Have you ever been in love
The way that im in love...Suara merdu Shane Filan dalam membawakan lagu itu menggugah kenanganku. Aku akan menjawab Ya! Untuk pertanyaan yang dilagukannya dengan lembut. Meskipun belum bisa dikatakan sebagai cinta sebenarnya, orang-orang mungkin akan menyebutnya sebagai cinta monyet, cerita anak ingusan yang mencoba mengenal rasa suka.
Dia menatapku lagi.
Astaga apa aku berhalusinasi atau dia memang benar-benar melihat kearahku, kearah seorang gadis kutu buku pendiam dengan style biasa saja, tanpa polesan bedak dan lipgloss juga rambutnya yang dibiarkan tanpa hiasan. Tapi aku menyukainya, membuatku terlihat anggun dan apa adanya.
Aku mengalihkan tatapanku kearah tumpukan buku yang harus kususun rapih ditempatnya masing-masing sebelum aku kembali ke kelas. Menjadi seorang pustakawati memang hal yang sangat aku idamkan, sebuah cita-cita yang tidak akan menghasilkan banyak uang, tapi toh apa yang bisa difikirkan seorang anak berusia 13 tahun dengan uang? Aku hanya mencintai buku, itu saja. Dikelilingi belasan rak buku dan suasana yang hening membuatku merasa berada di duniaku sendiri dan aku senang tenggelam didalamnya.
Dia masih menatapku.
Haruskan aku mengusirnya? Karena jika tidak dan Bu Femi melihatnya masih ada didalam perpustakaan, bukan hanya dia yang akan kena sembur tapi aku juga pasti terkena percikannya. Oke aku akan mengambil pilihan itu. Setelah selesai menyimpan buku terakhir ke rak asalnya, aku melangkah menuju meja ke empat di barisan ke dua. Dia meninggikan buku yang dibacanya seolah sengaja bersembunyi dari tatapanku. Aku tersentak melihat judul buku yang sedang dibacanya Putri salju dan 7 kurcaci, yang benar saja.
"Baiklah pangeran, sepertinya putri saljumu harus segera di kembalikan ke peti kaca di sebelah sana." Aku menunjuk sebuah rak yang dikhususkan untuk dongeng anak-anak.
Alisnya bertaut tanda tidak mengerti, aku segera membalikan buku yang dipegangnya. Judulnya yang besar pasti mampu di baca dari jarak dua meter, dia hanya perlu membacanya dari jarak 5 cm. Dia tersenyum kecut, tingkahnya seperti maling yang tertangkap basah. Perubahan rona wajahnya menjadi merah muda terlihat kontras karena kulitnya putih bersih. Baru kali ini aku melihat seorang laki-laki yang bersemu merah seperti tomat, oke aku mulai GR. Mungkin saja dia ada tugas meresensi buku dan dia memilih buku yang mudah dikerjakan
"Maaf, eh... mungkin aku akan menjemputnya lagi nanti sore."
Dia menyunggingkan sebuah senyum, ya ampun jantungku terlonjak-lonjak saat bibir tipisnya melengkung indah. Nafasku tertahan, aku tidak tahu sedari kapan, ketika sadar dia sudah beranjak keluar, meninggalkanku dalam kebingungan. Dapat ku pastikan wajahku pasti terlihat konyol.***
Sesudah istirahat waktunya mendengarkan celotehan Bu Astri tentang Energi dan mengerjakan soal latihan dengan rumus yang sudah ditentukan. Aku benci rumus, lebih baik aku mengerjakan 100 soal Bahasa Inggris daripada mengerjakan soal Fisika ataupun Matematika. Di ujung koridor, terdengar riuh rendah suara anak-anak kelas VIII-H, fiuhh... sepertinya hari ini aku tidak terlambat.
Aku salah..
Teriakan Bu Astri adalah suara pertama yang menyambutku ketika aku memasuki kelas. Suara berisik tadi mendadak lenyap, menguap. Aku tidak mengerti, kufikir hari ini Bu Astri tidak akan masuk, lalu apa yang menyebabkan euforia anak-anak tidak terbendung?
"AUDRA! Dari mana saja kamu, kamu tahu ini jam berapa? Kamu terlambat 2 menit di pelajaran ibu."
DEG!! Bukan hanya sentakannya saja yang membuatku kaget, ada seseorang di sebelahnya yang tidak kusadari sebelumnya karena tertutup badan guruku yang agak melebar. Tunggu, bukankah dia orang yang tadi, si pangeran putri salju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
NouvellesIni adalah kumpulan Cerpenku yang menjadi kontributor dalam event menulis. Ilustrasi dibuat oleh saya sendiri, dengan sumber gambar dari We Heart It, dan proses editing di Picsart. Enjoy the story ;D