Bab 3

568 9 1
                                    

Arnold mematung di ambang pintu kamarnya, pria itu tengah menunggu Rachel yang tengah mengganti pakaiannya di kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Rachel kembali dengan tubuh yang telah terbungkus dengan sweater dan celana training milik Arnold. Gadis itu sangat bersyukur, Arnold mau memberinya tumpangan untuk malam ini.

Ternyata, nerd itu tidak terlalu buruk.

Walaupun mereka sempat sedikit berdebat di mobil, namun Arnold memilih mengalah dan memberinya izin untuk menginap di rumahnya.

Rachel melangkah mendekati Arnold dan sedikit berjingkit untuk mengecup pipi pria itu. Gadis itu tersenyum manis.

"Terima kasih... " ucapnya tulus.

Arnold tersenyum samar menanggapinya. Ia cukup sadar bahwa ia memang patut melindungi Rachel, tentunya mulai saat ini. Semua yang terjadi pada Rachel, itu adalah kesalahannya.

Pemerk*saan itu. . .

Ia yang melakukannya. Dirinyalah yang telah merenggut kesucian Rachel.

Dalam hati, ia tersenyum kecut. Masih teringat dalam benaknya ketika seorang gadis polos bermata tosca merengek agar tak disentuh. Namun, Ia terpaksa melakukannya. Entah kenapa, ia tak rela jika sahabatnya yang memperk*sa Rachel.

Dan satu lagi, ia tak ingin mata tosca itu terpejam untuk selamanya. Mengingat jika ayahnya telah merampok, ia akan langsung melenyapkan korbannya. Untungnya, Arnold berhasil melindungi Rachel. Setelah menyentuh gadis itu, Arnold menyuruh Rachel untuk pergi.

Dan sekarang, ia khawatir akan satu hal. Cepat atau lambat, Rachel akan mengetahui sosok aslinya. Sosok Arnold Wright yang sebenarnya, bahwa ia adalah seorang Anak Mafia. Mafia sadis dan terkejam di Amerika. Ia menghela nafas pelan, sejak kejadian itu. Ia berusaha mencari Rachel. Ia menyesal telah ikut bergabung dengan ayahnya untuk merampok. Seharusnya, ia tak melakukannya. Namun semuanya telah terjadi, kini ia harus menebusnya. Ia harus bisa menjaga Rachel walaupun sepertinya agak sulit karena sikap Rachel.

Ia akan berusaha sekuat tenaga merubah mata tosca itu menjadi lembut dan polos seperti dulu. Bukan seperti sekarang, mata tosca itu selalu bersinar nakal dan penuh keagresifan.

*Flashback

Gadis itu tampak pucat pasi ketika melihat segerombolan pria bertopeng hitam memasuki kamarnya. Beberapa pria itu tampakmengobrak-abrik seluruh isi lemarinya. Walk in closetnya pun tampak berantakan karena ulah mereka.

Ingin rasanya Ia menjerit, ia benar-benar ketakutan sekarang. Kedua orang tuanya tengah pergi ke luar kota untuk menghadiri sebuah acara. Ia menyesal tak ikut dengan orang tuanya. Ia merutuki dirinya, hanya karena shopping dengan Clara, ia memilih tuk berada di rumah.

Ia hanya bisa menangis dalam diam. Mata toscanya tampak memerah, tubuhnya bergetar ketakutan ketika seorang pria yang tampak mungkin seumuran dengannya, mendekatinya. Ia tak dapat melihat jelas wajahnya, semua pria itu bertopeng.

"Hai manis..." goda pria itu seraya menyingkap dress tidurnya. Gadis itu menggeleng seraya terus menangis. Pria itu tampak telah bersiap membuka sabuknya. Sepertinya hendak membuka celananya. Gadis bermata tosca itu terus terisak pelan. Tubuhnya semakin bergetar hebat ketakutan.

Hampir saja pria itu menarik celananya. Namun ia melihat pria lain bermata cokelat mendekatinya. Pria itu menepuk bahu pria itu membuat sang pria mengurungkan niatnya. Mereka tampak berbicara dengan bahasa asing. Pria itu pun menjauh, namun kini pria bermata cokelat itulah yang mendekatinya.

Tatapan pria itu tampak melembut, "Ssh... aku hanya akan menolongmu." Dan entah kenapa gadis itu terlena dengan buaian pria itu, hingga ia rela melepaskan kesuciannya.

Bad Girl VS Nerd BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang