"Hai Shani."
Baru saja Shani melangkahkan kakinya memasuki kelas, tapi Zulham terlebih dahulu menjegatnya di depan pintu kelas. Sehingga membuat Shani kaget. Spontan ia pun memundurkan langkahnya. "Yaampun, Zulham. Lo ngagetin gue aja."
Zulham tersenyum dengan percaya diri. "Shan, mau bantuin gue ga?"
"Bantu apa?"
"Gini, hm... PR kimia susah ya?" Zulham mencoba memberikan kode.
Shani menaikan satu alisnya, "engga juga, kenapa emang? Mau gue ajarin?"
"B-bukan, percuma juga lo ngarin gue. Gue ga bakal ngerti. Jadi, gue boleh ga nya--"
"Shani!!!" Rayhan tiba-tiba saja berteriak dari arah belakang. Shani langsung memalingkan wajahnya, "kenapa Rey?"
"Please pinjemin buku PR kimia lo dong. Gawat darurat nih, gue belum. Gue ga ngerti. Boleh yaa?" Reyhan berbicara dengan nafas yang terengah-engah. Zulham tanpa basa-basi lagi, ia langsung ke pokok permasalahan. "Gue juga ya, Shan. Gue juga belum. Si Raka yang biasanya PR nya gue contekin hari ini dia ga masuk."
"Please Shan, gue ga mau di hukum bersihin kamar mandi. Lo tau sendiri kan, kamar mandi sekolah kita kalau minggu terakhir kotornya kaya gimana." Reyhan memcoba memasang wajah yang dramatis. Seakan dirinya manusia yang paling tidak beruntung. Zulham hanya ikut mengangguk-nganggukan kepalanya.
Shani menggeleng-gelengkan kepalanya, "kalian ini ya, sudah kelas 12 masih saja ga ngerjain PR sendiri." Ia membuka resleting tasnya, lalu menyerahkan buku tugas Kimia. "Nanti kalau sudah selesai, langsung kasih gue ya. Jangan kasih ke siapa-siapa lagi."
Reyhan dan Zulham mengangkuk serentak. Tangannya dengan cepat meraih buku tugas milik Shani.
Sepuluh menit berlalu Shani masih asik memainkan layar ponselnya, mencari lagu-lagu yang akan memberi semangatnya pagi ini.
"Hoi." Raina memukul meja, kelas. Sehingga menimbulkan bunyi yang cukup kencang. Alhasil Shani langsung terkejut. "Serius banget main handphonenya, sampai kaget gitu."
Shani memutar wajahnya ke arah itu datang. "Ah elo ternyata, Rain. Kemana lo baru dateng? Kesiangan?"
Raina mengambil kursi di sebelah Shani. "Biasa, abang gue yang kesiangan. Motor gue lagi bocor jadi gue nebeng sama dia deh."
"Ini, Shan gue balikin. Makasi ya." Tiba-tiba saja Reyhan datang sambil memberikan buku tugas milik Shani. Reyhan sedikit melirik Raina sebentar. "Nih ya, Raina saksi kalau bukunya udah gue balikin."
"Lah ko?" Raina nampak kebingungan, ia tidak mengerti apapun.
Shani mengambil bukunya. "Iya, yaela segala pake saksi."
"Shaniii, makasi ya." Zulham berteriak dari sudut pojok ruang kelas. "Lain kali, lagi ya." Lanjutnya sambil tertawa.
Shani menggelengkan kepalanya, "lain kali sih lo harus belajar sendiri." Shani tersenyum lebar, sedangkan Zulhan hanya memajukan bibirnya beberapa cm, sebagai tanda kekecewaan.
Shani memasukan bukunya le dalam tas. "Rain, temenin gue yuk. Ke kamar mandi."
"Ikut dong." Reyhan tanpa aba-aba, langsung menjawabnya. Lantas Raina spontan memukul bahu Reyhan keras. "Ahhh, sakit, Rain. Lo kejam banget sih sama pangeran lo sendiri."
Raina membesarkan bola matanya. "Dih, pengeran apaan? Pangeran kodok."
"Udah-udah. Jadi pada berantem sih. Lo lagi, Ray, ngapain lo ikut? Gue mau ke kamar mandi." Shani mencoba menjadi penengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Miracle
ספרות נוער"Jaman sekarang emangnya masih ada yang percaya keajaiban?" Kata-kata itu terlintas di fikiran seorang gadis berumur 16 tahun, gadis yang selalu mencari keajaiban tapi tak kunjung ia dapatkan. Keajaiban yang menghantarkan sebuah takdir baru dalam ke...