Nyaman

84 9 1
                                    

Kami bertiga duduk tenang di meja makan selagi menyantap 'sarapan tengah malam' kami. Dio dan Dirga duduk bersebelahan sementara aku duduk di seberang meja. Silih berganti kupandangi mereka satu persatu. Sangat mirip. Bukan, lebih tepatnya sama persis. Mata, hidung, mulut, rambut, bahkan sifat. Aneh? Memang, tapi ini nyata. Kembaran seperti ini benar-benar ada. Tepat di depan mataku

"Masih laper nggak?" Tanya salah satu dari mereka

Jujur aku masih tak terbiasa. Apalagi saat mereka mengenakan pakaian dengan warna yang sama seperti saat ini

"Udah kenyang belum?" Tanyanya lagi sambil melambai lambaikan tangannya di depan wajahku

"H-ha? Oh, udah" kataku tersadar dari lamunan singkat tak pentingku

"Thanks" lanjutku seraya tersenyum ke arahnya

Aku tak bisa mengucapkan namanya. Karena aku sendiri tak yakin siapa yang bertanya. Dio? Atau Dirga?

Sadar akan gerak gerik anehku, orang yang kumaksud malah mengernyitkan alisnya "Lo nggak pa-pa kan?"

"Nggak pa-pa" jawabku cepat

"Mata lo kosong gitu" katanya

"Nggak kok kosong apanya"
Ku alihkan pandanganku ke arah piring. Sesekali mencuri pandang kepada mereka, Mencari petunjuk yang mana Dio sebenarnya, yang kanan? Atau yang kiri?

Tiba-tiba dia memajukan wajahnya hingga dapat kulihat dengan jelas pantulan diriku di matanya
"lo... suka sama gue ya?"

Akhirnya satu kalimat darinya ini dapat menyadarkanku. Aku memundurkan wajahnya dengan telunjukku tepat di keningnya
"mimpi aja lo sana"

"Habis ngelamun terus ngeliatin gue" katanya

"Gue ngelamun itu mikir, Dio yang mana diantara kalian berdua ini. Tapi sekarang sih nggak usah dijelasin gue udah tau" kataku

Dia terkerjap beberapa kali sebelum memicingkan matanya padaku
"Dio, Gue Dio! Lo berapa lama sih temenan sama gue? Masa gitu aja nggak tau" protesnya

"Ya mana gue tau Dio yang mana kalo kalian sifatnya sama gitu terus duduk sebelahan gini" protesku balik

"Lagian lo nggak pernah bilang punya kembaran" gerutuku dengan volume suara sekecil mungkin agar sang pemilik telinga di seberangku ini tidak mendengarnya

"Pernah! Gue kan pernah bilang kalo gue punya adek"

Wuih denger aja nih orang

"Adek? Kalian kan lahir barengan" kataku

"Memang adek kok! Tanya aja sana"
Aku menyedekapkan tanganku dengan kesal sambil memalingkan wajah ke arah Dirga

"Gue lebih muda 12 menit dari dia" jelas Dirga

Aku memutar bola mataku kesal
"Ya jangan bilang adek dong kalo cuma beda 12 menit"

"Terus gue harus jelasin gimana? Masa iya gue bilang "gue punya kembaran looooh" ke semua orang?" jelasnya sambil memonyongkan bibirnya saat mengatakan 'looooh' yang dipanjangkan. Lucu

"Terus gimana caranya gue bedain kalian?" Tanyaku

"Gini, Inget ya, Dio yang lo kenal nggak suka pake gelang karet kayak gini" kata Dio sambil menarik wristband bergambarkan tengkorak yang dipakai Dirga di tangan kirinya

Tiba-tiba Dirga menggeser kursinya menjauhi meja makan

"Yang namanya Dirga sekarang jaraknya lebih jauh dari Dio jadi lo nggak bakal bingung bedain kita" katanya sambil nyengir. Ganteng sih, tapi kelihatan bego-nya

BUMERANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang