WARNING!!!
Typo everywhere and,
Don't be silent readers...
Happy reading ♡
.
.
.Setelah pemakaman selesai, Jongin mengistirahatkan tubuhnya di sofa ruang keluarganya.
Ia tidak menyangka orang sebaik ayahnya bisa pergi secepat ini.
Sekali lagi ia menyeka air matanya yang keluar begitu saja, menggunakan punggung tangannya.
Jika orang berfikir dia adalah pemuda yang kuat, bisa dikatakan itu benar. Tapi, sekuat apapun seorang pria ada saatnya dimana ia harus mengeluarkan air mata, mungkin saat bibirnya tak sanggup lagi berucap seperti saat ini.
Jadi ia memilih untuk menangis sebagai pelarian atas beban yang berturut-turut menimpanya.
Jongin bangkit, ia berjalan menghampiri sang ibu yang terduduk di meja makan, bersama Chorong dan istri Jongdae.
Saat itu Jongin sadar, yang paling sedih saat ini bukanlah dirinya, tapi wanita yang sudah mengucap janji suci dengan mendiang ayahnya, wanita yang melahirkan ia dan kedua kakaknya ke dunia, ya tentu saja wanita itu adalah ibu yang paling ia cintai.
"Bisa tinggalkan aku dan ibu berdua, noona?" Pinta Jongin pelan, kedua wanita lainnya beringsut pergi tanpa mengatakan apapun.
Tangisan ibunya pecah saat Jongin memeluknya erat, Jongin tahu, sedari tadi ibunya diam bukan karena dia kuat, bukan karena ia tegar, itu hanya karena ia tidak mau menjadi beban untuk orang lain.
Ibu Jongin menarik tubuhnya dari dekapan anak bungsunya, menyeka air mata putranya itu sembari tersenyum tulus.
" Kau sudah makan, Jongin?"
Bahkan disaat seperti ini, ia masih sempat-sempatnya menanyakan hal yang bahkan sudah Jongin lupakan.
"Tidak nafsu, bu."
"Tapi kau harus makan, sayang."
"Hanya jika ibu mau makan bersamaku."
"Ibu tidak lapar, Jongin."
"Kalau begitu aku juga tidak lapar, ibu."
"Ongin, Nenek." Si kecil Joyie memanggil, sembari berlarian menghamiri Jongin dan ibunya.
"Ada apa cantik?" Jongin bertanya sembari merengkuh tubuh mungil Joyie dalam gendongannya.
"Aaahhh..." Joyie memberi intruksi, supaya Jongin membuka mulutnya.
Saat Jongin membuka mulutnya, sebuah benda berukuran sebesar uang logam dalam versi berisi berhasil masuk kedalam mulutnya.
Coklat, ucap Jongin dalam hati.
"Sekarang nenek, buka mulutnya, Ahhhh.."
Ibu Jongin menurut, ia membuka mulutnya, membiarkan Joyie memasukan benda yang terlihat olehnya seperti coklat itu ke dalam mulutnya.
"Coklat bisa membuat orang-orang bahagia, semoga coklat pemberian Joyie bisa membuat Ongin dan nenek bahagia."
"Joyie, bisa tidak sehari saja kau tidak membuat hot uncle mu ini tidak gemas, dan berhenti berharap bisa memakanmu."
"Joyie merindukan Ojung." Bisik gadis mungil itu saat memeluk Jongin.
"Soojung sudah dikabari?" Tanya ibunya yang tak sengaja mendengar omongan Joyie.
"Sudah bu, percuma dia tidak akan membalasnya. Ia sudah memiliki dunianya yang baru." Sahut Jongin, membuat Joyie mengerutkan dahinya bingung. Sedangkan ibunya yang paham maksud Jongin hanya mengangguk pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANCE
FanfictionDear you, I may be thousands of miles away... But you're still the first thing on my mind.... H . J . JUNG © 2016