4 : Bian vs Kai?

5.3K 237 7
                                    

Jam menunjukkan pukul 6 sore. Laki-laki berkulit putih dengan tubuh sedang menyusun barangnya bersiap-siap untuk pulang.

"Xian." Ia tersentak kaget dengan panggilan dadakan.

"Iya, Pak?"

"Ayo, makan bersama."

"Eh?"

Belum sempat Xian menjawab, sebuah suara lain menginterupsi mereka.

"Xiiiann, ayo! Aku sudah la--" Bian berhenti melanjutkan ucapannya ketika melihat pria muda berjas biru berdiri di sebelah Xian.

Mulut Xian mengangga lebar. Apa lagi ini?

"Oh, Kai. Kamu ada yang ingin utarakan pada Xian? Kalau tidak, aku akan membawanya makan bareng." Bian berujar sembari memberikan seulas senyum.

Entah kenapa, Xian merasa senyum lelaki di depannya itu seperti menyimpan makna di baliknya.

Kai menjernihkan tenggorokannya dengan dehaman. Lalu menaikkan sebelah alisnya. "Aku yang mengajak dia duluan untuk makan bersama, sekalian ada pekerjaan ingin kujelaskan padanya."

Xian bingung sekarang, Bian mengajaknya makan begitupula dengan Kai. Apa yang harus ia lakukan?

⚘⚘⚘

Xian memutar bola matanya ke kiri dan ke kanan. Satu laki-laki berambut hitam sedikit gondrong duduk di sebelah kanannya, sedangkan satu pria lagi dengan rambut pirang duduk di sebelah kiri.

"Mau makan apa?" tanya Bian dan Kai bersamaan.

Kini, mereka bertiga duduk di sebuah restoran mewah. Xian bingung harus menerima siapa untuk makan bareng. Setelah dipikir-pikir lagi, kenapa tidak makan sekaligus saja?

"Aku ... aku bisa pesan sendiri," ucap Xian terbata-bata tidak terbiasa dengan perlakuan seperti ini.

Usai mereka memesankan hidangan pada pelayan restoran. Xian mengingat kalau atasannya tadi ingin membahas pekerjaan dengannya.

"Ehm ... Pak, tadi bilang ada pekerjaan yang mau Bapak jelaskan?"

Kai berdeham, matanya melirik ke arah Bian sekilas. Lalu menatap iris mata Xian. "Tadinya mau, tapi sekarang ada orang lain."

Bian tertawa mengejek. "Sepertinya bukan seperti itu, tadi kamu melihatku dengan tajam. Bilang saja kalau mau ajak makan, jangan beralasan."

Rahang Kai mengeras. "Sialan! Diam saja kau!"

Xian hanya diam memandang mereka yang saling adu mulut. Bingung dengan keduanya seperti anak kecil.

Tak menunggu berapa lama, santapan mereka dihidangkan pada masing-masing.

"Ini, Xi. Makan yang banyak, kamu semakin kurus saja." Bian memberikan setengah potong steak-nya ke piring Xian.

Kai menyipitkan matanya. "Kalian kenal darimana?"

"Kita sudah kenal lamaaa," ucap Bian yang disusulkan senyum seringaian.

"Lama, huh?" Kai mengulang pernyataan Bian dengan salah satu alisnya diangkat ke atas dan memandang ke Xian seakan meminta kejelasan.

Xian terbatuk karena tatapan intimidasi dari Kai. Entah kenapa ia merasa Kai sudah berbeda. Entahlah, ia sendiri juga bingung. 

Bian dan Kai menepuk pundak Xian barengan, cuma bedanya satu di kanan dan di kiri.

Cepat-cepat Xian meneguk minumannya untuk meredakan batuknya.

"Kita ... kita kenal dari SMA tiga. Semenjak aku pindah sekolah."

Tanpa ada lagi percakapan di antara kita. Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.

"Kamu pulang sama aku?" Bian bertanya.

"Aku yang akan mengantarnya pulang," ucap Kai.

Xian memutar bola matanya. Ia merasa seperti mainan yang diperebutkan.

"Aku bisa pulang sendiri," sahut Xian.

"Tidak!" Lagi-lagi Kai dan Bian menjawab bersamaan.

"Dia karyawanku, tentu saja aku ada tanggung jawab untuk membawanya pulang."

Bian tertawa menanggapinya. "Kai, Kai. Ini sudah lewat jam kerja, dia bukan lagi karyawanmu."

"Baiklah, mari kita tanyakan padanya." Bian kembali bersuara.

"Aku sudah bilang tadi, aku tidak mau pulang dengan kalian. Aku bisa sendiri." Xian ingin segera menghentikan perebutan mereka.

Kai mengangkat alis kirinya, dan menggenggam pergelangan tangan Xian untuk menuntunnya masuk ke dalam mobil Pagani.

"Jangan seenaknya membawa dia ke mobilmu. Dia tidak bilang akan pulang denganmu," ucap Bian menarik sebelah tangan Xian yang lain.

Mereka kenapa sih? Memangnya aku mainan?

⚘⚘⚘

Hari yang melelahkan menurut Xian. Entah apa yang salah dengan Kai dan Bian. Apa mereka tidak waras lagi?

"Kai, kenapa dia seperti ini?" gumam Xian pada dirinya.

Sebuah helaan napas lolos dari bibirnya. Membaringkan kepalanya ke ranjang dan menutup mata.

"Ayo, tidur. Besok kamu akan kerja lagi." Lagi-lagi Xian berbicara sendiri.

Setengah jam telah berlalu, Xian masih belum bisa masuk ke alam bawah. Pikirannya terus melayang entah kemana.

"Xian, kamu tidak bisa lagi seperti dulu. Kamu harus bersikap tidak terjadi apa-apa. Ya, begitulah seharusnya."

Baru saja akan kembali membekapkan matanya. Nada dering singkat terdengar keras di meja nakas berwarna cream.

Nama Bian tertera di layar ponselnya. Segera dibuka pesan yang dikirimkannya.

Besok, aku akan menjemputmu. Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu sendirian pergi lagi.

Sebuah pesan lain masuk kembali ke dalam ponselnya. Namun, yang ini bukan dari orang sama.

Xi, ada yang ingin kubicarakan. Aku akan menjemputmu besok.

⚘⚘⚘

Hai, hai. Hari ini saya apdet buat rayain cerita ini udah sampe 10k. Yeah 🎉🎉 makasih untuk semua pembaca TBWY 😍

Kalo gak ada kalian yang tunggu-tunggu cerita ini. Kalo gak ada dukungan kalian, aku beneran mungkin tidak akan lanjutin lagi 😗 Hontouni Arigato 🙇

To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang