Tino mencak-mencak tak karuan, didekapannya terdapat sebungkus kripik singkong, yang terus menerus dijejalkan ke mulutnya sendiri, tanpa ampun."Belajar apa sih ini, hah?!" semburnya frustasi.
Semua-Ali, Bara, Tiara- mendongak menatap Tino dengan jengah, tak terkecuali Prilly, gadis yang berada di rangkulan Ali itu merasa bersalah terhadap Tino. Mungkin saja Tino tidak suka belajar, tetapi Prilly yang tidak tahu apa-apa membuat ide itu tadi, dan Tino harus menghadapi Bara dan Ali yang memaksanya agar ikut dengan mereka.
Ali yang menyadari ekspresi Prilly, melempari Tino dengan camilan yang ada dimeja ruang tamu rumah Ali.
"Bang Ali jaat, Tino terlukah luar dalam," Ujar cowok itu kemayu.
"Gak usah peduliin dia."
Ujar Ali, sepersekian detik selanjutnya, mereka benar-benar memalingkan wajah dari Tino. Dan Hal itu membuat Tino dianggap serangga penganggu.
"Apa cuma gue, jomblo tampan paling tabah di dunia ini?!"
Gerutunya seraya menyalakan smartphone miliknya, dan membuka aplikasi chat line. Mungkin, akan berselancar di dunia quotes:"(
Di sisi lain yang cerah-karena sisi Tino itu gelap- Bara dan Tiara sesekali terkekeh kala mereka menentukan opsi yang salah pada jawaban. Lain sisi juga, Ali dan Prilly, Prilly harus sebisa mungkin tidak menampol wajah tampan Ali, saat cowok itu malah tidak serius kepada apa yang dia ajarkan, sesekali mencium pipinya, bermain handphone, atau menganggu Prilly yang sedang memberi penjelasan.
Tino benar-benar tersanjung pada dirinya kali ini. Gue besok pasti masuk surga, Pikirnya.
"Bentar ya aku ke toilet dulu," Prilly hanya bisa mengangguk kala Ali sudah mulai bangkit untuk pergi ke toilet, kini dia duduk di karpet beludru sendiri dengan soal-soal yang berantakan.
Bara melihat kepergian Ali, dan dia juga ikut bangkit dari sofa hitam nyaman itu. "Bentar ya sayang, aku mau nyusul Ali, ada sesuatu yang mau aku omongin."
Tiara juga mengizinkan Bara pergi, sebenarnya Tiara ingin tahu, tapi melihat Bara yang sudah sedikit terbuka dengannya sudah membuatnya lega."Akhirnya gue kagak jadi lalet ijo!" Seru Tino.
"Li," Bara yang bersandar di dinding dekat kusen pintu toilet mengagetkan Ali yang sedang keluar dari kamar mandi, dan Ali serius ingin meninju Bara jika ia tidak ingat Bara adalah sahabatnya.
"Bangke lu Bar, jantungan nih gue!"
Bara terkekeh sebentar, lalu mengubah ekspresi wajahnya seketika, menakutkan ada ekspresi yang cepat berubah seperti itu.
"Gimana rencana lo buat si Neni neni itu?" Tanya Bara serius.
"Goblok" tatapan Ali menjadi malas, "Namanya Necy bego. Neni, lo pikir banci pinggir tongkrongan?"
Memang benar di samping markas mereka, ada markas para banci jalanan juga, dan Ali selalu ingin membawa alat penghacur bangunan kala banci-banci itu mulai berteriak menggoda geng Ali."Necy? Kek namanya nenek-nenek." gumam Bara, mengingat kembali apa yang ia dengar kala gadis bule itu memperkenalkan diri didepan kelas tadi pagi.
"Untuk saat ini biarin dulu asal dia gak menganggu, tapi, kalau dia sudah sedikit mencurigakan, langsung ambil langkah." Ujar Ali.
Ali sudah tau, bahwa ibu tirinya, alias ibu Dimas keparat akan pulang akhir bulan ini bersama gadis sialan yang menjadi bencana baginya. Ali sudah menceritakan itu juga kepada Bara.
Dan Ali yakin, kedatangan Nacy dan gadis terkutuk itu pasti ada hubungannya. Jika sampai mereka menganggu kesenangan yang sudah Ali dapat saat ini, ia berjanji, akan menghancurkan mereka tak peduli apapun.
¥¥¥¥¥¥¥¥¥
Tino melompat dari boncengan motor besar milik Bara, dan Ali memarkirkan motornya tepat di samping motor hitam milik Bara. Mereka sampai dimarkas.
Malam ini markas terlihat ramai, banyak orang datang dari beberapa golongan, pelajar, preman, dan beberapa banci tak diundang.
Pesta sponsor yang digelar satu bulan sekali.
Dan kali ini sponsornya adalah Bara. Bulan kemarin sang sponsor adalah Ali, dan dia mengadakannya di tengah hutan, lalu semua kacau ketika patroli polisi mengejar mereka.
Kali ini semoga saja tidak, karena mereka mengadakan didalam dan tempat ini jauh dari jangkauan masyarakat.
Mereka bertiga masuk, bertos ria dengan mereka yang dikenal. Memang semua diundang, dibuka untuk siapapun, tapi mengapa banci-banci gila itu juga merasa diundang.
Didepan sana Troy, sebagai penangung jawab acara bersorak mencari lawan adu panco untuk si Devon yang menawarkan segepok uang bagi yang bisa mengalahkannya. Dan seorang preman berbadan besar maju dengan percaya diri, jelas sudah pemenangnya.
Dj memutar musik lebih keras lagi, membuat semuanya berhentak. Tidak ada minuman keras beralkohol tinggi, hanya saja tetap ada minuman kaleng bersoda dan minuman beralkohol rendah.
Tino mendekati Bara yang sedang mengurus kedatangan beberapa camilan dan minuman.
"Bang, lu kagak cari cewek? "
"Gak."
Tino membuka kaleng sodanya dengan kesal, lalu melenggang pergi, menuju Ali yang sedang duduk sendirian melihat beberapa orang berlalu lalang didepannya.
Menanyakan hal yang sama, "Li lu kagak cari cewek?"
"Gak" jawaban yang sama pula, Tino kesal, dan akhirnya menghempaskan badannya disamping Ali.
Melihat orang-orang berlalu lalang yang baru saja datang dari pintu utama.
Tak berapa lama badan Ali tersentak, melihat siapa yang muncul dari pintu utama dengan dres ketat, Necy. Lebih mengejutkan lagi, seseorang yang berlari menyusulnya, Dimas.
Kurang ajar, apa yang akan mereka lakukan?!
"Tin, panggil Bara cepetan!"
Tino yang sama terkejutnya berhasil mengendalikan diri dan berlari menyeret Bara.
"Sialan! Berani-beraninya datang ke pesta gue." Umpat Bara ketika melihat dua manusia itu yang tengah bergabung dengan beberapa orang dan bersorak.
"Pasti abis ini bencana datang!"
Yang benar saja, Ben sang penjaga pintu utama berlari masuk, berteriak.
"BANGSAT, POLISI KEPARAT DATANG!"
Seketika semua berlari, bersamaan dengan suara sirine yang semakin mendekat.
Cie dikit:v
Cie gue lama nongol:vCie gue gak mood karena peran utama di dunia nyata emang udah pudar:v
Cie:)
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Bad Boy [End]
Teen FictionAku telah mengingkari segalanya. Menjadikan dia serpihan kecil di Istanaku, bukan permaisuri pangeran istana ku - Thofan Aranka Dari kisah Cinta Aliandra Aranka dan Prilly Violeta Thomas, semuanya terungkap. •°•°•°•°•°•°•°°•°...