[10] Untukmu

109 5 5
                                    

"Jika senyum adalah sebuah melodi jiwa maka cinta adalah anugerah dari hati, karena kamu miliki semua itu ketika menghampiriku"

~ Couple Shop ~

***

"Saya tinggal kalian sebentar ya. Saya ada urusan. Kalian kerjakan soal-soal yang saya kasihin ke Riyan ya," ucap bu Septina, lalu berjalan keluar kelas.

Seisi kelas langsung ribut. Mereka berteriak-teriak kesenangan dan mulai beranjak dari tempat duduknya. Siapa yang tidak senang jika di jam terakhir pelajaran yang sungguh membosankan ternyata free class?

Namanya juga bu Septina, bilangnya sih di tinggal sebentar, ternyata sampe bel pulang baru balik lagi ke kelas.

"Woy, tulis nih soalnya di papan tulis," Riyan melempar sebuah buku cetak Matematika ke meja Dwi si sekretaris kelas.

"Weh, halaman berapa?" tanya Dwi kepada Riyan.

"Halaman 70. Tas, gue ke Say dulu," Riyan berjalan santai keluar kelas. Tanpa mendengarkan teriakan maut punya Tasia.

Tasia menggerutu sendiri lalu, "Memang ya Riyan ini, An...."

"Ehhh...." seru seisi kelas sambil menatap Tasia.

"An... an... Astagfirullah," Tasia mengusap dadanya sambil menghela napas. "Huh! Awas aja sampe tuh anak gak balik lagi. Gue seret dia ke lapangan,"

Suasana kelas semakin ribut. Ada yang sedang bermain kejar-kejaran, bernyanyi-nyanyi gak jelas, membuat musicaly, selfie, baca novel, dan ngobrol di pojokan bersama teman-temannya.

Mereka semua sibuk sendiri sampai menghiraukan Dwi yang sedang menulis soal Matematika di papan tulis.

Zahra hanya memperhatikan soal yang ditulis Dwi. Tempat duduknya yang paling belakang pojok kiri membuat dia agak kesusahan untuk membaca tulisan yang ada di papan tulis itu.

Sesekali dia mengeja kata-kata yang sulit dia baca. Zahra memutar otaknya untuk berpikir bagaimana caranya menyelesaikan soal-soal ini.

Dia mengambil selembar kertas yang ada diatas mejanya. Memasukan rumusnya dan mulai mengurangi angka-angka itu. Setelah itu, mengalikannya dengan angka yang lain.

Tangannya berhenti menulis, dia benar-benar lupa apa langkah selanjutnya. Dia kembali berpikir, tapi tetap saja dia tidak tahu jawabannya.

Zahra menghela napas sambil menatap jalan soal yang barusan dia kerjakan. Dipikirannya, dia menganggap dirinya bodoh. Dia tahu bahwa soal ini sangatlah mudah, tapi tidak menurut dia.

Sekarang dia hanya duduk sendirian. Risa sudah pergi entah kemana. Mungkin dia sedang mengobrol di depan pintu kelas bersama yang lainnya.

Siapa yang bisa dia minta bantuannya kalau seisi kelas tidak mengerjakan satu pun soal di papan tulis? Zahra menengok kearah Shalsa. Seulas senyuman terukir di wajahnya.

Ternyata, ada juga yang mengerjakan soal-soal itu. Shalsa juga lagi duduk sendirian. Zahra berjalan menuju meja Shalsa dan duduk di sebelah Shalsa.

"Shal, ajarin aku dong,"

Shalsa menengok kearah orang yang berbicara padanya, "Eh, Arra. Soal nomor berapa?" Shalsa menggeser bangkunya agar lebih dekat dengan Zahra.

"Nomor dua, aku bingung, tapi ini jalannya udah bener belom?" Zahra memberikan selembar kertas oretannya kepada Shalsa.

"Ini udah bener, tinggal kamu kaliin silang aja," Shalsa langsung kembali fokus mengerjakan soal Matematikanya. Zahra hanya meringis melihat kebodohannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love In Tim TamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang