Musim Pertandingan

89 7 0
                                    

Setelah kejadian terakhir di rumah Basma, aku menolak mati-matian ajakan Rama untuk menemaninya berlatih. Tetapi meski aku tak lagi ikut Rama berlatih bola di Rumah Basma, Rama tetap pergi ke rumah Basma sendirian. Anak itu kalau soal bola memang keras kepala. Walau hujan deras, badai menerjang, panas matahari memanggang, dia tak gentar sedikit pun. Baginya, sepak bola adalah segalanya.

"Neng, minggu besok Rama tanding lagi, eneng ikut ya?"

Sepulang sekolah tiba-tiba Rama mengetuk pintu kamarku. Dia masuk untuk merayuku agar mau jadi 'asisten'nya kembali. Tapi kali ini dia masuk babak semifinal. Sebenarnya aku cukup excited dan bangga melihat adikku bisa sampai di babak semifinal. Karena aku tahu, event pertandingan yang diikuti kali ini adalah event besar yang diadakan tiap satu tahun sekali. Pesertanya datang dari berbagai daerah dan Rama masih termasuk kelas junior karena baru menginjak kelas 1 SMA. Tapi dia sudah dijadikan ketua salah satu tim sepak bola di sekolah.

"Enggak. Gue gak mau nemenin lo lagi." Aku berkutat dengan novel yang baru saja ku pinjam dari perpustakaan sekolah.

"Yahh! Padahal Bang Basma pengen banget ketemu sama eneng."

Aku terbelalak. Menoleh ke Rama. Rama seperti bisa mendengarku.

"Iya. Bang Basma kemarin nyuruh Rama buat ajak eneng ke pertandingan besok. Katanya ada sesuatu yang mau dibicarin sama eneng." Rama melipat kakinya ke atas-bawah bergantian. Dia sedang melakukan pemanasan. Dia akan berangkat latihan ke Rumah Basma setelah makan siang ini.

"Serius?"

"Yaudah kalo ga percaya." kata Rama beranjak pergi.

"Eh, Ram."

"Gimana? Mau ikut?" Rama berbalik menatapku.

Aku mengangguk. "Tapi ada syaratnya."

"Apaan?"

"Lo jangan godain gue lagi kaya kemarin." Aku melotot, mengancam Rama.

"Iya. Janji." Rama mengacungkan dua jari, swear. Aku akhirnya menemani Rama kembali ke Rumah Basma untuk latihan. Besoknya, aku juga menemaninya lagi di pertandingan semifinal perdananya. Aku sudah benar-benar seperti asisten pribadinya

***

Hari ini pertandingan babak semifinal dimulai. Rama terlihat sangat bersemangat. Sebagai ketua tim, adikku itu memang tampak gagah dengan tubuhnya yang jangkung. Ia mengenakan jersey berwarna biru muda dengan sepatu berwarna hitam. Dia terlihat mirip seperti Basma saat gagah menjadi kapten tim sepak bola waktu SMP dulu.

Aku dan Rama sudah berada di gerbang lapangan. Ramai sekali suasana GOR saat ini. Sudah seperti pesta kerajaan di film Aladdin. Ada yang membawa terompet dan menyusun formasi supporter di atas tribun. Ada yang berjualan es, camilan, dan makanan ringan berkeliling kesana kemari, menjajakan jualannya. Ada juga rombongan keluarga yang tampak antusias ingin segera melihat pertandingan. Salah satu anak atau saudaranya mungkin menjadi pemain sepak bola yang akan bertanding hari ini. Ada yang memakai jersey seperti punya Rama dan ada yang mengenakan jersey warna lain yang sepertinya itu anggota tim lawan.

Aku dan Rama memasuki GOR. Aku mengantarnya sampai ke bibir lapangan. Rama tampak celingukan mencari seseorang. Tak lama kemudian sepertinya ia menemukan orang yang dicarinya.

"Bang Basma! Bang Gilang!" kata Rama berteriak. Sebab disini sangat bising dan orang-orang sedang ramai, berlalu-lalang.

Basma dan Gilang tampak melambaikan tangan dan mendekat ke arah kami berdua. Gilang tiba-tiba membisikkan sesuatu ke Rama.

Sebatas SukaWhere stories live. Discover now