Mata tosca itu tampak mengawasi, begitu tajam dan menatap lurus. Terlihat indah dan agak sayu, namun mata tosca itu begitu tajam ketika menatap pria berkacamata yang sedang fokus membaca bukunya. Bibir penuh nan merah delima itu tersenyum miring. Lalu tubuh indahnya bangkit. Begitu ia melangkah, para pria disekitarnya menatapnya penuh minat. Tapi, memang begitulah dirinya. Ia begitu angkuh tanpa senyum. Beberapa orang yang menyapanya hanya dibalas dengan sebelah alis yang terangkat.
Langkah kaki indahnya terhenti ketika ia telah tepat di hadapan sang mangsa yang tengah duduk.
Merasakan ada yang berbeda, pria itu mendongak dan menatap gadis cantik di hadapannya. Semula ia terkejut, namun pada akhirnya pria itu kembali memasang wajah datarnya.
Gadis itu melipat tangannya di depan dada dan mengangkat sebelah alisnya dengan angkuhnya.
"Bagaimana tawaranku?" ujar gadis itu.
Ini adalah ketiga kalinya gadis itu berbicara dengan nerd di hadapannya. Pria berkacamata itu tampak mendesah, lalu Ia bangkit dan hendak menjauh. Namun gadis bermata tosca itu lebih sigap, ia mencekal tangan kekar pria itu. Dan ia pun menoleh.
"Sudah berapa kali aku mengatakan tidak padamu, tapi kenapa kau tak pernah menyerah?" ujar pria itu dengan dingin.
Bagaikan ada yang membentengi dirinya, gadis itu tak sedikit pun menampakkan wajah kecewa ataupun sakit hatinya. Malah dengan beraninya, gadis itu semakin mendekat.
"Aku tak akan menyerah sebelum kau mengatakan ya padaku," tegasnya.
"Hanya pasangan prom night kan? Kau bisa mendapatkan pria manapun yang kau mau, Rachel. Tapi kenapa harus aku?" Kini pria itu kembali duduk diikuti oleh Rachel.
"Jika memang hanya itu, mana mungkin aku mau memelas padamu. Ya... ya... memang aku bisa mendapatkan pria manapun yang aku mau. Tapi sayangnya, aku hanya ingin kau, Arnold," Rachel tersenyum manis. Arnold hanya menatap mata toscanya itu. Lalu tatapannya turun ke bibir penuhnya.
"Dan, aku tau. Kau juga menginginkanku bukan?" bisiknya membuat Arnold memalingkan wajahnya.
"Kau bercanda, Miss Smith?" kekehnya. "Aku sama sekali tak tertarik padamu, asal kau tau itu." Lalu Ia meninggalkan Rachel yang hanya terdiam. Gadis itu menggeram pelan.
"Lihat saja nanti, aku jamin kau akan tunduk kepadaku, Mr.Wright," Janjinya.
Tiba-tiba dari lain arah tampak seorang gadis pirang bermata biru mendekat ke arahnya. Gadis itu melangkah dengan gerakan perlahan dan bertepuk tangan seraya tersenyum sinis.
"Gagal lagi, Miss Smith?" ledeknya.
Rachel hanya menatapnya sekilas lalu mendengus.
"Kau tau, ternyata tidak semua pria tertarik padamu. Kau hanyalah sampah bekas yang tak berguna."
"Kau memuji dirimu sendiri, Michelle. Jangan selalu bersikap seolah-olah kau perawan, bitch. Ambillah cerminmu dan lihatlah penampakkan wajahmu." Rachel membalas dengan ledekan tenangnya.
Michelle tampak menggeram, "Sialan kau, Jalang!"
"Kenapa? Kau mengakuinya hah? Dan satu lagi, dalam waktu dekat ini Arnold akan menjadi kekasihku. Kau lihat saja nanti," ancamnya.
"Oh? Dengan rayuan tubuh bekasmu? Mana mungkin. Arnold adalah pria yang dingin. Dia tak akan tertarik padamu," Michelle menjeda ucapannya, "dan ingatlah, prom night itu diadakan satu minggu lagi. Apa yang bisa kau lakukan dengan waktu satu minggu? Aku tak yakin kau akan menang."
Sialan! geram Rachel dalam hati.
"Aku yakin, tunggu saja waktunya. Arnold akan tunduk padaku. Aku jamin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl VS Nerd Boy
RomansBad girl dan nerd. Itu berawal ketika Rachel, wanita yang dikejar banyak kaum lelaki menerima tantangan dari musuhnya sehingga rela berpacaran dengan si nerd boy, Arnold. Apakah Rachel sanggup melakukan tantangan tersebut?