Pacar?

62 13 0
                                    

Aku terduduk di depan kamar pasien salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. Kedua tanganku yang saling terkait tak berhenti saling mengusap satu sama lain. Ku lirik jam tangan yang masih menggantung sempurna di pergelangan tanganku, sudah lebih dari tiga puluh menit tetapi para dokter tidak juga keluar dari kamar. Aku membuka pintu sehingga terdapat sedikit celah yang cukup lebar untukku mengintip

"Duh, geseran dong Dok gue juga mau liat dia kenapa" ucapku menggerutu sendiri sambil menggigit jari

Aku semakin penasaran dengan keadaannya saat melihat gips yang membalut tangannya samar-samar. Dengan keberanian lebih aku masuki kamar perlahan-lahan, menapaki lantai tanpa suara agar obrolan mereka tak terganggu atas kehadiranku

"Jangan terlalu memaksakan menggunakan tangan kananmu" kata salah satu dokter pada Dio

"Istirahat yang cukup untuk kesembuhan tangan kamu" kata dokter yang terlihat lebih muda dari kedua dokter lainnya

"Makasih ya Dok, oiya tapi jangan bilang-bilang sama Bu Indah ya Dok kalau saya disini. Kalo mau bilang, bilang aja kalo saya kesini buat bertamu" kata Dio penuh harap agar ketiga dokter tadi mau mengiyakan permintaannya

Mereka mengangguk "Kalau gitu kami pamit dulu. Kalau butuh apa apa panggil kami saja" kata dokter yang terakhir

Ketiga dokter tadi tersenyum padanya, berjalan meninggalkan kamar. Aku mengucapkan terima kasih kepada ketiga dokter tersebut lalu menghampiri Dio yang sekarang sudah terduduk rapi di tempat tidur memandangku

"Tangan kiri lo nggak sakit kan?" Tanyaku lalu duduk tepat di samping ranjang sambil memegangi bahu dan lengan kirinya yang tidak di gips

"Nyeri kalo lo pegang gini" katanya

Spontan aku melepaskan tanganku dari lengan dan bahunya

"Sumpah? Masa iya sih dokter nggak ngobatin kalo sakit juga? Jangan-jangan lo luka tapi lo sembunyiin ya?" kataku memicingkan mata

"Yang nyeri bukan tangan gue, tapi disini. Nyeri, cenat cenut terus tiap ada lo di deket gue" katanya sambil memegangi dada, menampilkan wajah pura-pura kesakitannya

Aku menghela napas, "Basi" kataku singkat dengan wajah datar

Dia terkekeh "Yaudah nih pegang lagi" katanya sambil menyodorkan lengan kirinya

Aku tersentak karena lengan yang dia sodorkan itu sempat 'menabrak' keningku dengan cukup keras. Aku mendelik ke arahnya. Tanganku yang mulai gatal kemudian melayangkan sebuah pukulan ke arahnya. Sialnya pukulan tersebut meleset dari target awalku. Dia mengerang keras disertai rintihan nyata yang membuatku panik sendiri kali ini

"L-lo nggak pa-pa? Sorry banget Yo gue nggak maksud mukul tangan kanan lo yang sakit, Beneran!" kataku meyakinkannya

"Btw, itu tangan lo beneran nggak pa-pa kan?" Tanganku menunjuk ke arah tangannya yang di gips dengan takut. Yang kuajak bicara ini malah diam seribu bahasa dengan mata terpejam yang membuatku semakin panik

"Masa mukul tangan doang sampe bikin pingsan sih"

"Yo? Nggak usah becanda, nggak lucu"

"Dio!" Teriakku

"Lo milih diem sendiri atau gue cium biar diem?" Ucapnya tiba-tiba dengan entengnya

"Lo..." aku mengambil beberapa lembar tissue lalu meremasnya sekuat tenaga. Melampiaskan segala kekesalanku pada seonggok tisue lecek yang sudah terobek-robek

"Gausah banyak gerak, kayak gini aja" katanya

Aku terdiam beberapa detik karena tidak mengerti apa yang dia maksud dengan 'kayak gini aja'

BUMERANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang