Cuk! Dunia ini sudah benar-benar tidak beres! Besi sudah terlampau bengkok! Manusia yang punya kuasa tak lagi punya kharisma. Semua yang mengancam kursinya dibungkam. Tak lagi mereka peduli pada bisikan rakyat. Ia sama sekali tak mau terancam; sebab uang yang dipakai sudah terlalu banyak: tak cuma uangnya sendiri tentunya (baca: hutang). Sekarang aku mau tanya: saat pemilu, rakyat memilih wakilnya. Apa yang sejatinya diwakilkan? Suara? Atau sejahtera? Waktu kampanye, jelas mereka mengemis suara rakyat agar dapat meletakkan pantatnya di kursinya yang sekarang. Dulu, mereka berkata: kalau ada masalah, nanti saya yang atasi. Kalian cukup pilih saya. Sekarang, pengemis itu sudah dapatkan kursi yang didamba. Salahkah jika tuan-tuan yang diwakili "suaranya" dan dijanjikan "sejahtera" meminta haknya? Ya, hak untuk didengar suaranya dan diwujudkan sejahteranya; tak cuma diwakili seperti sekarang ini.
Malang, 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Sesajakan
PuisiSebuah Kumpulan sajak tentang segala sendi kehidupan. Pahit manis, asam getir, suka tawa, duka derita, segalanya ada di sini. Just read and enjoy!