WARNING!: Ada sekilas pembicaraan seputar Sho-ai, tapi tidak ada adegan menjurus. Hanya percakapan yang sedikit menyerempet ke sho-ai saja, kok :) Masih aman.
.
.
"Kapan kita bisa kembali, sih?" rambut merah Karma diusap-usap perlahan dengan telapak tangannya, memerhatikan Koro yang sedari tadi memandang merchandise di toko bioskop dengan penuh harap.
"Ng..., tunggu sampai aku bisa menemui pemeran tokoh favoritku <3." Koro memutar-mutar kedua tangan kuningnya itu dengan malu-malu, terlihat seperti siswi remaja yang genit.
"Kau tidak akan bertemu dengannya sampai kau mati di tangan kami." Karma mengucap setengah berbisik, dengan seringai manisnya tersungging di bibir kecilnya.
"Ngya?" Koro menoleh mendengar suara Karma yang samar, berusaha membuat Karma mengulangi ucapannya dengan lebih keras.
"Ah tidak, lupakan saja. Nikmati saja dulu merchandise itu sesukamu." Karma tersenyum, dengan kepalanya yang setengah dimiringkan. Dan dengan polosnya, Koro hanya mengiyakan dan kembali menikmati merchandise yang terpajang di sana.
.
.
"Ya ampun, Karma-kun masih saja mematikan ponselnya?" Nagisa mengutak-atik nomor Karma yang tidak diakftifkan semenjak pergi.
"Menyerahlah, hidup masih panjang." Orang misterius yang masih tidak sudi menampakkan batang hidungnya dihadapan siswa-siswi kelas 3-E di sana, setia menunggu hingga sang 'target' muncul dengan kecepatan 20 mach nya yang mengagumkan.
"Masih panjang gundulmu!" Terasaka menyahut emosi, "Dimana mereka di saat mepet begini?"
Bayangan orang misterius itu menghela napas, "Aku tidak botak. Beraninya kau mengejek pangeran sepertiku, anak teri."
"Dan aku bukan anak teri, dasar gondrong!" Terasaka berusaha mendobrak kabut asap yang menutupi kedua orang misterius itu tanpa menunjukkan celah sedikitpun, dan hasilnya – nihil.
"Daripada kalian bertengkar seperti itu, lebih baik bantu aku menghubungi Karma-kun!" Nagisa menyela dengan kedua mata yang masih berkutat dengan ponselnya.
"Percuma. Kita tunggu sajalah." Kayano menghela napas, berusaha menghentikan usaha Nagisa yang sia-sia.
"Yah, semoga Karma tidak dibunuh duluan oleh Koro-sensei sebelum kita yang membunuhnya." Terasaka setengah berkacak pinggang, menoleh menghadapi Nagisa.
"Sebaliknya, semoga Koro-sensei tidak dibunuh duluan oleh Karma." Nagisa hanya menghela napas sambil menengadah.
.
.
"Kita sudah terlalu malam, nih. Apa kau tidak bisa berpikir dengan kecepatan 20 mach-mu itu, heh?" Karma memandangi jam tangannya, gelisah, tidak ingin mengulur waktu lebih lama untuk hidup si gurita.
"Tapi, menentukan yang mana yang lebih bagus itu kan susah..." Koro mengeluh, kedua mata kecilnya masih terus memelototi barang di tangannya.
"Hee..., aku sudah lelah. (Lelah dengan dirimu yang hidup di dunia ini membuang waktuku) Bisa lebih cepat sedikit, dan kita pulang ke Kunugigaoka secepat mungkin."
"Kau bantu aku dong." Koro merengek manja.
"Iya, iya, sini. Apa sih yang membuatmu bingung sedari tadi?" Karma menghampiri Koro dengan niat membantunya dan mempercepat otak Koro, "Hah? Yang benar saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION!
FanfictionHari-hari liburan Sawada Tsunayoshi yang terusik karena kedatangan sesuatu yang tak pernah diharapkannya. Dan seketika, hari liburan itu berubah menjadi hari penentuan hidup-mati. Bersama dengan Akabane Karma - lelaki dingin yang disegani Tsuna, Mer...