12. One Man

724 49 7
                                    

12. One Man

Ji Hyo mempersiapkan secarik kertas dan sebuah pulpen. "Boleh aku tulis pesanan anda?"

Wanita itu sibuk melihat-lihat menu, "Untuk saat ini aku hanya akan memesan lemon tea. Makanannya akan aku pesan saat temanku sudah datang." lalu ia mengangkat kepalanya dan menatap Ji Hyo. "Song... Ji Hyo?"

Kini, Ji Hyo ingat wanita itu saat melihat wajahnya dengan jelas. "Moon..." ia berusaha mengingat nama wanita itu, lalu ia menjentikkan jarinya. "Moon Geun Young?"

Wanita yang ternyata Geun Young itu menatap Ji Hyo dari kepala sampai ujung kaki, dengan tatapan menyelidik. "Kau bekerja di sini? Atau hanya sebagai pekerja paruh waktu? Bagaimana hubunganmu dengan Gary? Apakah kalian sudah jadian?" tanyanya bertubi-tubi.

Ji Hyo merasa tak nyaman dengan sikap Geun Young terlihat sangat penasaran, padahal dirinya tak terlalu dekat dengannya. "Aku bekerja disini sementara aku sedang mencari pekerjaan tetap." Ji Hyo tampak malu karena bertemu dengan teman lamanya sementara ia kini hanyalah seorang pelayan cafe. "Aku sudah jadian dengan orang lain."

"Lalu, Gary bagaimana? Apakah cintanya kembali bertepuk sebelah tangan?" tanya Geun Young sembari tertawa iseng. Mengapa Ji Hyo menolak Gary yang sekarang sudah menjadi komposer lagu terkenal? Padahal Gary sudah benar-benar mencintai Ji Hyo. Apa lagi kekurangan lelaki itu?

Ji Hyo tersenyum canggung, ia tak tahu harus menjawab apa. Ia tahu bahwa ia tak seharusnya menertawakan hal itu. "Kapan kau kembali ke Korea?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Ekspresi Geun Young berubah menjadi sedih entah kenapa. Mungkin karena ia teringat Jong Kook. "Beberapa hari yang lalu."

"Bagaimana dengan pacarmu? Apa kalian masih berhubungan?" tanya Ji Hyo lagi. Dia tahu tentang pacar Geun Young, tapi ia tak mengetahui identitasnya.

"Entahlah. Aku rasa tak seperti itu." Geun Young tersenyum miris. "Mungkin kau sudah mendengarnya dari Gary oppa tentang alasanku pergi. Aku mendapat beasiswa belajar di luar negeri agar aku bisa mendapat pekerjaan yang layak di sini. Karena keluargaku sangat tak mampu sehingga keluarga pacarku itu menolakku. Sekarang aku kembali untuknya, tapi..." ia tak melanjutkan kalimatnya.

Ji Hyo mengerti dengan apa yang akan dikatakan Geun Young, lalu merasa bersalah karena menanyakan pertanyaan itu. "Kebanyakan lelaki memang seperti itu. Kau masih muda dan sangat cantik, dan aku yakin kau bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik darinya." ucap Ji Hyo menyemangati Geun Young.

"Sepertinya itu semua salahku. Seharusnya aku tak pergi diam-diam. Seharusnya aku menjelaskan alasanku pergi. Seharusnya aku memintanya untuk menungguku." air mata Geun Young hampir saja mengalir, namun ia terus berusaha menahannya. Lalu ia tersenyum menatap Ji Hyo. "Tapi, terima kasih karena sudah menyemangatiku, eonni."

Setelah Ji Hyo menulis pesanan Geun Young, seseorang datang menghampiri meja itu. Ternyata orang yang ditunggu oleh Geun Young adalah Gary.

Gary menatap Ji Hyo sembari tersenyum. "Aku ingin bertemu Geun Young. Jadi jangan memasang ekspresi bersalahmu."

"Ada apa dengan kalian?" tanya Geun Young dengan antusias, lalu ia menatap Gary. "Apa yang terjadi selama aku pergi? Kudengar kau ditolak lagi?"

Gary merasa sangat gemas dengan wanita yang berusia dua tahun lebih muda darinya itu. "Jangan membahasnya, Geun Young-ah." Ia tampak malu.

Ji Hyo tersenyum tipis dan tak tahu harus berkomentar apa dengan topik yang dibicarakan oleh kedua orang yang tampak akrab di hadapannya ini. "Apakah ada lagi yang ingin anda pesan?"

Geun Young dan Gary pun memesan makanan. Lalu saat Ji Hyo pergi, Gary pun menatap Geun Young. "Apa yang ingin kau bicarakan?"

Tanpa basa-basi Geun Young langsung bertanya, "Oppa, kau tahu apa alasan Jong Kook oppa bekerja menjadi penyanyi di restoran sungai Han?"

"Dia bekerja di sana sebagai penyanyi?" Gary menganga seakan tak percaya. "Apakah dia tak takut dilabrak oleh suruhan Ayahnya?"

"Itulah yang membuatku bingung. Mengingat dulu Ayahnya mematahkan gitarnya hanya karena Jong Kook menggunakannya di waktu senggang." ucap Geun Young. "Jujur ada sesuatu yang lebih mengganjal di hatiku. Hari minggu kemarin aku bertemu dengannya dan menyapanya. Dia tampaknya tak senang saat melihatku. Aku merasa hatinya sudah tak sama seperti dulu."

Gary berusaha menyembunyikan ekspresi sedihnya. Karena pacar Ji Hyo dan orang yang dicintai Geun Young adalah orang yang sama. Namun kedua wanita itu tak mengetahui tentang hal itu.

Hanya Gary seorang yang tahu tentang Geun Young dan Ji Hyo. Meskipun kedua wanita itu tak saling dekat, tapi tetap saja mereka berteman. Betapa canggungnya jika Geun Young tahu bahwa Ji Hyo lah yang membuat hati Jong Kook berubah.

Hal yang paling menyakitkan untuknya adalah ia harus kehilangan dua orang yang ia cintai hanya karena satu lelaki. Pertama, Geun Young yang ia cintai dulu ternyata saling suka dengan Jong Kook yang merupakan tetangga Geun Young.

Dan yang kedua, Ji Hyo yang sangat ia cintai saat ini, entah bagaimana bisa bertemu dan berkenalan dengan Jong Kook sampai-sampai mereka juga saling jatuh cinta.

Hanya satu yang ia khawatirkan saat ini. Jika Ji Hyo akan merasakan hal yang sama dengan Geun Young dulu. Hal yang membuat Geun Young sangat hancur saat itu. Hanya Gary yang tahu betapa hancurnya Geun Young saat itu.

Sedangkan, Jong Kook? Gary menganggap lelaki itu seakan tak peduli dan menjauh sebelum kepergian Geun Young ke luar negeri.

Kini ia menatap wanita manis dan cantik yang sedang melamun di hadapannya. Entah apa yang dipikirkannya. Gary sudah menganggapnya seperti adik perempuannya, dan ia benar-benar tak tega jika Geun Young tahu bahwa Ji Hyo lah yang berhasil mengambil hati Jong Kook.

---

"Apa? Jong Kook sakit?" Ji Hyo tampak terkejut saat ia mendengar jawaban Hye Jung.

"Ya. Dia sudah menelfon pagi tadi. Jadi dia tidak akan kerja hari ini." jawab Hye Jung sibuk melayani pelanggan yang ingin membayar di kasir dan tak menatap Ji Hyo.

"Kenapa kau tidak memberitahuku?" tanya Ji Hyo yang tampak khawatir.

"Memangnya aku perlu memberitahumu? Bukankah hubungan kalian tidak baik? Setiap bertemu, kalian selalu saja bertengkar." jawab Hye Jung. Namun, sesuatu mengganjal di pikirannya. "Tapi belakangan ini, kalian tak lagi bertengkar. Apakah kalian akhirnya saling jatuh cinta?"

Ji Hyo tersenyum berbunga-bunga menatap bibinya. "Menurut bibi?" tanya Ji Hyo. "Tapi, bisakah aku langsung pulang sekarang? Aku ingin melihat keadaan Jong Kook."

Hye Jung belum menjawab apa-apa, tapi Ji Hyo langsung saja kegirangan. "Terima kasih." Ji Hyo memeluk Hye Jung lalu ia langsung berlari ke arah ruang ganti.

"Hei, Song Ji Hyo! Aku tak bilang kau boleh pergi!"

Ji Hyo berjalan ke luar cafe tanpa mempedulikan panggilan bibinya setelah mengganti seragamnya dengan pakaian biasa.

---

Ji Hyo sampai di rumah Jong Kook. Dengan ragu-ragu ia menekan tombol bel. Mungkin Jong Kook tak akan membukakan pintu untuknya karena sedang terbaring sakit.

Benar, tak ada jawaban saat ia menekan tombol bel sehingga membuatnya nekat memasukkan password rumah Jong Kook yang ia ketahui karena khawatir dengan keadaan pacarnya itu.

Dia pun membuka pintu apartemen Jong Kook. "Kim Jong Kook." panggil Ji Hyo dengan lembut sembari berjalan ke arah kamar Jong Kook, namun tak mendapati lelaki itu dimana-mana.

Ji Hyo pun mencari Jong Kook ke dapur. Matanya terbelalak saat melihat seorang lelaki terduduk lemah di dekat westafel. "Kim Jong Kook!"

---

-spartaceofindonesia (16 Agustus 2016)

Kabar baik!! Besok libur... uhuyy...

Selamat hari kemerdekaan Indonesia! 👏👏👏 Mudah-mudahan bisa menjadi Negara yang lebih baik lagi dari sebelumnya...

Sing For You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang