Pertemuan Singkat

14.6K 890 275
                                    

Kau adalah tempat terbaik untuk berbagi. Seperti bintang yang setia pada langit.

                                                               ———🌠———

"Shani cepat bangun sudah siang, nanti Mama bisa telat gara-gara nungguin kamu!!!"

Suara itu menggelenggar seperti sambaran petir di tengah hujan. Mendengarnya membuat siapapun kaget, dan hendak menutup telinga rapat-rapat. Ah, bukan! Mungkin lebih mirip ledakan bom. Hendak memecahkan gendang telinga. Sontan membuat gadis berambut kecoklatan, dan berkulit putih itu, kaget. Syukurlah ia kembali ke dunia nyata.

Gadis itu mengucek matanya. Kemudian dengan malas ia bangun. Wajahnya sangat kucel, seperti kebanyakan orang yang baru bangun tidur. Apa lagi rambutnya, begitu acak-acakan. Serupa tidak di sisir sebulan, Shani bangun selalu dengan kondisi yang sama. Barang kali itu sudah menjadi ciri khasnya.

"Aduh Mama, ini masih jam 6, bisa ga sih banguninnya nanti aja. Aku masih ngantuk tau," ucapnya malas. Kemudian melayangkan tubuhnya kembali ke kasur empuk, miliknya. Sarah yang notabenya adalah Mamanya, sungguh geram melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.

"Mama sekarang ada meeting penting, cepat bangun Shani! jika tidak, mama akan berangkat duluan!" Sarah mengancam dengan nada tinggi. Akibat tingkah anaknya yang samakin membuatnya frustasi.

"Udah mama berangkat duluan aja, biasanya juga aku berangkat sendiri."

"Kamu nih ya, di perduliin malah ngelunjak, yaudah terserah kamu aja!" Sarah akhirnya memilih pergi dari kamar Shani, meninggalkan anaknya sendirian.

Kepala Shani terasa berdenyut hebat. karena, sikap mamanya yang selalu berubah. Kadang bersikap baik nan lembut, namun seketika berubah 180 derajat. Membuatnya semakin tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi pada Mamanya itu, padahal dulu ketika ia masih kanak-kanak Mamanya selalu menemani dan memanjakannya. Tapi kini, zaman sudah tidak seperti dulu lagi, kian kemari Shani semakin tumbuh dewasa. Tumbuh menjadi gadis yang pintar dan mandiri. Berbeda dari masa kecilnya yang selalu manja.

Matanya lama kelamaan semakin berat. Seperti ada sesuatu yang membebaninya saja, kepalanya pun semakin cenat cenut. Tanpa butuh waktu lama, Shani pun sudah mulai memasuki alam mimpi.

Detik demi detik semakin berjalan, tanpa henti. Shani semakin terlelap dalam tidurnya.
Bahkan sudah memulai untuk membangun mimpi baru. Tapi, seketika ia sadar, bahwa ia harus SEKOLAH.

Spontan Shani mengangkat badannya, "aduh mampus nih gue, pake acara ketiduran segala lagi." Shani segera mungkin melirik arlojinya. Berharap dia hanya tertidur lima menit, tapi naas itu hanya hayalan semata.

"Mampus deh gue, jam 7 kurang lima belas lagi," ucap Shani sambil menepuk jidatnya. "Gue harus siap-siap sekarang," lanjutnya, di barengin dengan pelesetan super cepat ke kamar mandi.

Hanya butuh beberapa menit, kini Shani sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia bergebas mengambil tasnya yang sebelumnya terletak di atas kasur. Tidak lupa juga untuk bercermin sebentar, untuk memastikan penampilannya.

Shani melesat dengan cepat menuruni anak tangga, berharap dewi fortuna sekarang sedang ada di pihaknya. Ketika Shani sedang menuruni anak tangga, dia mendengar suara seseorang yang menyuruhnya untuk sarapan terlebih dahalu. Siapa lagi kalau bukan bi Monik, asisten rumah tangga di tempat Shani berteduh. Yang sudah di anggap sebagai ibunya sendiri.

"Non Shani sarapan dulu, ini udah bibi buatin makanan khusus, untuk non Shani."

Shani hanya memalingkan kepalanya ke arah suara bi Monik datang. Tetapi, ia hanya menggelengkan kepala. Dan melanjutkan kembali langkahnya, yang kian kemari semakin cepat.

The MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang