Xian
Apa aku salah lihat? Aku mengucek kedua mata, agar memastikan bahwa pria di depanku ini bukanlah halusinasi.
Suara tawa itu membuatku sadar. Dia telah kembali. Seseorang yang membuatku mengenal nama cinta dan juga ... sakit hati.
"Kamu tidak sedang bermimpi," desisnya mendekatiku hingga berada di hadapanku sekarang. "Lama tak jumpa, Xian."
Ia mengulurkan tangannya padaku. Tatapan lirihnya menatapku dengan ekspresi yang tidak dapat kupahami.
Aku terpaku ditempat, apa lagi kali ini? Dia menjadi bosku?!
Ia mengela napas gusar. "Apa kamu membenciku sekarang?"
Benci kah? Aku bahkan tidak bisa jelaskan bagaiaman perasaanku saat ini. Apa itu senang, benci ataupun ... cinta.
Yang kurasakan adalah, goresan luka itu kembali basah.
♡♡♡
Aku mengitung-itung sudah berapa lama kita tidak bertemu. Sekitaran empat tahunan sepertinya.
Kini, aku di suruh menunggu seseorang mengabari pekerjaan yang seharusnya kulakukan.
Suara tangisan histeris menyentak lamunanku. Aku menoleh ke sumber suaranya, dan mendapati wanita yang tadi berada di depan ruangan Kai tersebut menatapku dengan wajah marahnya.
Aku mengerutkan kening. Apa aku ada melakukan sesuatu yang membuatnya memandangku seperti itu? Kurasa tidak.
"Xian, ini pekerjaan Anda. Silakan dibaca, jika ada yang tidak paham boleh tanyakan pada saya." Sharon datang memberikan sebuah kertas.
Aku mengangguk sekilas. Lalu membacanya. Alisku menautkan satu sama lainnya.
"Ini ... maksudnya? Bukannya aku jadi OB?"
Sharon menggeleng seraya tersenyum. "Awalnya seperti itu, tapi tidak tahu kenapa mendadak di ganti lagi sama Wakil Direktur kami."
Hah? Aku mencerna kalimat terakhir yang diluncurkan dari bibir wanita di depanku.
"Kalau tidak ada pertanyaan, saya pamit dulu." Sharon berujar.
Dia berlalu, kemudian meninggalkan aku sendirian dengan mematung melihat tulisan tersebut. Ralat, lebih tepatnya syarat-syarat yang harus kupatuhi.
♡♡♡
"Xian, bisakah kamu mengantar kopi buatku?" Suara itu kembali memanggil namaku melalui telpon.
Aku mengembuskan napas, kenapa aku berasa menjadi pembantunya?
"Baik, Pak." Ini, bukan seperti yang kukira!
Tapi apalah dayaku sebagai bawahannya. Aku berjalan ke ruangan dapur untuk membuatnya kopi.
Tok. Tok. Tok.
Setelah mendapatkan persetujuan, aku menglangkah masuk.
"Ini, Pak. Silakan" kuletakkan segelas cairan berwarna cokelat di hadapannya.
"Kamu masih ingat kalau aku tidak suka pahit," ucapnya yang membuat langkahku berhenti.
Deg!
"Ah ... iya." Hanya itu yang kubalas. Lalu kembali kemeja kerjaku.
Tak lama kemudian, aku mendengar suara yang kukenal. "Hai, sweety. Bagaimana hari pertamamu?"
"Bian?" tanyaku tak percaya. Aku merinding seketika.
Kenapa aku merasa dia menghantuiku, entah di mana aku berada ia akan muncul.
"Jangan menatapku seperti itu. Itu membuatku sedih," ucapnya yang seakan mengerti pandanganku.
Lagi-lagi dia bercanda. Aku berdecak. "Kapan kamu serius, Bian." Kugeleng-gelengkan kepala melihat tingkahnya.
Dia hanya tertawa menanggapiku. "Baiklah, aku sudah siap ngecek. Jangan lupa dengan janjiku malam ini."
Bian mengedipkan sebelah matanya sebelum batang hidungnya benar-benar mengilang di balik tembok putih tersebut.
♡♡♡
Maaf, aku lamaaaaa sekali baru di apdet. Sudan setahun lebih aku menghilang bagaikan rembulan yang menutupi oleh awan hitam 😣 sejujurnya aku sudah niat gak mau lanjutin. Tapi ... karena aku tidak ingin gantung begitu saja karena ada yang menunggu-nunggu, jadi deh aku balik. Sekali lagi, gomenasai ne~
Ah, dan arigato sudah menunggu sekiaaaann lamanya.Sudah, segitu saja yang ingin kusampaikan. Ja ne~ 😗😗
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be With You
Romansa⇥ Sequel dari Until I Meet You ⇤ Sebelum membaca cerita ini, silakan pergi ke cerita pertamanya dulu ya. Jika takut kebingungan, hehe.