"Happy birthday my daughter" suara indah terdengar jelas di kupingku dan merasakan hangatnya tubuhku dipeluk. Ya. Mama dan papaku sedang mengucapkan untukku. Hari ini aku berulang tahun. Mama dan papaku adalah pengucap pertama. Aku dibangunin pukul 5:30. Darpiada, kembali tidur, aku bergegas mandi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
"HANIII HAPPY BIRTHDAYY" teriak salah satu seorang yang kukenal negitu suaranya. Ya. Suara Nessa yang begitu keras.
"iye makasih nessa" jawabkuAku setempat duduk dengan Nessa. Nessa selalu membawa dagangan makanan ringanny untuk diperjual ke anak kelas. Nessa terkadang baik terapi terkadang songongnya kelewatan. Sekali frontal omongannya menusuk. Tapi, selalu bikin orang baper karena perkataan dia nusuk. Tetapi itulah dia. Selama kelas 9 dan di kelas 9b aku hanya dekat dengan Nessa, Celine, Ana. Sebenarnya yang lain dekat, tetapi yang sering aku cerita tentang Kevin hanya mereka.
"Eh nes temenin gua ke kelasnya kevin dong" sahutku kepada Nessa sambil menggoyangkan pundak Nessa
"Ayo" jawabnya"Woy kevin mana dah itu pacarnya mau ketemu hahaha" panggil Nessa dengan suara lantang.
Bukannya Kevin yang menghampiri Nessa, malahan Farrel yang menghampiri.
"Lah nes ngapain lu disini" tanya Farrel sambil duduk di meja dekat pintu kelas. Aku hanya menatap mereka dari luar kelas. Tepatnya, balkon depan kelas.
"Itu Hani mau ketemu Kevin. Panggilin dah" kata Nessa smabil menunjukku
"Ada apaan?" sahut Kevin yang tiba-tiba join bareng obrolan mereka dan lamgsung duduk disebelah Farrel
"Tuh samperin Hani, jangan lupa noh ucapin ultah hani. Dia lagi ultah noh vin" suruh Nessa dengan lantang
Jujur saja, aku iri kepada Nessa. Ia mudah berbaur dengan teman-teman laki-laki termasuk Kevin. Lihat? Betapa akrabnya mereka. Aku saja sempat berfikiran yang tidak-tidak kalau saja Kevin suka dengan Nessa.
"Oi lu ultah sekarang yak han?" teriak Farrel membuyarkan lamunan ku
"Ha.... eng.... ngga. Taun depan. hahaha iyalah sekarang" jawabku. Bukannya aku menantap Farrel, tetapi mataku menatap Kevin. Padahal aku sedang berbicara dengan Farrel
Aku tidak tahu mereka sedang ngomong apa, yang jelas aku dibalkok hanya ditemani 'mantan teman dekat'ku. Kenapa mantan teman dekat? karena mereka pengkhianat dan pembohong. Apa untungnya menjadi pengkhianat? Kenapa mereka begitu? Ah aku tak mau mengingatnya lagi.Kevin menghampiriku. Aku bergegas menghampirinya.
"Nih uang pulsa emak lo. Kasihin ya jangan lo jajanin" kataku sambil mengeluarkan uang pulsa itu dan kasih kepadanya
Kevin menerimanya.
"Ohya, selamat ulang tahun ya Han" katanya dengan pelan.
Aku melihat wajah dia dengan tulus ikhlas mengucapinya. Padahal aku tahu dia disuruh Nessa untuk mengucapiku ulang tahun. Tetapi, aku merasa dia tulus mengucapnya. Mata cokelatku dengan mata hitam pekat dia saling bertemu. Saling beradu merasakan dunia baru yang hanya dimiliki aku dan dia saja. Senyum yang melukiskan diwajah Kevin benar benar tulus. Senyum manis itu membuat jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Senyumnya melebar dan memperlihatkan gigi-gigi rapihnya. Ia mengulurkan tangannya tanda ia mengucapkan ulang tahun kepadaku. Oh Tuhan aku salah tingkah. Senyum hangat dan tatapan nyaman ini kurasakan kembali setelah dua tahun tak merasakannya.
"Hah... Eh iya.... makasih ya vin" jawabku sembari membuyarkan pandangan indah tersebut. Aku langsung mengalihkan pandangan itu dan berbalik berjalan kearah luar kelas. Entah dia merasakan tatapan nyaman itu juga atau tidak atau mungkin dia melihatku sebenarnya biasa saja, yang jelas aku sangat menyukai tatapan itu.
.
.
.
.
Malam yang sangat sunyi. Aku merasa ulang tahunku kali ini biasa saja. Aku tak merasakan kebahagiaan.Aku menyetel lagu First Dance - Justin Bieber. Kau tahu? Aku sangat suka dengan lagu ini. Aku merasa seperti dinyanyikan oleh Kevin. Tidak. Maksudku Justin.
Aku sebenarnya kecewa. Kenapa? Biasanya Kevin memgingat tanggal ulang tahunku. Sekarang, mengucapi langsung kepadaku saja harus disuruh temanku. Coba kalau tidak disuruh? Pasti ia tidak akan ingat dengan tanggal ulang tahunku.
Aku membuka Whatsapp untuk mengecek last seen Kevin. Tetapi....
Kok tidak ada display picture.
Tidak ada status.
Tidak ada last seen.
Aku coba menyapanya"Cuy"
Hanya ceklist satu. Berarti itu tandanya belum terkirim.
Aku heran.
Apa jangan-jangan accountku..........
Jangan-jangan.......
Jangan-jangan accountku.......
Jangan-jangan accountku di blokir olehnya?
APA?
Di blokir?
Sejahat itukah dia?
Ada apa dengannya?
Yang dari cowonya usaha buat kita dengan segala macem dan tetap di mata kita dia itu tidak menarik, sampe suatu ketika kita baru mikir zona nyaman kita ada sama dia. Kita mulai merasa kangen dia yg ngejar-ngejar kita atau buat sesuatu untuk kita. sampai kita sadar zona kita sebenernya lebih nyaman sama dia.
Dan memang penyesalan dateng terakhir. Ntah dia yg jadi berubah cuek atau dia yg udah punya gebetan baru.
Dan sekarang, dia sudah tidak lagi mencari kita. Yang ada kita yang mencari dia.
Tetapi....
Kenapa bisa Kevin nge-block account Whatsapp ku?
Sejahat itukah dia?
Apa dia tidak ingat masa-masa aku dekat dengannya?Air mataku jatuh membasahi pipiku. Tidak. Aku menangis. Aku menangisi orang yang sama sekali tidak mencintaiku. Jangan dibiarkan.
Oh tidak. Semakin aku menahan, semakin deras air mata ini jatuh berlinang dipipiku. Aku tak boleh menangisi satu cowo yang sama sekali tak menangisiku. Memangnya dia siapaku?
Apakah dia memikirkan ku sama seperti yang aku lakukan?
Apakah dia merindukan ku sama seperti yang aku rasakan?
Kurasa tidak.
Lebih baik aku menangisi karena aku tak bisa bertemu Justin Bieber (loh) daripada aku menangisi orang yang setiap hari bertemu denganku tetapi tak bisa mencintaku.Tidak. Aku tak boleh memaksakan dia mencintaiku. Karena, cinta tak harus memiliki. Sakit bukan?
Daripada memikirkan itu terus menerus, lebih baik aku tidur terlelap dan mengistirahatkan mataku yang sedari tadi menangis hanya untuk cowo yang tidak tahu diri seperti Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting an Honesty
Novela JuvenilSelalu dekat. Selalu bermain bersama. Selalu membuatku nyaman dimanapun berada. Tetapi, dia tak pernah jujur mengenai perasaannya kepadaku. Aku menunggu sebuah penantian. Aku menunggu adanya sebuah kejujuran. Tapi, tak pernah dikatakan dalam mulutny...