Teman

90 10 3
                                    

Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku agar tidak mengeluarkan suara suara aneh walaupun tanpa disengaja. Sedikit demi sedikit aku mengintip untuk melihat apa yang dia lakukan selanjutnya

Apa dia sudah pergi?

Tiba tiba aku merasakan cengkraman tangan dingin di pundakku dari belakang. Dapat kurasakan nafasnya yang terasa panas mendekatiku. Aku berdiri membeku, hanya dalam hitungan detik aku memejamkan mataku. Sayangnya tenggorokanku seperti tercekat, aku tidak bisa berteriak. Aku berbalik untuk melihat sosok yang mencengkramku ini perlahan lahan, Saat kubuka mataku..

"BOO!!" Teriaknya mengagetkanku

Seketika semua guru dari tiap kelas keluar untuk memastikan suara apa itu tadi

"Hehehe maaf bu, pak itu tadi saya... uh.... bersinnya kekecengan" bela-nya

Guru - guru yang menengok ke luar kelas itupun akhirnya masuk kembali. Bisa ku dengar salah satu guru berkata "mengagetkan saja"

Aku yang masih terjatuh, tersungkur di lantai karena kelakuan tak terduga darinya ini melihatnya dengan tatapan tak percaya.

"DEE!! LO APA APAAN SIH" teriakku

"Yeee lo aja yang alay kayak gitu takut. Mana harga diri Adelia yang lo junjung tinggi itu?" Jawabnya mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri.

 aku memukul bahunya "Lo ngelakuinnya di waktu yang nggak tepat, Dee" kataku sambil mengusap bokong yang agak nyeri.

"Ngapain sih nyender nyender di tiang bangunan kayak sembunyi gitu?"

Ingin rasanya aku bertanya apakah Dio masih berada disana atau tidak saat mengingat alasanku berada tepat di tempat ini. Tapi pasti Dee akan bertanya kenapa dan aku malas sekali menjelaskan semuanya dari awal.

Alasan Del! Lo harus buat alasan lain -pikirku

"Nggak papa capek aja daritadi jalan jalan jadi nyender dulu gitu istirahat. Udahlah lo pergi aja sana daripada bikin gue jantungan lagi" jawabku dengan tangan yang mendorongnya untuk menjauh

"Lah lo nggak balik masuk ke kelas? Kan udah ganti pelajaran"

"pelajaran konseling aja kok kan ibunya baik boleh masuk telat" kataku santai. Tapi kesantaianku hilang karena..

"oiya gue belum ngerjain pr!" Yap aku belum sama sekali mengerjakan 30 nomor soal essay yang harus dikumpul hari ini juga.

"Dee liat pr lo, please" pintaku

"Tuh di meja, ambil aja" jawabnya

"Lo memang sahabat gue!" Ucapku dengan mimik terharu yang di buat buat


●●●●●

Aku kembali ke kelas dengan tergesa gesa. Kuambil buku ku dan duduk di tempat Dee. Selama dalam proses penyalinan aku benar benar tidak mengerti apa yang dia tulis. Sepertinya dia setengah tertidur saat mengerjakan semua soal. Pekerjaan rumah untuk mata pelajaran konseling ini benar benar membuatku pusing. Aku tau, sudah tidak ada waktu lagi untukku memikirkan betul atau tidaknya jawaban Dee. Sekarang adalah tugas untuk tangan yang harus bekerja keras menyalin semua tulisan ini, tapi aku tidak bisa. 

Pada saat itu juga terbanglah buku ajaib dari arah kiriku.

"Tuh salin. Gue ngerjain dari hati, pendek pendek ajakok jadi hemat waktu lo" katanya

Aku menoleh ke arah sumber buku tersebut terbang 

"Lah sejak kapan lo di samping gue?" tanyaku kaget

BUMERANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang