9 x Doesn't Wake Up

3.1K 147 7
                                    

Xian

Aku memandangi wajah Kai dengan diam. Ia bilang apa?

"Aku ingin yang lebih, Xi." Kai mengulang ucapannya saat tidak mendapat sambutan dariku.

Suaranya kedengaran serak, mungkin ia sudah terlubungi dengan hawa nafsu.

Perlahan tapi pasti, kepalaku mengangguk pelan. Bibir Kai terangkat ke atas. Kedua tangannya mulai melepaskan kancing bajuku satu per satu.

Tanpa mengulur waktu lagi, Kai sigap mencumbu bibirku tanpa ampun. Kemudian beralih ke bawah leherku, tangannya yang bebas itu mengelus-elus bulatan tonjolan kecil pada badanku.

Aku menarik kedua sisi ranjang selimut itu, untuk menahan erangan yang akan dikeluarkan dari bibirku.

Kai kelihatannya tahu, ia memegang kedua pergelangan tanganku dengan lembut. Hingga menuntun tanganku mengalung ke belakang kepalanya.

"Xi, biarkan aku mendengar suaramu." Kai berbisik tepat mengenai telinga kananku.

Dan suaranya itu ... Sangat seksi.

Kai kini menjilat dan mengulum putingku. Membuatku tak bisa lagi menahan rintihan nikmatku.

"Aahh ...."

Tangan satu lagi milik Kai memelintir pentilan yang lain. Wajah Kai menjauh, rasa kehilangan itu pun seketika menyergap.

Aku melihatnya sebentar. Dan ternyata ia melepaskan bajunya kemudian beralih ke celanaku.

Sontak, kubuka lebar kedua kelopak mataku. Aku belum siap!

"K-Kai ...," Desisku.

"Aku tau kamu belum siap, tapi aku akan pelan-pelan," katanya dengan lembut. "Kalau sakit, kamu bisa menyuruhku berhenti."

Aku akhirnya mengangguk setuju. Dia melakukan blow job pada batang ereksiku.

"Aaah ... Ahh...." Desahan demi desahan muncul dari bibirku berulang kali.

"Argh!" seruku dengan kaget saat satu jempol milik Kai masuk ke dalam lubang pantatku dan mulai bergerak maju mundur.

Satu jari pun berganti dengan dua jempol. Gerakannya semakin lama semakin cepat. Erangan pun mengisi seisi ruangan.

Kai kembali menjauh dariku, membuka celananya. Aku menahan napasnya yang melihat pedangnya yang cukup besar.

Dia mendekatkan wajahnya dengan senyum seringain. "Sekarang baru tahu kan suami masa depanmu ini sangatlah sempurna."

Aku menoleh ke arah lain, wajahku sudah pasti memerah. Kai memegang daguku untuk melihatnya. Dilumat bibirku dengan rakus.

"Aku mulai ya," desis Kai.

Aku mengangguk ragu-ragu. Ia mengusap pipi kiriku pelan. "Kalau sakit, kamu bisa memberiku tahu."

Dia membalikan badanku, lalu menempelkan tubuhnya. Rasa hangat menjalar.

"Ngh!" Aku menggigit bibir bawahku seraya meremas kuat seprai rumah sakit itu.

Batang ereksi Kai sudah menembus ke dalam lubang pantatku. Dengan pelan, ia mulai menggerakan pinggulnya.

💗

Aku mendonggakan kepalaku memandangi wajah Kai. Dia memeluk erat badanku yang lebih mungil.

"Merasa tampan melihat wajah suamimu?" Aku tersentak kaget.

Perlahan, kedua bola mata Kai terbuka. Mengulas sebuah senyuman.

"Hah ... Apakah ini sebuah mimpi?" tanya Kai menenggelamkan ke lekukan leherku.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Aku tidak ingin bangun lagi, kalau ini mimpi. Meskipun bukan mimpi, aku ingin selamanya tidur seperti ini."

Aku tersenyum pelan. "Kamu tidak menyesal?"

Kai mengangkat wajahnya dari lekukan leherku. Gelombang kerutan mencetak di keningnya.

"Kamu menyesal, Xi?"

"Tentu saja tidak! Aku ... Aku hanya takut ... Kalau kamu kelak ingin mempunyai anak."

"Anak itu bukan masalah untukku, kamu suka anak kecil?"

"Kalau kamu?"

"Aku sebenarnya tidak begitu suka anak kecil. Tapi kalau kamu suka, aku akan mengadopsi."

"Aku sudah memutuskan saat aku tahu menyukai sesama jenis. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama tanpa sibuk mengurus anak."

Kai mengangguk kepalanya, lalu mengecup puncak kepalaku lama.

"Aku menerima semua keputusanmu," ucap Kai kemudian mengangkat daguku dan melumat bibirku.

💗

To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang