10 x To Be With You

3.7K 142 9
                                    

° Xian °

Aku mengulum sebuah senyum manis saat melihat dinding yang di tempelkan foto-fotoku dan foto kita bersama.

Kapan dia mulai memfotoku? Bahkan aku sendiri tak tahu.

Perhatianku teralih ke sebuah papan panah merah berbentuk hati. Dengan kebingungan, aku mengikuti instruksi itu.

Di sana, ada sebuah surat berbentuk love yang tergantung manis di dinding. Aku membuka kertas tersebut. Beberapa bait tulisan itu membuat kedua pelupuk mataku basah.

Dear, my love.

Ketika kamu mengutarakan cintamu dulu, sejujurnya aku sangat terkejut. Tiba-tiba seseorang yang sudah kuanggap seperti adik sendiri mendadak berkata mencintaimu.

Aku kembali berjalan mengikuti panah itu. Dan berhenti lagi di beberapa langkah, kembali surat dengan latar yang berbeda warna.

Setelah kejadian itu, aku pergi ke luar negri untuk menghindarimu. Selain itu, perasaan bersalah menyergapiku. Aku mengira, kalau aku yang membuatmu tidak normal.

Lagi-lagu pesan yang ingin di sampaikan oleh Kai terputus. Dengan cepat aku lanjut berjalan. Dan membuka lagi surat ketiga.

Tapi, aku tidak putus melihat foto-fotomu saat kita bersama. Aku mengingat hari-hari kebersamaan kita. Awalnya aku kira, semua itu wajar saja karena kita sahabatan yang sudah seperti kakak-adik.

Aku menggerutu sebal, kenapa dipisah-pisah suratnya. Kan ... Bikin penasaran saja. Lalu aku mengambil lagi surat yang paling berbeda dari yang lain.

Suarat itu berada di sebuah amplop yang tampaknya seperti kerajinan tangan sendiri. Warna putih yang di gambarkan anak cupid lagi menembak hati ditemani dengan pernak pernik.

"Dia ini kenapa tiba-tiba saja menulis ini?" gumamku pelan dengan air mata tertahankan.

Aku mengeluarkan surat di dalamnya, dan mulai membaca. Pesan kali ini sukses membuat kedua pipiku menurunkan mutiara bening.

Tapi, aku salah. Setelah bertemu denganmu kembali, entah kenapa aku merasa senang sekali. Seperti ada kembang api yang terus menerus meledak di dalam hatiku.

Semuanya menjadi terbukti saat aku melihat kamu berdekatan dengan Bian. Hatiku merasa dibakar, panas itu menjalar di sekujur tubuh seolah mandi air dingin pun tidak akan memadamkannya. Merasa diremas, nyeri sekali seakan-akan obat pun tidak mampu menyembuhkannya.

Sewaktu itu aku masih belum percaya kalau diriku merasakan hal yang aneh terhadapmu. Hingga, aku melihat Bian menciummu di depan kepalan mataku sendiri.

Aku ingin sekali menariknya jauh dan memukulnya bibirnya sampai robek. Kemudian menghapus bekas ciumannya di bibirmu hingga bersih.

Saat itulah, aku yakin kalau diriku sudah benar-benar mencintaimu sangat dalam.

Terangnya kedipan bola lampu kecil itu menarik fokusku untuk mengangkat kepala. Suara nyanyi seseorang terdengar dari arah pojok kanan itu sambil bermain piano.

Lirikan lagu itu membuatku tidak bisa berhenti mengeluarkan cairan bening kristal. Dia tersenyum melihatku, senyum yang dulu hanya ia tunjukan padaku. Langkahnya pelan-pelan menuju ke arahku.

"Just to be with you
And fix what I've broken
'Cause I need you to see
That you are the reason."

Kai berkata bait lirik terakhirnya sambil menghentikan langkah dan berdiri di hadapanku.

"Xi, aku tahu ... Dulu aku banyak membuatmu menumpahkan air mata untukku. Aku tahu, aku egois memintamu untuk kembali padaku. Tapi, seperti yang tadi kukatakan.

"Hanya bersamamu, dan memperbaiki apa yang telah aku rusak, karena aku ingin kamu melihat bahwa kamu adalah alasannya."

Aku menggelengkan kepalaku sembari mengelap kedua pipiku. Dan menampilkan senyum terbaikku untuknya. Senyum yang hanya kusimpan untuk dirinya. Hanya dirinya sendiri.

"Kamu ini kenapa ... Kenapa mendadak romantis seperti ini? Hari ini bukan hari ulang tahunku ataupun punyamu," tuturku dengan terkekeh pelan.

"Hari ini ...." Kai memotong ucapnnya dengan setengah berjongkok. "Hari ini akan menjadi hari pernikahan kita."

Mulutku ternganga lebar. Tidak percaya dengan apa yang ia katakan.

"Xian, my love. Will you be my everything, stay with me forever, breath 'til the end together and marry me?"

"Setuju! Setuju! Setuju!"

Sorakan riang tiba-tiba muncul, entah sejak kapan mereka semua menyaksikan semua ini.

"Ya, aku setuju." Kataku akhirnya.

Tepuk tangan meriah menyambut kami kala Kai mengaitkan cincin berlian itu di jari manisku. Lalu melumat bibirku tanpa memedulikan sorakan yang kembali memekakan telinga.

Tak perlu satu menit, suara keributan itu tak terdengar lagi. Hingga menyisahkan kami berdua di malam sunyi yang ditemani suara tonggeret serta cahaya rembulan menerangi langit hitam dan Kai ... Laki-laki yang kelak akan menemani hari-hariku sampai seumur hidup.

🍻

THE END.

Akhirnya menamati cerita ini 😊 setelah hilang sekiaaaaannn lamaaaanya 😣 Dan aku sangat minta maaf atas sudah meninggalkan kalian sebagai pembacaku dan ceritaku setelah 1 tahun lebih.

Dan senangnya, kalian masih menunggu bahkan mendukungku 😘 kalian memang the best 😍

Ok, kata yang paling ingin aku ucapkan yakni, terima kasih 🤗

Tanpa kalian, cerita ini benar-benar tidak ingin aku lanjutkan lagi 😢 dan tidak berarti apa-apa.

Sekian dari curhatan kecil ini, semoga kalian memikmati cerita ini dengan ending yang berbeda 😘 Sayonara 😍

To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang