaku pelan. Anis menyengir kuda.

"Yaah... Cepat atau lambat kamu akan tertarik pada--NYAHhaAAMpunn..." Aku mencubitnya kencang saat ia tengah bicara. Aku melepaskan cubitannya.

"Kasar sekali.." Anis meringis sambil memegangi lengan bekas cubitanku. Aku membuang muka. Keributan masih berlanjut seolah tak akan pernah berlarut.

"Anis."

"Kenapa?!" Balasnya ketus. Aku merengut.

"Aku belum bilang apa-apa lho!" Cibirku. Anis merengut.

"Anis yang manis. Maafin aku ya." Ucapku semanis mungkin.

"Makasih Sekar. Sekar baru tau ya kalau Anis manis?" Balasnya sambil memasang tampang manis yang mengundang muntah. Anis tertawa pelan.

"Begitu aja sudah K.O. Payah." Celetuk Anis.

"PENGUMUMAN!!" Suara kencang seseorang membuat keributan tadi reda. Aku dan Anis ikut terdiam. Aku menoleh ke asal suara. Seorang bapak-bapak yang-entah-dari-kapan munculnya sudah memegang Mik di samping kak Calvin dan kak Reihan.

"Bagus. Minta tanda tangan dan mengobrolnya nanti saja. Dengar, jam 3 nanti, MOS hari kedua akan berakhir. Besok, datang seperti biasa. Kalian pulang setengah hari." Sorakan seluruh aula terdengar sangat riuh. Aku melihat jam. Sekarang sudah pukul 13:30.

"OH. Satu lagi. Berhubung sekarang sudah jam 13.31, kita akan melaksanakan Shalat berjamaah. Perempuan tetap berada disini, laki-laki ke Masjid."

Skip-

"Anis!" Aku menghampiri Anis yang tengah berjalan sendirian dengan tasnya. "Kamu cepat sekali menghilangnya. Tadi aku cari kamu kemana-mana tapi kamu menghilang entah kemana." Cibirku. Anis menghela nafasnya.

"Anis. Makan yuk. Aku lapar nih." Ucapku riang. Anis mengerutkan alisnya.

"Kamu moody-an ya. Untung aku tidak sepertimu." Celetuk Anis. Aku merengut.

"Duh Anis. Kamu dingin sekali. Pantas saja kamu tidak pernah punya pacar." Celetukku kembali.

"Kurang ajar!" Anis mencubit pipiku kencang sekali. Aku membalasnya.

"Guuuh khamu kerjaannya ngikutin terus!" Anis mencubitku lebih keras.

"Ahees Aheees! (Aniis Aniiiis!)" Saat mengatakannya, air ludahku keluar dari mulutku. Aku ikut mencubitnya lebih keras. Mata Anis berair. Ia melepaskan cubitannya. Aku memegangi pipiku.

"Pfft!" Anis menatapku dengan mata berair dan mulut terkatup rapat. Aku mengelap mulutku.

"Buahahhaa! Untung saja, aku tidak kena." Ucapnya di sela tawanya. Wajahku sedikit memanas.

"Aduh... Perutku sakit. Hahaha!" Tawanya semakin menjadi-jadi.

"Ukh.." Aku menunduk malu. Anis menghentikan tawanya.

"Ha.. ha.. Sepertinya aku kelewatan. Yuk kita cari makan!" Anis mengeluarkan kunci motornya. Aku teediam. "Aku yang traktir!"

"Oke! Hehhee.." Balasku riang.

Sementara itu, Vio berjalan melewatiku tanpa kusadari..

************************************
Bersambung...

From That Day OnwardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang