"Cukup! Mati lo anjing!"
Bugh!
Tanpa segan dan ragu, Ali melayangkan satu tinjuan keras tepat dirahang Roy, membuat manusia yang sudah dianggapnya musuh paling bangsat itu terjatuh di tanah dengan tangan memegangi titik yang menjadi sasaran tinjunya.
"Bajingan!" Roy menggeram marah seraya berusaha bangkit dari aspal panas jalanan.
"Yeah, itu gue," Ali menyeringai, mengusap kepalan tangannya seolah-olah siap berperang.
Roy menerjang Ali dengan tiba-tiba sehingga membuat mereka bergulung ditanah, menghujani tubuh Ali dengan pukulan bertubi-tubi membuat bekas memar disana sini. Roy duduk diatas perut Ali dan mencengkram erat kerah seragamnya, ia melarikan kembali kepalan-kepalan tangannya disekujur tubuh Ali secara bringas seakan mengeluarkan semua hal yang selama ini ia pendam.
"Sialan!"
Sekuat tenaga Ali menyingkirkan tubuh Roy dari atasnya, setelah melihat Roy terkapar, tanpa jeda Ali menendang Roy tepat di ulu hatinya dan sukses membuat Roy mengeram menahan sakit. Namun setelah itu, mereka melanjutkan bertukar tinju dengan lebih membara.
Merasa ngeri melihat adegan dihadapannya Prilly meloncat dari atas motor dan mendekati pertarungan sengit antara dua cowok berpostur sama itu, sebelum Prilly melangkah lebih jauh dengan sigap Bara menjegahnya agar tak mendekat.
"Biar mereka yang nyelesaiin, lo diem aja disini," Bara mencengkram pegelangan tangan Prilly kuat, memperingati Prilly untuk tidak mendekat. Kenapa selalu tangannya yang menjadi sasaran?
"Lepasin, mereka gak boleh berantem kayak gitu Bara!" Prilly berusaha memberontak, namun tetap saja kekuatannya tak sebanding dengan cowok itu.
"Bara lepasin!"
"Siapa pun, pisahin mereka!"
"Bara!"
Prilly menjerit-jerit tepat didepan wajah Bara, namun Bara tetap bergeming melihat lurus pertarungan temannya dengan tangan yang masih menggengam pergelangan tangan Prilly.
"Ali!" Pekikan Prilly melengking bersamaan dengan tubuh Ali yang ambruk ketanah, Roy tersenyum licik dan membuang balok kayu yang ia gunakan untuk memukul Ali.
"Mampus lo Ali!" Roy mendekat lalu menginjakan kakinya tepat didada Ali membuatnya terbatuk-batuk menahan sesak, Prilly melotot melihat itu, tak ada diantara mereka semua yang bergerak untuk memisahkan bahkan Bara, seakan didepan mereka adalah pertandingan seru yang tak boleh dihentikan.
Cukup! Ini keterlaluan.
"Arhg! Prilly."
Setelah berhasil menggigit dengan sekuat tenaga tangan Bara, dan menendang tulang keringnya Prilly terlepas dari cengraman erat seorang Bara. Gadis itu berlari dan memunggut balok kayu yang digunakan Roy tadi, lalu dengan cepat ia menerjang punggung tegap Roy dengan pukulan brutalnya membuat Roy memekik.
"Damn! Cewek sialan, berhenti!"
Prilly tetap tak berhenti, ia memukul diseluruh tubuh Roy dengan sekuat tenaga, entah mengapa ada rasa marah saat melihat Ali tak berdaya seperti sekarang karena manusia busuk didepannya. Sesekali Prilly menendang Roy yang perlahan memundur dan selalu menangkis, hingga akhirnya cowok itu terjatuh juga.
Dengan cepat Prilly melangkah mendekati Ali yang masih terbatuk-batuk, sekilas ia melirik sinis semua manusia yang menonton adegan tadi, mereka semua masih bergeming walau sudah turun dari kendaraannya masing-masing dan memasang kuda-kuda siap menerjang.
Prilly membantu Ali terduduk.
"Ali kamu gak papa, mana yang sakit?" Tanya Prilly cemas, bahan entah sejak kapan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Bad Boy [End]
Teen FictionAku telah mengingkari segalanya. Menjadikan dia serpihan kecil di Istanaku, bukan permaisuri pangeran istana ku - Thofan Aranka Dari kisah Cinta Aliandra Aranka dan Prilly Violeta Thomas, semuanya terungkap. •°•°•°•°•°•°•°°•°...