BURUNG DI JERUJI JATI

100 2 0
                                    

Aku mendengarnya!
Aku dengar segala caci maki burung-burung itu.
Jelas sekali mereka memekik,
"Mana pepohonan yang biasa ku hinggapi? Mana sungai-sungai yang bening dan selalu aku minumi airnya?"

Mungkin memang hanya aku yang mendengar tempikannya.
Keras sekali ia menempik,
"Kenapa pepohonan itu terus digergaji? Kenapa aku dikurung dalam jeruji yang aromanya sama persis dengan aroma ranting yang biasa aku singgahi? Kenapa air yang aku minum tak sesegar dulu? Tempat apa ini?"

Sejujurnya, aku sangat kasihan pada burung-burung itu.
Jelas-jelas mereka mencaci maki, tapi malah dianggap menyanyi.
"Bawa aku kembali ke hutan jati! Di situlah rumahku yang sejati! Aah! Jatiku pun sudah kau gergaji! Kini semuanya sudah jadi tiang-tiang besi! Sungaiku juga sudah kau racuni! Jancuk!"
Burung-burung itu pun mati di dalam jeruji jati.

Malang, 27 Agustus 2016

SesajakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang