I Like Him

51 9 1
                                    

Berbulan yang datang, aku semakin memikirkan tentangnya. Ya. Tentang Kevin Benedict yang sekarang mengisi hatiku. Aku tersadar. Aku menyukainya. Aku memang menyukainya sedari dulu tetapi aku tak menyadari itu. Aku mulai menyadarinya saat trekking 6 bulan yang lalu. Aku selalu memikirkan apakah dia menyukaiku sama seperti halnya aku? Tidak. Dia bahkan hanya menganggapku teman.

Aku mulai membuka Facebook ku untuk refreshing pikiranku. Ada friend request. Saat aku baca, ternyata mamanya Kevin. Aku tersontak kaget.

"APAA?? MAMANYA KEVIN KOK BISA ADD GUE!!!"
"confirm ga confirm ga? aduh kalo confirm pasti frontal banget status-strus gue. ah tapi kalo engga kapan lagi?" ujarku dalam hati sambil meng-klik confirm. Aku langsung chat saja. Ternyata mamanya sangatlah baik. Dia menanyakan tentangku. Begitupula perlakuanku sebaliknya.
.
.
.
.
Aku memulai sekolahku seperti biasa. Pelajaran pertama ternyata jam kosong sampai istirahat pertama. Karena gurunya tidak masuk dikarenakan ada urusan mendadak. Langsung saja aku berkumpul dengan Celine, Christina, Abel, dan Anis

"Lo tau ga sih? Gue di add mamanya Kevin di Facebook!!! ASTAGAAA!!" teriakku dengan penuh kebanggaan bisa kenal dengan mamanya.
"TERUS GUE KEMAREN CHAT SAMA MAMANYA!! SUMPAH BAIK BANGET" teriakku tambahan
"ADUH HANI BISA NGGA SIH GAUSAH TERIAK!! SUARA LO NYARING CUY" jawab Christina meledek
"Kok bisa sih han? astaga pertanda baik tuh hahahaha" canda Abel
"Ih maap maap chris abisan gue seneng banget!! ngga tau gue juga bingung" jawabku dengan nada pelan
"Mungkin lo akan direstui hahahaha" canda Celine
"Ya kaga mungkin lah" jawabku sambil mengambil bangku untuk duduk. Ya, sedari tadi aku hanya berdiri.
"Bukannya di Aminin juga lo ah payah" jawab Celine sambil bergeser untuk menyediakan tempat untuk aku
"Au lo han gimana sih hahaha" jawab Abel menyetujui sembari memakan cemilan ringan
"Yadeh Amin Amin Amin banget!!" jawabku sembari mencomot cemilan yang Abel bawa
"Heh izin dulu kalo mau comot!!!" canda Abel
"HAHAHAHA MAAPPPP abisan gue laper sih" jawabku sambil mencomot lagi
"hahahahahaha payah lu ah han" jawab Abel dan Anis sambil tertawa

*ringggg*

Jam istirahat pertama berbunyi. Seperti biasa aku ke kantin. Aku ke kantin bersama Christina. "Chris, lo mau beli makanan apa?" tanyaku sambil mengantri di depan ibu-ibu penjual katsu yang begitu padat. "Kayaknya gue sama kayak lo aja deh" jawab Christina. "Oke deh" jawabku yang kemudian giliran aku yang membeli. Lalu, kita bergegas balik ke kelas. Saat balik ke kelas, Terdapat ibu-ibu mungkin itu orangtua murid.
"Halo hani" sahut salah seorang ibu dari orangtua murid saat aku hendak ke kelas. Dengan sontak aku menengok dengan cepat dan kudapati seorang ibu persis dengan mamanya Kevin.
"Oh... Halo tante.." sapaku dengan ramah dan tersenyum. Kulihat muka ibunda dari Kevin juga tersenyum. Lalu, aku berbalik dan kembali ke kelas.

"Asik dah hani disapa nyokapnya Kevin coy" kata Christina dengan semangat kepada Anis, Abel, Celine.
"ASIKK CIE HANI AH UDAH TUH DIRESTUIN" sahut Anis
"CAILAH HANI ADUH" sahut Abel san Celine berbarengan.
"Ih kalian apaansih hahahaha orang cuma sapa kok" jawabku sambil mataku melihat seorang laki-laki diluar dengan ibu. Tunggu. Itu adalah Mamanya Kevin dan Kevin. Mereka sedang ke dalam ruang guru. Ngapain ya? Ah bukan urusanku.
.
.
.
.
Berbulan-bulan sudah aku dekat dengan Kevin. Sepertinya aku mulai menyukainya. Bukan. Bukan menyukainya. Aku sudah mencintainya. Mungkin, aku menjadi orang beruntung yang bisa dekat dengannya. Tidak. Banyak perempuan diluar sana yang dekat dengan Kevin. Bukan hanya aku. Aku terima itu. Ya, walaupun aku dengannya hanya sebagai teman.
"Cowo itu emang gapunya paras yang menarik. Tetapi gue gatau kenapa gue suka. Matanya dan senyumnya bikin gue gila." kataku berbicara dengan boneka beruang cokelat yang sudah menemaniku dari kecil. Apa aku gila berbicara dengan sebuah boneka? Kurasa tidak.

Ku putar lagu Love Me - Justin Bieber yang siap menemaniku tidur sambil berfikir apakah dia mencintaiku juga?

People try to tell me
But I still refuse to listen
'Cause they don't get to spend time with you
A minute with you is worth more than
A thousand days without your love, oh your love

Ya benar sekali. Walaupun hanya 1 menit bersama nya setidaknya aku lebih bahagia dan lebih merasa beruntung daripada seribu hari aku tidak bersama nya. Karena seribu hari tanpa adanya dia, hariku jauh lebih buruk dari biasanya. Aku tak bisa merasakan senyumannya.

Love me, love me
Say that you love me
Fool me, fool me
Oh how you do me
Kiss me, kiss me
Say that you miss me
Tell me what I wanna hear
Tell me you love me

Aku mencintainya. Tolong katakanlah dia juga mencintaiku. Tetapi aku tak bisa berharap banyak. Karena hubungan kami hanya sebatas teman. Aku pernah cemburu ketika aku melihat dia sedang berbicara dengan teman perempuannya yang lain. Aku merasa wanita itu jauh lebih baik ketimbang diriku sendiri. Tetapi, setidaknya aku terus berusaha mencoba menjadi lebih baik dan menjadi diriku sendiri.

Aku teringat saat kita mulai pertama kali berkenalan, lama kelamaan menjadi dekat, dan dia semakin menjadi perhatian. Aku memang seorang yang tidak peka. Aku juga tidak terlalu membawa perasaan itu jauh kedalam pikiranku. Tetapi, aku sadar bahwa dia orang yang tepat untukku. Aku tidak tahu bakal berapa lama lagi aku dekat dengannya. Aku tak memikirkan itu. Yang jelas, aku harus berusaha mendapatinya walaupun sangat sakit.

Lagu Love Me pun sudah selesai, sekarang bergiliran lagu As Long As You Love Me - Justin Bieber. Ya. Lagu kesukaanku sekarang diputar. Ohiya, aku adalah seorang belieber dan selenator. Aku sangat mengidolakan Justin Bieber dan juga Selena Gomez. Aku sangat menyukai jika mereka bersama. Menurutku mereka sepasang kekasih yang cocok dan mereka setia dengan satu sama lain. Tetapi, kenapa mereka harus putus? Ah bukan urusanku. Menurutku, jodoh tak akan kemana. Menurutku, mereka pasti punya jalan sendiri untuk bersama kembali. Aku ingin seperti mereka.

Aku sudah lelah. Lagu terus berputar secara bergantian. Mataku mulai sayu dan mulai menutup pelan. Ya. Aku tertidur di pertengahan malam yang dingin ini.

next part besok yaaa see u :p

Waiting an HonestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang