■ Xian ■
Aku membaca ulang pesan yang dikirimkan oleh kedua orang yang berbeda.
Membingungkan sekali, kenapa mereka mendadak seperti ini?
Kuhamburkan kepala sedikit demi sedikit, untuk melihat apakah Bian dan Kai ada di depan rumah sewa sederhanaku.
Helaan napas berhasil lolos dari bibir kecilku, kala tidak mendapatkan kedua insan itu.
Dengan percaya diri, aku keluar dari tempat persembunyianku untuk berangkat ke kantor.
Tak lama kemudian, dua mobil bermerek beda tiba-tiba muncul dari arah yang berlawanan dan berhenti tepat di hadapanku.
"Pagi, Xian." Bian menyapa sembari mengubarkan pesonanya dengan senyuman khas dan kedipan sebelah matanya.
"Xi, ayo pergi," ucap Kai berjalan mendekatiku.
Bian menghalangi tubuh Kai dengan tangan kanannya. "Kai, Kai. Kenapa kamu sekarang suka berebut denganku?"
Kai tertawa sekilas. "Bukan kah kamu yang merebut? Aku mengenal Xian dulu."
Aku menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan melihat mereka berdua yang terus saja berdebat tiada henti. Segera aku berjalan menghampiri mereka.
"Cukup kalian dua, dari semalam kalian seperti merebut mainan saja. Aku manusia, ada kaki ada tangan, gak usah menjemputku segala!"
Aku menggeleng-gelengkan kepala, tingkah mereka berdua benar-benar layaknya anak kecil. Apalagi Kai, aku tidak pernah tahu dia memiliki sisi seperti ini.
"Kamu ikut aku," perintah Kai menatap tajam Bian.
Bian hanya tersenyum menanggapi. "Di dalam mobilku ada Chocolate Bar kesukaanmu. Aku akan memberimu jika kamu ikut denganku."
Mataku terbelalak seketika. Cahaya bling bling di mataku tidak bisa kututupi. "Benarkah?! Aku sudah lama tidak makan itu semenjak tamat sekolah!"
"Xi! Aku bisa juga membeli itu padamu!" tukas Kai dengan cepat sambil memeganggi tanganku.
Aku menatap mereka dengan bingung. Apa yang harus kulakukan sekarang? Kenapa mereka memberiku pertanyaan yang sulit untuk dijawab? Seakan-akan memilih pasangan hidup.
"Itu ... sepertinya aku akan pergi sendiri saja," sahutku dengan senyum memaksa.
Daripada pusing-pusing memilih, mending aku dua-duanya tidak pilih.
Kakiku bersedia beranjak pergi, sebuah tangan manahan pergelangan tanganku. Lalu memaksaku untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Aku akan membelikan satu dus chocolate bar," ucap Kai kemudian menyabukkan tali penumpang.
🌸🌸
Suasana di dalam mobil sangat canggung, tidak tahu apa yang harus kuucapkan. Kai? Kelihatannya ia sedang fokus pada mudinya. Kai melajukan mobilnya pelan menembus gedung-gedung tersebut. Dapat kurasakan ia sengaja memelankan jalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be With You
Romantizm⇥ Sequel dari Until I Meet You ⇤ Sebelum membaca cerita ini, silakan pergi ke cerita pertamanya dulu ya. Jika takut kebingungan, hehe.