(14) Vierzehn

1.9K 301 51
                                    

WARNING!!!
Typo everywhere and
Don't be silent readers...
Happy reading ♡
.
.
.

El bangkit dari tempat tidurnya, pemuda itu meletakan asal handphone Soojung di atas tempat tidurnya tergeletak begitu saja, ia tinggalkan ke toilet.

Pemuda itu memutar keran air, membasuh wajahnya berkali-kali dengan air dingin yang mengalir dari keran wastafel, setelahnya ia hanya meremas tepian wastafel, menatap pantulan wajahnya di cermin sembari merutuki kebodohannya beberapa menit yang lalu.

Ia sadar, ia bahkan sangat sadar. Meskipun ia tertarik pada Soojung, bukan berarti ia bisa mencampuri urusan pribadi Soojung, memasuki wilayah teritorial Soojung sesuka hatinya dengan tanpa ijin membuka handphone gadis itu. Sungguh bukan perbuatan yang terpuji. Dan tentunya seorang El Karlstein masih memiliki kehormatan untuk tidak berbuat curang seperti itu.

Sekali lagi ia membasuh wajahnya, sebelum beranjak keluar dari toilet, karena setelah ini ia harus menemui Soojung dan secepat mungkin mengembalikan handphone itu ke tangan pemiliknya.

El meraih handphone yang tergeletak di atas ranjangnya, memasukan benda persegi itu ke dalam sakunya dan berjalan keluar.

Pintu kamar Soojung tertutup rapat, masih sama seperti setengah jam yang lalu, saat pemuda itu meninggalkannya setelah selesai membantu Soojung meletakan semua barang belanjaan Soojung di dalam kamar gadis itu.

Dengan ragu El melangkah ke dekat pintu kamar Soojung, yang hanya terpisah oleh koridor kecil yang memisahkan antara kamar Soojung dan kamar miliknya.

El menarik nafasnya sebelum mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu bercat putih di hadapannya.

Tok tok tok..

Ini lebih sulit di banding mengikuti sidang kelulusan. Pemuda itu sedikit gemetar, keraguan mulai menyergap, sedikit takut untuk menjelaskan alasannya, takut Soojung tak mempercayainya.

Beberapa menit kemudian pintu itu bergerak, terbuka secara perlahan. Sosok Soojung muncul setelahnya, dengan rambut yang masih dibelit handuk. Gadis itu sepertinya baru saja selesai mandi.

El terdiam sejenak, mencoba merangkai kata yang tepat untuk mulai menjelaskan. Di hadapannya Soojung mengerutkan dahinya bingung.

"Ada apa?" Tanya gadis itu heran.

" Soal handphone mu." Kata El memulai.

"Ah, jangan ingatkan itu lagi. Aku sudah berusaha menghubungi kakak ku lewat e-mail agar ia bisa menyampaikan pada orang tua ku, hanya saja aku melupakan satu urusan penting di handphone ku." Soojung berkeluh kesah padahal El belum menyampaikan maksud dan tujuan pemuda itu berada di depan kamarnya.

Sedetik kemudian El mengangkat sebelah alisnya, tertarik.

" Apa itu? Apa aku boleh tahu?" tanya pemuda itu, ingin mengetahui ada hal berharga apa dalam handphone gadis di hadapannya, jika benar-benar berharga Soojung pasti akan sangat berterima kasih padanya.

" Jongin menghubungiku berkali-kali tadi, sebelum handphone ku hilang tentunya. Dan aku belum membalasnya." El termasuk golongan orang bodoh jika tak menangkap kekhawatiran yang di tularkan Soojung dari nada bicaranya.

Pemuda itu mendesah pelan. Ternyata pemuda bernama Jongin itu benar-benar mempengaruhi sebagian kehidupan Soojung.

"Ah iya, jadi by the way. Ada urusan apa kau mengetuk kamarku?" Tanya Soojung ketika menyadari, pemuda di hadapannya ini mempunyai maksud lain, tapi malah terpotong karena mereka terlalu asyik mengobrol sampai Soojung melupakan prihal kedatangan El.

DISTANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang