DEWI

381 12 9
                                    

Senja luruh, duka runtuh
Secuil cahaya ternetra oleh retina
"Ini bukan sekadar cahaya!" sentak bocah mungil yang sedari tadi termangu di depan pintu.
Akupun berlari mendekati cahaya itu, hanya ingin memastikan.

Di ujung cahaya itu, kudapati seorang dara
Ia menatapku; sembari melengkungkan segaris senyuman.
Seraya aku melalui masa, lengkung senyum sang dara menjelma kehangatan.
Begitu indah, hingga terpancar jelas tanpa culas citra dan bahasa diri.
Tersadarlah aku bahwa memang benar cakap sang bocah.
Cahaya memang cahaya.
Itulah cahaya surga yang turun bersama Dewi dari balik tabirnya.

Malang, 5 Juli 2016

SesajakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang