Ini adalah hari pertamaku menduduki bangku kelas 8. Ya, seperti biasa hari pertama hanyalah perkenalan. Tak ada yang kukenal disini. Maksudku, aku kenal mereka tetapi kurang dekat. Andre sudah pindah sekolah, sedangkan Ana dan Nada tidak bersekelas denganku. Nada sangatlah sombong sekarang. Aku dimaki-makinya di sebuah social media bernama Twitter. Ya memang ia mempunyai teman baru. Tapi, seharusnya ia tak boleh melupakan teman lamanya.
Seperti biasa, aku pulang dengan angkot. Selain rumahku jauh dari sekolah, juga murah daripada menaikki ojek. Aku memberhentikan angkot berwarna biru.
"Eh han, lo pacarnya Kevin ya?" tanya seseorang yang berada dibelakangku saat aku hendak menaikki angkot.
"Hah? engga" jawabku sambil menduduki kursi dan membuka jendela angkot dan kudapati temannya Kevin.
"Dih katanya Kevin lo pacaran sama dia" sahutnya sambil memegang bahu Kevin yang tepat berada disebelah temannya itu.
Belum sempat aku menjawabnya, tetapi angkotku sudah melaju pergi untuk mengambil dan menurunkan penumpang lain.Sesampai dirumah, ya seperti biasa aku mandi. Sehabis mandi lalu aku bergegas makan malam dan tidur. Saat di kamar tidur, Aku menyetel lagu Stuck In The Moment - Justin Bieber.
Aku terus berfikir apa yang tadi dikatakan oleh temannya Kevin. Kalau memang itu hanya akal-akalan temannya, kenapa Kevin tersenyum salah tingkah kepadaku? Oh Tuhan. Aku tak ingin menyukainya sekarang. Aku tak ingin membawa perasaan itu.
Apakah dia sudah move on dari Vio? Sepertinya iya. Atau mungkin tidak. Tidak. Aku dan Kevin hanyalah sebagai teman. Tidak lebih. Memang menyakitkan bukan? Dekat dengan salah satu teman cowo tetapi harus menerima pahit kalau ia adalah teman kita.Berbulan-bulan, berhari-hari terlewatkan, aku dan Kevin semakin lama semakin dekat sehingga satu angkatanku pada mengiranya aku berpacaran dengannya. Tetapi kenyataannya tidak. Besok sekolahku mengadakan exploration di Cihendes. Tepatnya kami akan trekking ke Air Terjun. Jadi, malam ini aku sedang mempersiapkan untuk dibawa besok. Kami akan menginap sehari. Jadi, lusanya kami pulang.
.
.
.
.
Pagi yang cerah ini aku harus bergegas ke lapangan Renja untuk mendapati bis yang sudah disediakan dari sekolah. Sudah banyak yang datang dan sudah berpamitan kepada orang tuanya masing-masing.Sesampai di Cihendes kami langsung bergegas ke saung yang sudah dipesan dari sekolah. Untuk sampai kesaung yang akan kami tiduri nanti, kami harus menaiki angkot yang sudah disewa oleh sekolah. Udara sangat dingin. Ya puncak ini memang terkenal dingin dan menyejukkan. Seperti desa yang asri.
Sesampai kami di saung, kami lamgsung bergegas membuat lingkaran besar untuk mengawali kegiatan kami. Terik matahari memang panas tetapi tak bisa dikalahkan oleh udara dingin disini.
"sekarang pijet punggung teman sebelahnya" ujar kakak pembimbing.
Kudapati sebelah Kevin adalah Vio. Kenapa aku merasa cemburu? Kenapa? Bukankah, aku tidak suka padanya? Tetapi kenapa Kevin sebelah Vio? Kudapati Kevin sedang memijat punggung Vio seperti yang dilakukan oleh teman-teman yang lain. Tidak. Aku merasa cemburu saat ini. Aku tak bisa berbohong.
Pembagian kelompok pun tiba. Menghitung dari 1-14 dan aku mendapat kelompok nomor 5. Kelompok 5 cukup seru bagiku. Kami kebingungan membuat nama kelompok dan yel yel kelompok. Akhirnya dapat juga.
Malam pun tiba. Udara merasukki kulit-kulit kami. Tibalah saatnya api unggun. Kami disuruh untuk menulis harapan dan berdoa serta melemparkan kertas pengharapan itu kedalam api unggun tersebut. Kami bersedih-sedihan pada waktu malam ini. Suasana pun menjadi hangat karena diadakannya api unggun. Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 P.M saatnya kita kembali ke saung kita masing-masing untuk tidur dan bersiap-siap untuk trekking ke Air Terjun esok hari.
.
.
.
.
Pagi senja tiba. Udara sangat dingin disini. Sehingga pakai jaketpun tetap dingin. Kami disuruh berkumpul dilapangan untuk bersenam pagi. Senam pagi ini dipimpin okeh seorang kakak pembimbing kita dan guru-guru kami. Semua anak-anak sangat senang dan enjoy menikmati alunan lagu pagi untuk menyemangati senam pagi kami.Kelompok-kelompok sudah siap dengan barisannya. Kelompok 1-7 bergegas ke Air Terjun terlebih dahulu sedangkan kelompok 8-14 untuk bermain outbond.
Kami dituntun oleh kakak pembimbing untuk sampai ditujuan. Sebelum itu, kami harus bergandeng dengan teman. Teman cowok membantu menyebrangi saat sebrang di bebatuan berair.
Setelah sebrangan pertama, kini kami mulai ke pesebrangan kedua. Yang tadinya aku disebrangi oleh seorang teman laki-lakiku, sekarang aku disebrangi oleh Kevin.
"Pegang tangan gue" kata Kevin sambil mengulurkan tangannya kepadaku
"Gaah, gue bisa sendiri kok" jawabku dengan percaya diri aku melangkahkan kaki dari batu besar yang aku berdiri ketempat batu yang sedang Kevin berdiri. Belum sempat aku memijakki kaki kananku ke tempat batu Kevin, aku malah kepleset didepannya. Langsung saja aku memegangi tangan Kevin.
"cieeee kevin hani" sorak teman-temanku
"Makanya udah gua bilang pegang tangan gua" perintah Kevin sambil membantuku berdiri
"Ya, makasih ya" jawabku sambil menundukkan kepalaku yang memerah malu karena kepleset tadi.Penyebrangan selanjutnya aku disebrangi Kevin lagi. Sekarang Kevin menyuruhku untuk memegang tangannya dan aku turuti karena aku takut kejadian jatoh tadi keulang lagi.
"Pegang tangan gua han" sahut Kevin meyakinkan
"Ih takut kepleset lagi"
"Makanya pegang cepet ga kepleset daripada jatoh"
"Iya iya" jawabku menuruti.Penyebrangan demi penyebrangan kami lalui dan akhirnya sampai pada tujuan kami yaitu Air Terjun. Aku disana hanya berfoto bersama dan duduk dibebatuan besar karena aku lelah sekali. Aku melihat Kevin sedang duduk di bebatuan atas sana yang tak jauh dariku. Mata cokelatku bertemu dengan mata hitamnya. Seperti timbuk benih-benih yang kudapat saat ini.
Giliran kelompok 1-7 yang mengikuti permainan outbond kali ini. Aku tak mengikutinya karena aku takut flying fox. Ya. Aku phobia ketinggian.
"Gimana air terjunnya? Lu dipegang Kevin ya? cieee" teriak teman-temanku dengan semangat. Memang, satu angkatan sudah tau kalau aku menyukainya. Tapi, menurutku aku tidak menyukainya.
"Dih paansi lu hahaha" jawabku sambil tertawa
.
.
.
Aku terkulai lemas dan berebah di atas tempat tidurku yang empuk ini. Ku mengingat lagi semua kejadian pada hari ini terumata saat trekking ke Air Terjun tadi. Oh semoga saja dapat terulang kembali. Ya sekarang aku menyadarinya. Aku menyukai Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting an Honesty
Teen FictionSelalu dekat. Selalu bermain bersama. Selalu membuatku nyaman dimanapun berada. Tetapi, dia tak pernah jujur mengenai perasaannya kepadaku. Aku menunggu sebuah penantian. Aku menunggu adanya sebuah kejujuran. Tapi, tak pernah dikatakan dalam mulutny...