Masih Serasi

231 15 2
                                    

Suhu tinggi mulai menurun. Udara di sekitar gedung olahraga itu tak lagi memanggang, membuat beberapa pengunjung terpaksa mengernyitkan dahi mereka menahan panas. Tiupan panjang dari peluit sang wasit menandakan pertandingan siang itu telah usai. Pertandingan berjalan tetap menegangkan hingga akhir. Tim yang bertanding saling beradu poin dan saling kejar mengejar. Para supporter bergantian memutar dinamika ekspresi wajah masing-masing. Nnamun pada akhirnya, di akhir pertandingan, Tim Basma keluar menjadi pemenangnya.

Beberapa pengunjung bangkit dari tempat duduknya sambil membawa satu-dua minuman atau makanan yang mereka bawa sepanjang pertandingan berlangsung tadi. Namun terkadang ada saja tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab, membuat gedung itu nampak tak sebersih 90 menit yang lalu sebelum pertandingan ini dimulai. Saat melangkah turun dari tirbun, aku melihat ekspresi mereka yang bermacam-macam. Ada yang tertawa mengejek temannya yang mungkin mereka sedang mengadakan taruhan, menjagokan masing-masing tim, dan yang menang berlaga sok jadi pemenang padahal sama sekali ia tidak ikut andil dalam pertandingan. Ada juga yang murung, wajahnya berlipat menjadi beberapa bagian karena tim yang dijagokan kalah lalu bergumam menggerutu, kesal.

Sementara itu di sebrang yang lain, terlihat para pemain bola keluar dari arena pertandingan. Tak segan mereka berbincang satu dengan yang lain baik dari tim lawan maupun kawan. Sportivitas mereka memang patut diacungi jempol. Tidak ada wajah-wajah dendam pada raut mereka. Sesekali mereka menggelayutkan tangan ke pundak teman yang lain sebagai tanda solidaritas sesama pemain sepak bola.

"Gue bangga punya kapten kayak lo, Bas!" seru salah seorang pemain kepada Basma. Tangannya mengacak-acak rambut gelombang milik laki-laki bertubuh jangkung yang sering diposisikan sebagai kapten itu.

Aku yang mengikuti Fara bersama segelintir fans Basma bergerak mendekatinya. Aku mendengar gurauan mereka tentang ada yang terpeleset saat pertandingan tadi. Ada yang celana jerseynya kedodoran tapi masih nekat tetap dipakai karena itu satu-satunya jersey yang dia punya. Ada juga yang terpeleset lalu nyungsep saat mengejar bola. Atau ada yang keliru mengumpan bola ke pihak lawan. Gurauan standar cowok itu mereka lemparkan satu sama lain. Basma hanya tersenyum tanggung. Sedangkan Bisma terlihat lebih banyak bercerita, membuat semua timnya tertawa terbahak-bahak.

Basma memang tak banyak bicara atau menanggapi pujian yang dilemparkan kepadanya. Sepanjang hidupnya, belum pernah ia berbicara kalimat sepanjang satu baris yang mungkin berisi 5 sampai 7 kata saja kepada lawan jenisnya. Kecuali kepada Kirana dulu. Ah, Kirana selalu menjadi pengecualian. Tiba-tiba saja aku ingin menjadi sepertinya. Tapi aku tidak suka dengan mulutnya yang ganjen itu. Belum lagi kalau minta foto. Udah fotonya alay, memanyunkan bibirnya, sengaja menempel-nempel pada Basma seperti uler keket. Besoknya foto itu diedit dan di upload di akun instagramnya, ditambah caption a-i-u-e-o yang membuat sederet fans Basma yang lain kebakaran jenggot melihatnya. Misalnya seperti usai pertandingan ini saja, kirana, sang mantan pacar yang genit itu lagi-lagi menyita perhatian fans Basma, tak terkecuali aku.

"Bas, capek ya? haus gak? ini gue bawain minuman." kata Kirana menyodorkan botol minuman karakter we bare bears kepada Basma. Sontak Fara memasang raut kebencian, sekilas aku menengok ke arahnya tadi.

"Sini biar gue aja yang minum." melihat Kirana yang suka ganjen, Bisma seperti geram melihatnya. Ia menyerobot botol yang disodorkan kepada kakaknya itu dan langsung ditenggaknya air dalam botol itu sampai habis. Dia sepertinya memang kehausan. Dan melihat kelakuan Bisma, Kirana pun tak tinggal diam. Ekspresinya sudah seperti guru BK yang sedang melihat muridnya sedang berbuat nakal. "Kok lo yang minum sih? Itu kan buat basma!" kata Kirana mengomel. Matanya melotot.

"Abang gue alergi sama air mineral." balas Bisma sengaja menggoda. "Mending beliin gue, ya gak men?" Ia melempar pertanyaan retoris kepada salah satu temannya. Hal itu cukup membuat Kirana semakin kesal. Basma hanya tersenyum, menyeringai.

Sebatas SukaWhere stories live. Discover now