Sixteen- Ali Bete!

7K 452 5
                                    


Pagi hari yang cerah, Prilly bersenandung kecil sembari menekuni masakannya di dapur dibantu beberapa pelayan, yang tadinya berusaha keras menjauhkan Prilly dari dapur mereka. Bukan apa, tapi mereka hanya takut di marahi oleh tuan muda mereka, Ali. Sebagian pelayan sudah mengenal Prilly dan mengetahui Prilly, karena beberapa kali Prilly pernah kesini.

Bau harum menguar dari dapur, membuat Dimas yang sedang menuruni tangga dan masih mengenakan baju tidurnya mengendus seperti anak anjing, tak berfikir lama, ia segera menuju dapur.

"Kayaknya enak."

Prilly sedikit berjenggit kaget, ia membalikkan tubuh dan mendapati Dimas sedang duduk manis di pantry, Prilly menatap cowok itu kaku seraya tersenyum canggung.

Dimas meneliti Prilly dari ujung kaki hingga atas, gadis itu sudah mengenakan seragam sekolah yang ditutupi apron merah, rambutnya ia sanggul ke atas, dan mengenakan sandal rumahan berbentuk kelinci. Lucu, satu kata yang terlintas di pikiran Dimas, tersenyum menatap Prilly yang masih diam.

"Hai, udah bangun?" Akhirnya gadis itu bersuara, mencoba berdamai dengan Dimas. Prilly hanya berfikir, Dimas memiliki masalah yang besar dilihat dari tadi malam saat ia mengintip cowok itu di balkon, jadi, apa salahnya Prilly berusaha berdamai perlahan dengan Dimas, walau kesalahan yang Dimas lakukan membuatnya masih merasa terancam. Lagipula Dimas teman masa kecilnya, dia mengenal Dimas, dia sangat penyayang dan polos, namun hanya saja sesuatu mengubahnya menjadi seperti sekarang, dan Prilly akan berusaha mencari tahu.

Dimas mengangguk, mencomot roti panggang di pantry dan mengolesnya dengan selai coklat.

"Mandi gih, keburu siang."

Tutur Prilly, lalu dia kembali memasak. Dimas hanya menurut ia memakan rotinya dengan senyum yang merekah, dan berjalan kembali ke kamarnya.

Di tengah tangga dia bertemu Ali yang sedang mengenakan jam tangan, dan seragamnya sudah terpasang rapi di badan atletisnya. Mereka saling tatap, lalu Dimas kembali tersenyum gila, "Berasa punya istri," Setelah mengucapkan itu Dimas kembali menaiki tangga.

Ali memandangnya aneh, "Udah sinting kali ya?" 

◀◀◀◀◀◀◀◀◀◀◀

  Mobil sedan putih Ali terparkir sempurna di parkiran sekolah, berjejer dengan beberapa mobil siswa lainnya. Ali turun dari mobilnya dengan wajah menahan kesal, berbeda dengan Prilly yang menampilkan wajah cerahnya, disusul Dimas yang bersiul-siul ringan setelah menutup pintu penumpang bagian belakang.

Tanpa mengucapkan apapun Dimas berlalu dari sana, "Dasar 'gak tahu diri, gak bilang makasih gitu udah numpang," Ali menggerutu melihat kepergian Dimas.

Dan, yah mengejutkan, yang biasanya Ali dan Dimas tidak menganggap satu sama lain bahkan sampai berangkat bersama, berbeda dengan pagi ini, Dimas dengan muka polosnya meminta tumpangan di mobil Ali. Saat itu juga Ali langsung mengetahui maksud terselubung dari otak setan itu, karena ada Prilly.

"Sama saudara sendiri, jangan pelit. Aku ke kelas dulu ya, daah," Prilly juga berlalu begitu saja, menambah guratan kesal diwajah Ali pagi ini.

Seraya masih bergumam mengatai Dimas, Ali mengetik sesuatu di ponselnya dengan kasar, lalu berlalu menuju kantin, Ali akan bolos saja hari ini, moodnya benar-benar hancur karena Dimas yang menyebalkan dan Prilly yang tidak peka.

Saat memasuki area kantin, Ali disambut oleh suara sumbang Tino dan beberapa anak-anak gang lainnya. Mereka menyanyikan lagu acak di iringi gitar penuh tempelan stiker milik Bara.

"Bang Ali, dari mana saja kau? daku rindu akan wajah mu," Tino meloncat dari meja seperti monyet,  melesat duduk dibangku panjang yang diduduki Ali.

He's My Bad Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang