Pertemuan Singkat

136 13 4
                                    

Waktu menunjukkan pukul 16:00. Badanku menggeliat, berguling kesana kemari lantaran rasa gelisah dan rasa tak nyaman. Kalimat yang kulontarkan tadi siang masih terngiang di kepalaku. Aku jadi merasa malu dengan diriku yang mengatakan hal tak pantas terlalu nyaring. Di depan anak baru pula. 

Tiba tiba nada dering handphoneku membawaku sadar kembali. Kutengok nama yang tertera di layar hpku, Ben.

"Halo?" Jawabku

"Bukain pintu, gue sama Dee ada di depan rumah lo" pintanya

"Kapan?" kataku malas

"Besok, Ya sekaranglah! cepetan turun." Jawab Ben lalu memutuskan sambungan telpon.

Ku turuni anak tangga satu persatu dengan langkah yang sempat terhenti. Kurenggangkan tubuh lelahku sebelum membuka pintu.

Kebiasaan lama mereka tak pernah hilang. Seperti biasa tanpa salam ataupun sapa setelah aku membuka pintu, mereka berjalan menuju sofa lalu merebahkan diri. Perkenalkan, mereka teman-temanku yang sangat tidak tau diri

Tapi kali ini ada hal yang sedikit berbeda. Bedanya, suasana kali ini hening. Biasanya setelah merebahkan diri mereka tidak segan-segan untuk mengambil alih remote tv. Merekapun akan menanyakan ada camilan apa hari ini, dan yah begitulah. 

Aku berdehem sebagai tanda bahwa aku menunggu salah satu dari mereka untuk berbicara

"Lo kok tadi pulang duluan sih, Del? Kan lo udah janji bakalan nemenin gue ke perpus kota buat nyari referensi nulis" ucap Dee seperti menangkap kode yang kuberikan serta merta mengingatkanku akan janji yang kita buat sebelumnya.

Aku benar-benar lupa akan hal itu. 

"Sorry banget Dee gue lupa, jadi tadi gimana? Lo kesana sendiri?" Tanyaku dengan tidak enak hati

"Nggak, untung aja tadi Dio lewat di depan gue. Lo tau nggak sih dia itu baik banget. Baru aja kita kenalan hari ini tapi dia dengan senang hati nawarin diri buat nemenin gue ke perpus kota gantiin lo" jelasnya dengan girang

"Padahal tadi gue juga mau ajak lo makan siang bareng sama kita, tapi gue liat lo lagi badmood gitu. Gajadi deh" sambung Ben sambil memainkan hpnya.

Rasa bersalah menyelimutiku. Tidak seharusnya aku mengabaikan teman-temanku ini karena masalahku sendiri. 

"Duh sorry banget. Hari ini memang gue lagi kacau banget gara gara tadi gue teriak gitu kenceng banget. Biasanya gue nggak semalu ini tapi nggak tau kenapa tadi bikin gue kepikiran" jelasku

"Yaudah deh gini aja, karena gue sadar gue salah sama kalian, terserah deh hari ini kalian boleh ngapain aja di rumah gue" kataku tidak enak hati

Mereka saling bertatapan lalu bersorak gembira

 "ASALKAN..." sambungku

"Nanti pas pulang bantuin gue bersihin rumah" lanjutku sambil tersenyum 

"Oke bos, itu gampang aja. Sekarang, ada camilan apa nih hari ini?" kata Ben

Yap. Suasana kembali normal jika kalimat itu telah terucap

Aku berjalan menuju dapur untuk melihat persediaan cemilanku. Sayangnya tidak ada yang tersisa

"Nggak ada apa- apa nih" keluhku

"Eh temenin gue beli cemilan dulu dong" kataku sambil mencari cari cemilan yang mungkin terselip di sudut - sudut lemari makanan.

Tidak ada respon. Saat pandanganku mengedar ke arah ruang keluarga, pemandangan yang sangat familiar ini membuatku memutar bola mataku.

Mereka tidak ada. Lebih tepatnya pura - pura tidak ada.
Kulihat kaki yang bergerak gerak karena sempit di belakang sofa dan lemari yang bergeser menjadi lebih jauh dari letak awalnya. Tempat persembunyian yang strategis sekali untuk ditemukan.

BUMERANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang