01. Monday

1.4K 57 5
                                    

1. Monday

"Ibu!!!" Ji Hyo merengek kepada Ibunya dengan manja. "Kenapa uang sakuku dipotong? Aku tak salah apa-apa. Orang yang menolakku dari perusahaan itu yang tak dapat menilai seseorang."

"Ibu tak ingin mendengar alasan apa-apa." ucap Ibu sembari menutupi kedua telinganya.

"Jadi aku harus bagaimana? Haruskah aku kerja paruh waktu? Memangnya Ibu tega melihat putri satu-satu Ibu kerja di restoran atau toko swalayan?"

"Ya, lebih baik seperti itu." jawab Ibu melanjutkan pekerjaan rumahnya. "Lebih baik kau pergi ke cafe bibi, dan meminta pekerjaan di sana, dibanding meminta-minta uang saku padaku. Ingatlah, kau sudah dewasa."

Ji Hyo mengerucutkan bibirnya dan memasang wajah memelasnya di hadapan Ibunya.

"Jangan harap Ibu akan mengasihanimu."

Ji Hyo langsung mendengus kesal mendengar jawaban Ibunya. "Baiklah, aku akan kerja di sana dan akan terus mencari pekerjaan tetap." jawab Ji Hyo dengan frustasi.

Lalu, Ji Hyo pun berjalan keluar dari rumahnya. Ia semakin kesal saat mengingat kejadian kemarin. Dia ditolak mentah-mentah dalam sebuah wawancara untuk masuk ke dalam perusahaan sebagai pegawai.

"Mengapa kehidupanku sangat menyedihkan?" tanya Ji Hyo sembari menatap langit yang cerah.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ada telfon dari seseorang yang bernama Kang Gary. Ji Hyo pun mengangkatnya.

"Jangan menelfonku sekarang. Aku sedang sibuk."

"Sesibuk apa sampai-sampai ingin menolak panggilanku?" goda Gary, lalu cekikikan.

"Ada apa?" tanya Ji Hyo tanpa basa-basi.

"Malam nanti apakah kau sibuk?" tanya Gary. "Aku ingin mengajakmu makan malam, sekaligus ingin mengatakan sesuatu."

Dahi Ji Hyo mengernyit. "Mengatakan apa?"

"Aku akan mengatakannya malam nanti. Jadi kau harus menyetujui ajakanku. Aku akan meng-sms tempat dan waktunya."

Setelah mengatakan semua itu, Gary langsung memutuskan percakapan telfon tanpa mendengar jawaban Ji Hyo. Hal itu membuat Ji Hyo menatap ponselnya dengan ekspresi bengong. "Kebiasaan." pikirnya.

---

Ji Hyo pun sampai di cafe bibinya. Karena kurang hati-hati, ia menabrak seorang lelaki kekar yang membawa tas gitar di dekat pintu masuk.

Ji Hyo meminta maaf kepada lelaki itu, namun lelaki itu mengabaikannya saja dan berlalu pergi seolah tak ada apa-apa.

Ji Hyo pun menghampiri bibinya yang sedang melepas poster yang terletak di dinding cafe yang terbuat dari kaca. "Akhirnya, aku sudah mendapatkan seorang penyanyi." pikir Hye Jung, bibi Ji Hyo.

"Selamat siang, bibiku tersayang." Ji Hyo langsung saja memeluk bibinya itu.

Refleks, Hye Jung memasang ekspresi datarnya. "Kau baik sekali hari ini." Ia lalu melepas pelukan Ji Hyo. "Apakah kau membutuhkan sesuatu?"

Ji Hyo terkekeh. "Bisakah aku bekerja disini? Uang sakuku dipotong oleh Ibu." rengeknya dengan imut.

"Bagaimana, ya?" Hye Jung menimbang sesuatu. "Tak ada lowongan kerja."

"Apakah aku harus menunggu lowongan kerja terbuka?" Ji Hyo mengayun-ayunkan tangan Hye Jung. "Ayolah, aku kan keponakanmu yang paling cantik dan baik."

"Terserah." ucap Hye Jung. "Baiklah kau bisa bekerja di sini."

Ji Hyo berteriak girang dan membuat pelanggan-pelanggan cafe itu menatapnya dengan aneh. "Terima Kasih, bibi."

Hye Jung pun menyimpan poster yang ia cabut tadi di kotak penyimpanan barang yang ada di bawah meja kasir. "Tapi, kau harus mulai bekerja hari ini."

Namun, Ji Hyo langsung berlari kabur. "Maaf, bibi. Kurasa hari ini aku tak bisa. Besok saja."

"Hei, Song Ji Hyo!!!"

---

Malamnya...

Ji Hyo bersiap-siap untuk pergi memenuhi ajakan Gary setelah menerima sms darinya. Sebenarnya ia sudah menebak-nebak apa yang akan dibicarakan Gary.

"Jika benar itu yang akan ia bicarakan? Apa yang harus aku jawab?" tanyanya sembari menatap bayangan wajahnya di cermin meja rias yang berada di kamarnya. "Aku tak ingin menyakitinya."

---

Ji Hyo dan sahabatnya, Choi Yeo Jin tampak mengobrol dalam kamar Ji Hyo.

"Apa maksudmu? Gary menyukaiku?" Ji Hyo terbelalak tak percaya mendengar apa yang dikatakan sahabatnya itu.

"Sebenarnya aku diminta untuk merahasiakannya." ucap Yeo Jin. "Dia memintaku untuk mendukungnya, tapi aku rasa tak bisa mendukungnya tanpa persetujuanmu. Apakah kau menyukainya juga?"

Ji Hyo hanya terdiam dan tak tahu harus berbicara apa. Ia belum pernah memikirkan hal itu sebelumnya.

---

Sementara itu, seorang lelaki sedang bermain gitar di taman sungai Han.

Dia telah pergi
Dan aku tak melakukan apa-apa
Cinta telah pergi
Aku bodoh dan hanya berdiri melamun di sini

Aku melihat dia yang semakin menjauh
Dia menjadi titik kecil, kemudian menghilang
Apakah ini akan pergi setelah waktu berlalu?
Aku mengingat di waktu dulu
Aku mengingatmu

If You~
If You~
Jika belum terlambat
Bisakah kita kembali bersama? (Bigbang - If You)

Lelaki itu seperti menumpahkan semua perasaannya ke dalam lagu itu. "Kau sekarang di mana? Aku merindukanmu." ucapnya sembari menatap langit malam yang terang oleh bintang-bintang.

---

Ji Hyo pun menemui Gary yang sedang terduduk di salah satu meja pengunjung restoran yang berada di pinggir sungai Han, dan ia langsung duduk di hadapannya.

"Kau sudah datang?" Gary tersenyum menatap Ji Hyo yang benar-benar memenuhi ajakannya.

Ji Hyo hanya tersenyum tipis.

---

Lelaki bermata sipit yang selalu membawa gitarnya kemana saja itu tampak berjalan menuju restoran pinggir sungai Han. Jalanan itu tampak Indah dengan kerlap-kerlip lampu jalan yang menghiasi.

Sesekali ia tersenyum tipis karena mengingat sebuah kenangan masa lalu yang pernah terjadi di jalan itu.

Saat ia sampai di restoran itu, ia berpapasan dengan Ji Hyo dan Gary yang baru saja menikmati makan malamnya. Mereka berjalan keluar dari restoran.

Lelaki itu menatap mereka berdua sekilas, lalu kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam restoran.

---

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Ji Hyo.

Kini Ji Hyo dan Gary terduduk di salah satu bangku taman. Taman yang sangat indah untuk pasangan-pasangan yang berkunjung di sana. Banyak bunga-bunga yang beraneka ragam jenisnya dan warnanya pun sangat Indah.

"Aku memikirkannya ribuan kali untuk mengumpulkan keberanianku untuk menyampaikan ini."

Ji Hyo mendengar dan menunggu kelanjutan kalimat Gary.

"Aku menyukaimu, Song Ji Hyo."

---

-spartaceofindonesia

Sing For You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang