Lama.Gantung.gak.jelas.Disini mungkin akan banyak kata-kata kasar, 'cause gue baru suka ngumpat btw:"(
Prilly memandang keluar jendela taksi dengan cemas, berusaha mencari keberadaan Ali di sekitar hutan, yang sialan gelap.
"Pak berhenti!" ujarnya, lebih tepatnya pekikan.
Itu jelas motor Ali, terjembam di semak-semak dengan mengenaskan. Prilly meringis membayangkan Ali, apa akan lebih mengenaskan?
Gadis itu membayar dengan dua lembar uang seratus ribu, dan keluar setelah mengucapkan trimakasih kepada bapak taksi tua tadi. Ali harus menganti uang sakunya selama dua minggu, batinnya.
Berjalan menaiki sedikit tanjakan, dan melihat sekitaran semak-semak dibantu dengan cahaya ponselnya. Hatinya tertampar rasa khawatir saat tak menemukan Ali disekitar motornya itu, dan ini hutan, dan dia sendiri, dan lagi dia teramat takut.
Pada akhirnya, dia memilih berteriak. "Ali!" Prilly berjalan menyusuri pinggiran aspal, dan melihat hutan gelap dengan teliti.
"Ali, kamu dimana?!"
"Alii!"
Sempat terfikir olehnya kalau Ali telah digigit serigala jadi-jadian bermata merah lalu menjadi werewolf telanjang yang berkeliaran memangsa korban dengan sinting, atau tergigit zombie dan menjadi zombie mengerikan dengan mata hampir keluar. Sialan tolol.
Lalu otaknya yang pintar seketika mengingat ucapan ditelpon beberapa menit yang lalu,
"Aku ada di danau, deket markas, hati-hati ya.."
Danau, sepi gelap dan mungkin ada macan kelaparan, sialan.
Setelah menengok dibeberapa sisi, dia melihat turunan yang sedikit menyeramkan dan licin dengan rumput dipenuhi embun. Prilly mengarahkan smartphonenya yang dalam mode on senter ke arah jurang mini itu, mengarahkan dengan sungguh-sungguh.
Yang dia harapankan dia menemukan Ali, bukan bangkai cowok tampan.
Dan itu dia disana, tersungkur tidak bergerak sedikit pun, dan prilly menjerit ketakutan di dalam hati. Tanpa menunggu lama lagi, dia menuruni tanjakan dengan bantuan memegang beberapa pohon, tidak memperdulikan badanya yang mandi lumpur.
Wajahnya cemberut menahan tangis saat sampai di dekat Ali, tangannya takut-takut menyentuh rambut Ali, nafasnya terengah tidak beraturan.
"Ali" Pada akhirnya bibir bergetar miliknya bersuara, menaruh kepala Ali pelan-pelan agar beralaskan pahanya.
"Ali aku datang bukan buat liat kamu kaya gini, please!"
Sekejap Prilly bingung, seakan dia makhluk luar angkasa yang pertama kali datang ke bumi, tidak tahu apapun. Trans gila menyerangnya dengan cepat, menendang dia kembali ke alam sadar, tangisannya tambah kencang, melihat Ali dengan wajah penuh lumpur dan mata yang tertutup.
"Ali kamu belum mati kan?!" Triaknya putus asa.
Setelah itu terdengar batuk berlebihan, dan Ali membuka matanya dengan memincing, senyum miringnya terukir, dan wajahnya masih datar. Prilly hampir saja terjungkal kebelakang, jika tangan Ali tidak langsung merengkuh pingangnya. Apa-apaan wajah seperti itu.
"Enak aja," Ali terbatuk lagi, dadanya kembang kempis. "Hampir mati yang bener."
"Hampir yang bener-bener mendekati." Prilly meringis menahan gejolak emosi dan tangis.
"It's okay, im fine to now." Gak tau untuk selanjutnya saat ide cemerlang menendang otaknya.
Prilly masih bingung, sehingga yang dia lakukan hanya mengusap wajah Ali menyingkirkan lumpur, dengan tatapan memohon. Ali hanya menahan seringai saat melihatnya, gadis ini benar-benar membuatnya pulih dengan cepat, tidak salah menyuruhnya datang.
"Apa yang terjadi?" Matanya berkaca-kaca, tangannya masih aktif mengusap wajah Ali.
"Nothing, cuma gara-gara ini," Ali melambaikan ponselnya di depan muka Prilly, "Hp bahaya juga ya."
Ali terduduk dengan susah payah, tulang sialan. Dengan segera ia menempelkan ponsel di telinga setelah nada sambung berbunyi, dan tak butuh waktu lama untuk menunggu jawaban.
"Danau deket markas, usahakan semuanya ikut. We will make the bonfire biggest!"
Ali memasukan ponsel retaknya kedalam saku jaket, mungkin masih dibutuhkan. "Bisa bantu ke atas, sayang?"
Prilly mendelik, dalam keadaan seperti ini Ali masih saja menggodanya, namun tetap memapah Ali naik susah payah. Tepat saat menapakan kaki di aspal, motor-motor brisik mendekat, menyorot kegelapan hutan.
Yang Prilly tahu, disana ada Bara dan Tino, hanya mereka yang dia kenal.
"Malam yang indah, bro!" Fath menyeringai tajam, turun dari motornya dengan gaya paling keren, dahinya penuh keringat. Ali ikut menyeringai.
Ringisan mampir di wajah Prilly saat melihat salah satu dari mereka menyampir di bahu Tino, dengan lengan berdarah-darah, tidak tahu siapa dia.
Bara turun dari motor dengan membawa sebotol bensin, seraya melempar-lempar korek api seolah pamer. Tak lama kemudian, dua motor datang lagi, Beno dan Cark, Prilly tahu nama mereka karena si Fath berteriak girang saat mereka datang, lalu berpelukan ala lelaki.
"Siap membakar malam yang indah ini?!" Ali terkekeh mengerikan.
"Always!" Seru Cark menepuk tas yang di tentengnya.
"Prill, kamu mau bantu aku bawa sanca?"
Ali menunjuk cowok dengan penuh darah itu, Prilly awalnya terlihat ragu, namun ketika melihat ringisan menyakitkan milik sanca, Prilly hanya bisa mengangguk setuju.
"Good girl, kamu bisa bawa dia kerumah ku, telpon aku kalau ada yang menghalangi kamu." Terutama Dimas brengsek itu.
Setelah menanti taksi yang di tumpangi Sanca dan Prilly pergi, Ali memandangi teman-temanya, berusaha membakar semangat mereka dari sorotan mata.
"Let's do it, teman kita menunggu!"
-----------------------
"Yo! Api siap membakar, over." Suara Bara terdengar di handy talkie, terdengar tidak sabar.
Beno menatap lingkaran besar didinding yang dia buat, "Bulat, dan siap!"
"Ay ay capt, siap membuat lubang, over!" Cark bertos ria dengan Beno, hasil kerja mereka bagus sekali, waw.
"Get it, Mari membuat kekacauan!" Tino berteriak, Ali mendengus tetapi senang. Fath berhasil meretras CCTV kantor polisi, waw!
"Do it, dudes!"
Setelah Ali berucap seperti itu, Bara melempar botol kaca berisi bensin ke arah mobil polisi didepan kantor, lalu setelahnya melempar korek api yang menyala dan BOOM!
FIRE
"Yeah, pembukaan acara utama!" Triak Bara kala berlari menjauh, menuju semak-semak, berguling dan terperosok.
Bersamaan dengan itu cark tertawa senang dengan bor ditanggannya, melubangi ruang tahanan teman mereka.
Dari mana mereka tau tepatnya? Dari Cctv bodoh.
Para polisi berlarian keluar panik menatap beberapa mobil mereka terbakar, kerugian besar menimpa. Berlarian kesana kemari mencari air, dan melpon pemadam kebakaran.
Ali menonton dengan saksama dari atas gedung di samping kantor polisi, berharap agar mereka berhasil. Tak lama Ali melihat Troy, Helto, Reo dan dua orang lainnya keluar dari lubang raksasa yang di buat Cark.
Well, tidak ada salahnya berbuat baik kepada orang jahat.
"Mission, success! Kembali ketempat awal"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Bad Boy [End]
Teen FictionAku telah mengingkari segalanya. Menjadikan dia serpihan kecil di Istanaku, bukan permaisuri pangeran istana ku - Thofan Aranka Dari kisah Cinta Aliandra Aranka dan Prilly Violeta Thomas, semuanya terungkap. •°•°•°•°•°•°•°°•°...